NABI SIDDHARTHA
Tersebutlah dalam hikayat, Allah SWT telah menurunkan 124.000 Nabi ke Bumi. Dari 124.000, terdapat dua laksa atau 4313 Nabi yang dibawa ke langit untuk diperlihatkan tanda-tanda Kekuasaan Allah SWT.
Tersebutlah seorang Nabi bernama Siddhartha yang dibawa ke langit pada malam Purnama di bulan Waisaka yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban. Nabi Siddhartha melewati tujuh tangga, yang masing-masing tangga terdapat gambaran kehidupan makhluk sejak permulaan diciptakan hingga akhir zaman. Pada gambaran kehidupan tersebut terdapat para Malaikat yang sedang bertasbih dengan 6 bentuk posisi duduk. Para Malaikat ini akan terus bertasbih hingga akhir zaman.
Ketika tiba di langit, terlihatlah oleh Siddhartha, telah berkumpul 72 Nabi yang duduk bertasbih membentuk tiga lingkaran. Maka duduklah Siddhartha dalam kumpulan para Nabi tersebut, sehingga menjadi 73 jumlah Nabi yang duduk bertasbih itu. Ke-73 Nabi tersebut duduk bertasbih mengikuti bentuk duduk bertasbih nya Para Malaikat yang ada 6 bentuk posisi duduk.
Dalam kumpulan lingkaran Para Nabi itu, terdapat seorang Nabi duduk di puncak atas dan di kelilingi 16 Nabi. Selanjutnya ke-16 Nabi tersebut dikelilingi oleh 24 Nabi. Selanjutnya ke-24 Nabi dikelilingi oleh 32 Nabi. Adapun seorang Nabi yang duduk di puncak atas adalah Nabi Ibrahim sebagai Bapaknya Agama di Bumi. Ke-73 Nabi tersebut terlindungi cahaya yang membentuk Kubah yang disebut Stupa dengan ujung cahayanya naik keatas dan bertemu dengan ujung cahayanya Nabi Ibrahim. Ke-73 Nabi ini adalah Para Nabi dari 73 Agama yang ada di Bumi.
Setelah Siddhartha bertasbih bersama Para Nabi, maka dibawa turunlah ia kembali ke Bumi. Sebelum turun, Siddhartha melihat ada 4 tangga turun ke Bumi. Tangga pertama di Utara terlihat Nabinya Agama Yahudi turun. Tangga kedua Selatan, terlihat Nabinya Agama Majusi turun. Tangga ketiga Timur, terlihat Nabinya Agama Nasrani turun. Dan tangga keempat Barat, terlihat Nabinya Agama Islam turun.
Sebelum turun, Siddhartha diberi pilihan untuk turun melewati tangga yang mana, maka ia memilih melewati tangga pertama Utara, mengikuti Nabinya Agama Yahudi. Bersamaan ia turun, terlihat olehnya ada seorang Nabi yang turun melalui tangga kedua Selatan mengikuti Nabinya Agama Majusi. Maka di beritahulah kepada Siddhartha bahwa ia akan menjadi Nabinya Agama Buddha, sedangkan seorang Nabi yang turun bersamaan dengannya menjadi Nabinya Agama Hindu. Namun kelak, dari 73 Nabi yang membawa 73 Agama di Bumi, hanya satu tangga saja yang tersedia untuk Para Nabi tersebut kembali naik ke langit.
Selanjutnya turunlah Siddhartha kembali ke Bumi. Ketika telah tiba di Bumi, maka disampaikan lah segala risalah keTuhanan kepada umat manusia di Bumi.
Senin, 30 April 2018
Sabtu, 28 April 2018
PH. RASIP ODDY : SEJARAH TERBENTUKNYA KECAMATAN TOBA
PH.
RASIP ODDY
SEJARAH
TERBENTUKNYA KECAMATAN TOBA
Kecamatan Toba adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten
Sanggau yang dahulunya disebut Embuloh merupakan kawasan hutan rimba yang belum
berpenghuni. Hingga suatu ketika, datanglah serombongan masyarakat dari Suku
Dayak Desa yang memiliki hubungan kekeluargaan yang terdiri dari beberapa
kepala keluarga yaitu :
1.
Ph. Rasip Oddy
atau Nek Uban.
2.
Sekolah atau Nek Ruek.
3.
Ratan atau Nek Bangal.
4.
Jalak atau Nek Dengkel.
5.
Sarek atau Nek Lambong.
6.
Nia atau Nek Dendok.
7.
Deroy atau Nek Bekok.
8.
Nek Goah.
Rombongan keluarga yang dipimpin oleh PH. Raseb Oddiy atau
Nek Uban ini sebelumnya bermukim di Dawak Bungkang. Adapun orang-orang tua
rombongan tersebut sebelum bermukim di Dawak Bungkang berasal dari Songkong.
Sebelum menetap di Dawak Bungkang, Orang-orang tua mereka sempat bermukim di
Dawak Belungai. Sedangkan nenek moyang mereka dahulunya berasal dari Desa Ayau
dan Enggaday yang merupakan wilayah Desa Sembilan Demong Sepuluh.
Nenek moyang mereka ini adalah kelompok masyarakat suku
Dayak Cupang Desa yang sebelumnya bermukim di Laman Sengkuang. Adapun nenek
moyang mereka sebelumnya yang bermukim di Laman Sengkuang, berasal dari wilayah
Hulu Aik di Ketapang, yang berpindah dan membangun pemukiman di Laman
Sengkuang. Setelah beberapa generasi, nenek moyang mereka berpindah ke beberapa
tempat yang diantaranya yaitu ke Ayau, Enggaday, Meranggau, Balai Tinggi dan
Dusun Nek Cincin.
Perpindahan
nenek moyang mereka dari Laman Sengkuang setelah mendapat kabar bahwa kaum
kerabat mereka telah ramai bermukim di wilayah Madong dan wilayah Gunung
Cupang. Di kedua wilayah ini, kaum kerabat mereka telah hidup makmur dan
sejahtera karena kondisi kedua wilayah tersebut yang subur sehingga menarik
minat mereka untuk berpindah ke wilayah tersebut. Selain itu didapatkan kabar
juga bahwa sumber daya alam dikedua wilayah tersebut sangat banyak sehingga
menjadi jaminan bahwa kehidupan keluarga mereka akan makmur dan sejahtera nantinya.
Sebelum ke
wilayah Embuloh, rombongan PH. Rasip Oddy atau Nek Uban sempat membuat laman di
wilayah Nek Demang Janggut di Desa Lumut. Karena dirasakan wilayah Nek Demang
Janggut kurang subur untuk berlandang dan bertani, sehingga rombongan tersebut berpindah
lagi dan membuka laman di Embuloh. Embuloh merupakan nama sebuah pohon yang
tumbuh diwilayah tersebut sehingga wilayah tersebut disebut Embuloh. Pohon
Embuloh ini dikabarkan sulit terpotong ketika masyarakat akan membuka lahan,
sehingga wilayah itu disebut Embuloh.
Di wilayah
Embuloh ini, PH. Rasip Oddy atau Nek Uban memimpin rombongannya membuka laman
dan membangun pemukiman yang terdiri dari delapan keluarga tersebut. Delapan
keluarga ini menjadi awal mula keberadaan penduduk di wilayah Embuloh.
Beberapa tahun berikutnya, muncullah ide PH. Rasip Oddy
yang disampaikannya kepada ketujuh kepala keluarga lainnya untuk mengajak
kerabat mereka lainnya menetap di Embuloh. Ide
PH. Rasip Oddy ini disetujui oleh ketujuh kepala keluarga tersebut. Maka pada
awal tahun 1960-an, PH. Rasip Oddy menemui pihak kerabatnya di Dawak Belungai
dan Dawak Bungkang untuk mengajak bermukim di wilayah Embuloh. Namun tidak
semua pihak kerabat PH. Rasip Oddy yang bersedia mengikuti ajakan tersebut,
hanya beberapa kerabat saja yang mau pindah dan bermukim di wilayah Embuloh.
Karena
dirasakan penduduk yang bermukim masih belum ramai, PH. Rasip Oddy selanjutnya
menemui kelompok masyarakat suku Dayak Tobang di Meliau untuk mengajak mereka
pindah dan bermukim di wilayah Embuloh. Masyarakat suku Dayak Tobang di Meliau
ini merupakan kelompok suku Dayak yang berasal dari Tebang Benua. Ajakan PH.
Rasip Oddy itu mendapat sambutan yang baik dari Suku Dayak Tobang di Meliau,
meski tidak banyak yang bersedia pindah dan bermukim di Embuloh, namun jumlah
kepala keluarga Suku Dayak Tobang dari Meliau yang kemudian membangun rumah di
wilayah Embuloh lebih banyak dari jumlah kerabat PH. Rasip Oddy sendiri.
Rupanya
perpindahan kepala keluarga Suku Dayak Tobang dari Meliau ini ke wilayah
Embuloh terdengar oleh pihak kerabat mereka yang pada masa itu banyak bermukim
di pesisir Kapuas yang disebut juga sebagai Orang Kapuas. Mereka jadi tertarik
dan beramai-ramai pindah dan menetap di Embuloh. Kebanyakan kepala keluarga
Suku Dayak Tobang atau Orang Kapuas ini berasal dari pesisir kampung Bagan
Asam, kampung Kelapuk dan kampung Sansat. Dengan begitu banyaknya kepala
keluarga Suku Dayak Tobang yang berpindah dan membangun rumah di wilayah
Embaloh sehingga kelompok Suku Dayak Tobang ini menjadi kelompok mayoritas
terbesar di wilayah Embuloh pada masa itu.
Berpindahnya
kepala keluarga Suku Dayak Tobang ternyata terdengar juga oleh kelompok Suku
Dayak Banyuke. Mereka jadi tertarik juga untuk meramaikan wilayah Embuloh yang
telah dirintis PH. Rasip Oddy atau Nek Uban. PH. Rasip Oddy kemudian memberikan
mereka lahan untuk tempat tinggal, maka bermukimlah Suku Dayak Banyuke yang
datang dari Meliau dan kampung Mangkup di Embuloh. PH. Rasip Oddy memberikannya secara cuma-cuma lahan
tersebut demi kemajuan dan perkembangan wilayah Embuloh yang telah dirintisnya.
Bermukimnya
beberapa kepala keluarga dari Suku Dayak Banyuke di Embuloh rupanya terdengar
juga oleh kerabat mereka yang pada masa itu banyak bermukim di wilayah Kemantan
dan Mungguk Pasir. Mereka jadi tertarik juga untuk pindah dan bermukim di
wilayah Embuloh. Maka beramai-ramailah kepala keluarga Suku Dayak Banyuke dari
wilayah Kemantan dan Mungguk Pasir pindah dan bermukim di wilayah Embuloh. PH.
Rasip Oddy memberikan lahan secara cuma-cuma, untuk mereka membangun rumah dan
ladang di wilayah Embuloh.
Adapun nenek moyang Suku Dayak
Banyuke dari Kemantan ini berasal dari wilayah Sembiu dan Kalong. Pada masa
dahulu mereka disebut sebagai Orang Tobak, namun pada generasi berikutnya
mereka lebih disebut sebagai Orang Banyuke, setelah diketahui bahwa nenek
moyang mereka di Sembiu dan Kalong berasal dari wilayah Banyuke. Ramainya
kepala keluarga dari Suku Dayak Banyuke yang bermukim di wilayah Embuloh,
menjadikan kelompok suku Dayak Banyuke sebagai kelompok suku terbanyak kedua
yang menetap di wilayah Embuloh setelah suku Dayak Tobang.
Dengan telah ramainya orang
bermukim di wilayah Embuloh, maka diperlukan seorang pemimpin di wilayah itu.
Penduduk Embuloh selanjutnya sepakat untuk menunjuk PH. Rasip Oddy atau Nek Uban
sebagai Temenggung guna memimpin wilayah tersebut. Beberapa waktu berikutnya
setelah PH. Rasip Oddy diangkat sebagai Temenggung oleh masyarakat Embuloh,
barulah kerabat PH. Rasip Oddy beramai-ramai pindah dan bermukim di Embuloh. Dengan
bermukimnya kerabat Temenggung PH. Rasip Oddy dari Dawak Belungai dan Dawak
Bungkang yang merupakan kelompok suku Dayak Desa sehingga suku Dayak ini
menjadi kelompok suku terbanyak ketiga di wilayah Embuloh setelah Suku Dayak
Tobang dan Banyuke.
Pada tahun tahun berikutnya,
wilayah Embuloh semakin ramai ditempati oleh masyarakat dari berbagai wilayah.
Temenggung PH. Rasip Oddy semakin yakin bahwa wilayah Embuloh yang dahulunya
sering dikatakan orang sebagai ‘Sarang
Hantu’, namun berhasil dirintisnya itu kelak akan semakin maju dan
berkembang menjadi sebuah kota.
Dengan semakin ramainya penduduk
yang menetap di Embuloh, timbul permasalahan berupa sulitnya akses atau
transportasi menuju ke Embuloh ataupun keluar wilayah Embuloh. Pada masa itu
masyarakat sangat tergantung pada sarana transportasi air yaitu melalui jalur
sungai. Tidak adanya akses atau sarana transportasi sangat terasa ketika masyarakat
Embuloh akan menjual hasil panen atau ada keperluan keluar wilayah Embuloh,
dimana mereka harus pergi ke wilayah tepi sungai dahulu yang selanjutnya
menggunakan transportasi air berupa kapal, sampan dan sejenisnya. Selain itu
bagi orang luar yang memiliki keperluan ke Embuloh baik untuk berkunjung ke
kerabat mereka atau berdagang dan sebagainya, mereka mesti turun ke wilayah
tepi sungai dahulu karena belum terdapat akses atau jalur transportasi darat. Selanjutnya
mereka melanjutkan berjalan kaki menuju ke Embuloh. Kondisi yang sulit tersebut
menjadikan perpindahan kembali penduduk Embuloh ke wilayah baru yang lebih
dekat dengan jalur sungai. Wilayah baru itu kemudian disebut sebagai Kampung
Baru.
Melihat kondisi demikian,
Temenggung PH. Rasip Oddy menghimbau penduduk Embuloh agar tetap bertahan di
Embuloh dan tidak berpindah ke Kampung Baru. Temenggung PH. Rasip Oddy meyakinkan
bahwa kelak akan ada akses untuk transportasi darat ke Embuloh. Namun apa yang
disampaikan Temenggung PH. Rasip Oddy ini tidak diyakini oleh penduduk Embuloh.
Apalagi pada masa itu wilayah Embuloh adalah salah satu wilayah Kecamatan
Meliau, sehingga jika penduduk Embuloh memiliki keperluan untuk membuat KTP, KK
atau yang lainnya, harus pergi ke Meliau. Guna mempermudah keperluan itu, maka
penduduk Embuloh banyak yang pindah ke Kampung Baru.
Selain itu belum tersedianya
sarana pendidikan yang memadai di Embuloh pada masa tersebut sehingga anak-anak
penduduk Embuloh banyak yang bersekolah ke Meliau bahkan ada yang bersekolah ke
Sekadau dengan fasilitasi dari sebuah Yayasan Katolik. Anak-anak penduduk
Embuloh yang bersekolah ke Meliau dan Sekadau ini enggan pulang ke Embaloh jika
bukan libur panjang karena belum adanya jalur transportasi darat menuju ke
kampung mereka, dan jikapun mereka berkeras untuk pulang, maka memerlukan waktu
yang lama hingga beberapa hari baru mereka dapat tiba di kampung mereka di Embuloh.
Karena beberapa permasalahan tersebut, sehingga apa yang disampaikan Temenggung
PH. Rasip Oddy tidak didengar dan diyakini oleh penduduk Embuloh. Mereka tetap
berkeras pindah ke Kampung Baru.
Pada tahun 1963, Temenggung PH.
Rasip Oddy terpilih sebagai Lurah. Temeggung PH. Rasip Oddy memanfaatkan
sebaik-baiknya kesempatan itu untuk mewujudkan segala cita-citanya yang ingin
menjadikan Embuloh menjadi sebuah kota. Permulaan yang dilakukannya adalah
merintis akses atau jalan transportasi darat. Dengan mengerahkan masyarakat
Embuloh, PH. Rasip Oddy memimpin pembukaan hutan untuk merintis jalan darat
menuju ke Embuloh.
Metode yang dipergunakan
Temenggung PH. Rasip Oddy tergolong unik, yaitu masyarakat Embuloh disuruh
mengikuti bunyi kentungan yang dipukulnya. Kemana arah bunyi kentungan itu,
maka masyarakat disuruh menebas hutan mengikuti bunyi kentungan itu.
Tempat-tempat yang ditebas oleh masyarakat Embuloh ini kemudian menjadi jalan
darat menuju Embuloh. Temenggung PH. Rasip Oddy benar-benar mempergunakan segala
instingnya secara otodidak dalam memimpin masyarakat Embuloh untuk membuka
hutan guna terciptanya jalan darat menuju Embuloh. Meski metodenya ini sangat
unik, namun masyarakat mengikuti saja apa yang diperintahkannya.
Metode yang dipergunakan oleh
Temenggung PH. Rasip Oddy ini sempat menjadi candaan anak-anaknya karena sangat
unik dengan mengatakan bagaimana jika bunyi kentungan tersebut terbawa angin,
tentunya masyarakat akan keliru mengikuti arah yang dimaksud. Namun rupanya
selama pembuatan rintisan jalan darat menggunakan metode Temenggung PH. Rasip
Oddy yang unik itu tidak pernah keliru. Kentungan yang dipukul Temenggung PH.
Rasip Oddy tidak lari kesana kemari bunyinya, sehingga terciptalah jalan darat
menuju Embuloh yang hingga kini masih ada, bahkan telah menjadi jalan Trans
Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah.
Setelah terciptanya rintisan
jalan darat menuju Embuloh, selanjutnya Temenggung PH. Rasip Oddy menyampaikan lagi
gagasannya kepada masyarakat untuk memperjuangkan Embuloh menjadi salah satu
wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Sanggau yang terpisah dari
Kecamatan Meliau. Hal tersebut karena Temenggung PH. Rasip Oddy melihat
masyarakat di wilayah Embuloh dan sekitarnya harus bersusah payah ke Meliau
jika akan mengurus keperluan administrasi pemerintahan seperti membuat KTP dan
KK. Selain itu agar wilayah Embuloh semakin berkembang dan maju jika telah
menjadi Kota Kecamatan.
Gagasan yang disampaikan
Temenggung PH. Rasip Oddy itu mendapat dukungan dari masyarakat, namun untuk
memperjuangkan Embuloh sebagai Kota Kecamatan merupakan suatu yang tidak mudah.
Dengan kepercayaan dirinya, Temenggung PH. Rasip Oddy menyampaikan segala
rencana dan langkah-langkah yang akan dilakukannya untuk mewujudkan gagasan
tersebut. Setelah mendapat dukungan dari masyarakat, maka Temenggung PH. Rasip
Oddy mulai melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau. Hal
pertama yang dilakukannya adalah berkoordinasi dengan Kecamatan Meliau. Camat
Meliau pada saat itu tidak keberatan jika wilayah Embuloh dan sekitarnya ingin
membentuk kecamatan sendiri dan terpisah dari Kecamatan Meliau. Namun untuk
keputusan lebih lanjutnya masih tergantung pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Sanggau yang berpusat di Kota Sanggau.
Setelah berkoordinasi dengan pihak
Kecamatan Meliau, Temenggung PH. Rasip Oddy selanjutnya pergi ke Kota Sanggau
untuk menemui Bupati Sanggau yang pada masa tersebut dijabat oleh Bapak Bupati
M.Th. Djaman. Bapak Bupati M.Th. Djaman menyambut baik keinginan masyarakat
Embuloh yang ingin membentuk kecamatan sendiri, namun untuk keputusan lebih
lanjut, Temenggung PH. Rasip Oddy harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan
Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat yang berpusat di Kota Pontianak.
Selanjutnya berangkatlah
Temenggung PH. Rasip Oddy ke Kota Pontianak. Sesampainya di Kota Pontianak,
dengan percaya diri dan keberaniannya, Temenggung PH. Rasip Oddy langsung
menemui Bapak Gubernur Kalimantan Barat yang pada masa itu dijabat oleh Bapak
Y.C. Oevang Oeray. Tanpa ada hambatan sedikitpun, Temenggung PH. Rasip Oddy
melewati keprotokoleran di kantor Gubernur Kalimantan Barat. Dalam pertemuannya
dengan Bapak Gubernur Y.C. Oevang Oeray, Temenggung PH. Rasip Oddy menyampaikan
aspirasi masyarakat Embuloh yang menginginkan terbentuknya kecamatan baru di
Kabupaten Sanggau. Bapak Gubernur Y.C. Oevang Oeray menyambut baik rencana
tersebut dan menyampaikan bahwa pembentukan kecamatan baru mesti dituangkannya
dalam suatu gagasan tertulis. Penyampaian dari Bapak Gubernur Y.C. Oevang Oeray
tersebut diterima oleh Temenggung PH. Rasip Oddy.
Ketika pulang kembali ke Embuloh,
segeralah Temenggung PH. Rasip Oddy membuat gagasan tertulis beserta desain
ibukota kecamatan. Kemana pun berada, beliau selalu terlihat memegang selembar
kertas dan alat tulis. Jika beliau lupa membawa alat tulis, maka akan dicarinya
benda-benda yang dapat ditulisinya ketika muncul inspirasi untuk melengkapi
idenya.Temenggung PH. Rasip Oddy adalah seorang visionaris yang futuristik,
karena ide dan gagasannya selalu jauh kedepan. Ketika orang-orang belum
memikirkan hal tersebut, maka beliau telah memikirkannya. Apa yang
difikirkannya dituangkan dalam ide dan gagasan tertulisnya itu. Dalam desain
ibukota kecamatan tersebut dirancangnya juga sebuah lapangan pesawat terbang. Untuk
lahan sebagai kantor pemerintahan, kantor keamanan dan gedung pendidikan,
Temenggung PH. Rasip Oddy menghibahkan tanah miliknya.
Selanjutnya ia menyampaikan
gagasan tertulis dan desain yang telah dibuatnya itu kepada masyarakat. Gagasan
dan rancangan miliknya tersebut disetujui oleh masyarakat. Dalam pertemuan
dengan masyarakat tersebut dibahas juga rencana nama untuk kecamatan yang akan
mereka bentuk. Awalnya muncul pendapat dari sebagian masyarakat untuk memberi
nama kecamatan yang baru tersebut dengan nama ‘Dawak’, karena menurut mereka, orang-orang tua mereka dahulunya
menyebut wilayah tersebut dengan sebutan ‘Dawak’.
Namun muncul lagi pendapat dari
sebagian masyarakat lainnya yang menyarankan untuk memberi nama wilayah
tersebut dengan nama ‘Toba’, yang
berasal dari kata ‘Tobang’ atau ‘Tobak’, yang berarti ‘Menebang’, dengan maksud bahwa wilayah
tersebut dahulunya adalah hutan belantara yang tidak berpenghuni yang kemudian telah
dibersihkan atau ditebang hutannya oleh masyarakat sehingga ramai ditempati
orang dan menjadi sebuah kota. Selain itu, terdapat juga pendapat yang
mengatakan bahwa wilayah tersebut pada zaman dahulunya bernama ‘Tobang’ atau ‘Tobak’, yang merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kepatihan
Patih Sugan, dan merupakan penyebutan untuk suku Dayak Banyuke yang banyak
menempati wilayah tersebut. Suku Dayak Banyuke disebut Tobak karena yang
memimpin mereka memasuki wilayah dari Piasak hingga Embuloh pada masa dahulu
adalah seseorang yang bergelar Patih Raja bernama Tobak. Wilayah Tobak ini
merupakan salah satu wilayah Kepatihan dari sepuluh Raja pada masa kerajaan
dahulunya.
Karena terdapat beberapa pendapat
tentang nama yang tepat untuk dipergunakan bagi kecamatan yang baru tersebut,
maka Temenggung PH. Rasip Oddy memberikan pendapat untuk sebaiknya mempergunakan
nama ‘Toba’ saja dengan dasar bahwa
terbangunnya wilayah Embuloh dilakukan oleh tiga suku terbesar di wilayah
tersebut yaitu Suku Dayak Tobang, Banyuke dan Desa. Sehingga nama ‘Toba’
merupakan singkatan dari nama tiga suku Dayak yaitu ‘Tobang, Banyuke dan Desa’.
Pendapat Temenggung PH. Rasip Oddy disetujui oleh masyarakat.
Setelah memusyawarahkan gagasan
tertulis dan rancangannya dengan masyarakat, selanjutnya Temenggung PH. Rasip
Oddy pergi ke Kota Sanggau untuk bertemu dengan Bapak Bupati M.Th. Djaman. Bapak
Bupati Sanggau menyetujui gagasan tertulis dan rancangan kota kecamatan yang
telah dibuat oleh Temenggung PH. Rasip Oddy. Begitu juga ketika menemui Bapak
Gubernur Y.C. Oevang Oeray di Kota Pontianak, Gubernur Kalimanan Barat itu juga
sangat menyetujui gagasan tertulisnya yang memiliki pemikiran sangat maju untuk
pengembangan kota kecamatan itu nantinya. Maka selanjutnya tinggal menunggu
keputusan dari Pemerintah untuk mengesyahkan terbentuknya sebuah kecamatan baru
di Kabupaten Sanggau yang diberi nama Kecamatan Toba dan beribukota di Embuloh.
Selama pengurusan pembentukan
kecamatan yang baru tersebut ke Kota Sanggau dan Kota Pontianak, Temenggung PH.
Rasip Oddy selalu mengunjungi tempat-tempat yang sedang dilakukan pembangunan.
Ia selalu mempelajari bentuk-bentuk pembangunan di tempat-tempat itu. Jika ada
tukang yang sedang membangun gedung atau rumah, ia akan singgah untuk belajar metode
pertukangan sehingga ia menjadi mahir dalam pertukangan. Selama di Kota Sanggau
dan Kota Pontianak, Temenggung PH. Rasip Oddy jarang mempergunakan kendaraan,
ia lebih senang berjalan kaki meskipun tempat yang dituju sangat jauh jaraknya.
Suatu ketika ia membawa sekelompok
orang Jawa untuk menempati wilayah kecamatan baru yang akan dibentuknya.
Kelompok orang Jawa ini kemudian diberinya tanah untuk membangun rumah dan
lahan pertanian yang ditempatkan diwilayah Nek Gajah. Bahkan dibawanya juga guru-guru dari
suku Jawa untuk mengajar di Sekolah Dasar ditempatnya. Sekolah Dasar itu
dibangun diatas lahan miliknya yang dihibahkannya kepada Pemerintah yang
kemudian menjadi SD Bantuan untuk Teraju.
Akhirnya
usaha untuk menciptakan kecamatan yang baru diwilayah tempat tinggalnya itu
terwujud. Pada tahun 1965, keluarlah surat usulan dari Bupati Sanggau untuk pembentukan kecamatan baru di daerah Kabupaten Sanggau
dengan surat nomor 470/I-1965 pada tanggal 24 Februari 1965 dan
surat nomor 671/I-Pem-1965 pada tanggal 24 Februari 1965.
Sebagai tindak lanjut dari usulan
Bupati Sanggau tersebut, maka terbitlah Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Barat dengan Nomor 007/I-A/1965 tanggal 20 Maret 1965 tentang
Pembentukan Kecamatan Baru dalam Daerah Kabupaten Sanggau. Berdasarkan
Surat Keputusan Gubernur tersebut, maka Kecamatan Meliau dibagi menjadi dua
bagian yaitu Kecamatan Meliau yang beribukota di Meliau dan Kecamatan Toba yang pada masa itu beribukota di Embuloh.
Beberapa bulan setelah terbitnya
Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Barat, terjadilah tragedi pemberontakan G
30/S PKI di Indonesia. Akibat tragedi itu, banyak tokoh militer, pemerintahan
dan masyarakat yang ditangkap oleh Tentara Indonesia karena terindikasi
terlibat dalam pemberontakan tersebut. Di Kalimantan Barat lebih banyak suku
Tionghoa yang ditangkap aparat keamanan karena dituding terlibat dalam organisasi
partai Komunis tersebut. Karena takut tertangkap oleh aparat keamanan sehingga
banyak suku Tionghoa yang tidak terlibat organisasi Partai Komunis pindah dari
tempat tinggalnya, termasuk salah satunya kelompok suku Tionghoa dari Montrado,
Bengkayang. Mereka pindah ke wilayah Embuloh untuk menghindari tuduhan terlibat
dalam organisasi terlarang tersebut. Orang-orang Tionghoa tersebut meminta izin
kepada Temenggung PH. Rasip Oddy untuk membangun tempat tinggal di wilayah
Embuloh.
Setelah yakin bahwa Orang-orang
Tionghoa dari Montrado yang datang ke Embuloh tersebut tidak terlibat dengan peristiwa
pemberontakan G 30/S PKI yang telah mengacaukan keamanan di Indonesia, Temenggung
PH. Rasip Oddy kemudian memberikan izin bagi mereka untuk bermukim di wilayah
Embuloh. Temenggung PH. Rasip Oddy juga memberikan mereka tanah untuk membangun
rumah dan berladang secara cuma-cuma. Orang-orang suku Tionghoa dari Montrado tersebut
juga dilindungi keselamatannya oleh Temengung PH. Rasip Oddy. Dengan
bermukimnya Orang-orang suku Tionghoa dari Motrado, maka semakin ramailah
wilayah Embuloh.
Beberapa bulan berikutnya, pada
tanggal 22 Juni 1966, Kecamatan Toba diresmikan sebagai kecamatan baru oleh
Gubernur Kalimantan Barat Y.C. Oevang Oeray di Embuloh. Semula ibukota
Kecamatan Toba bernama Embuloh. Namun pada hari peresmian Kecamatan Toba, nama
Embuloh diganti dengan Teraju, yaitu
nama sebuah sungai yang ada di wilayah Embuloh. Namun menurut riwayat lainnya
menyebutkan bahwa nama Teraju diambil dari kata “Tera” yaitu sejenis Timbangan Emas pada zaman Kepatihan Patih
Sugan dahulu yang menurut para Tetua di Embuloh, terjatuh di sungai. Tera atau
Timbangan Emas itu tidak dapat diangkat kembali ke daratan yang akhirnya sungai
tersebut dinamai sungai Teraju.
Setelah diresmikannya Kecamatan
Toba yang beribukota di Teraju, maka terwujudlah cita-cita Temenggung PH. Rasip
Oddy selama ini yang ingin menjadikan wilayah Embuloh yang telah dirintisnya
menjadi sebuah kota. Wilayah tersebut semakin hari semakin ramai dikunjungi dan
ditempati orang. Temenggung PH. Rasip Oddy sangat gembira dan bangga dengan
keberhasilannya itu, dimana cita-citanya ini sebelumnya tidak diyakini banyak
orang bakalan terwujud. Sebagai ungkapan kegembiraan dan kebanggaannya
tersebut, Temenggung PH. Rasip Oddy membuat sebuah pantun yang berbunyi :
Bukit Kedikit, Bukit Belungai
Di tengah-tengah Kampung Teraju,
Dari sedikit menjadi ramai
Lama-lama
menjadi maju
Sabtu, 21 April 2018
HIKAYAT SUMERLUKI
HIKAYAT SUMERLUKI
Alkisah maka tersebutlah perkataan, ada sebuah negeri di tanah Mengkasar, Meluluki namanya, Keraeng Majiko nama rajanya, terlalu besar kerajaan raja itu, segala negeri di tanah Mengkasar itu takluk kepadanya. Maka ia beristerikan anak Keraeng di Tandering Jikamak tujuh bersaudara. Ketujuhnya dibuat isteri oleh baginda itu, akan puteri yang bongsu itu terlalu baik parasnya. Adapun puteri yang tua sekali beranak seorang lelaki, dinamai ayahandanya Semerluki.
Berapa lamanya Semerluki pun besarlah, terlalu berani, lagi dengan perkasanya tiada berbagai dalam tanah Mengkasar itu. Pada suatu hari Semerluki masuk menghadap ibunya, ia terpandang kepada emak bongsunya, maka Semerluki pun berahi hendakkan emak bongsunya itu. Maka Keraeng Majiko pun tahu akan kelakuan anaknya itu. Maka tiadalah diberi oleh Keraeng Majiko, katanya pada Semerluki, "Bagaimana engkau hendakkan emak bongsumu? Kerana ia saudara emakmu, isteri kepada aku. Jikalau engkau hendak beristeri baik paras, pergilah engkau ke Ujung Tanah, di sana banyak perempuan yang seperti kehendakmu dan yang lebih daripada emak bongsumu itu".
Maka Semerluki pun berlengkaplah, dua ratus banyaknya kelengkapan pelbagai rupa perahu. Setelah sudah lengkap, maka Semerluki pun pergilah, kasadnya hendak mengalahkan segala negeri di bawah angin ini. Pertama-tama ia pergi ke Jawa, banyak dirosakkannya jajahan Jawa, tiada berani orang mengeluari dia. Maka Semerluki pun lalu ke Siam, banyaklah teluk rantau Siam dikalahkannya, tiada juga dikeluari orang Siam. Maka lalulah ia ke laut Ujung Tanah, dirosakkannya segala teluk rantau jajahan Melaka. Maka dipersembahkan orang kepada Sultan Mansur Syah, "Bahawa segala jajahan kita banyak binasa oleh raja Mengkasar yang bernama Semerluki itu”. Maka baginda pun menitahkan Laksamana pergi memairi Semerluki. Maka Laksamana pun berlengkaplah. Setelah sudah lengkap, maka Semerluki pun datanglah ke laut Melaka. Maka Laksamana pun keluarlah dengan segala kelengkapan.
Setelah bertemu lalu berperang berlanggar-langgaran, rupa panah dan sumpitan seperti hujan yang lebat. Maka banyaklah kelengkapan Mengkasar yang rosak oleh kelengkapan Melaka. Maka perahu Laksamana bertemulah dengan perahu Semerluki. Maka oleh Semerluki disuruhnya carupaki sauh terbang ke perahu Laksamana, lekat maka disuruhnya putar, maka oleh Laksamana disuruhnya tetas, sambil bertikam. Maka kelengkapan Semerluki pun banyaklah kalah oleh kelengkapan Laksamana, tetapi orang Melaka banyak mati oleh sumpitan, kerana pada masa itu orang Melaka belum lagi tahu akan tawar ipuh. Maka Semerluki pun undur lalu ke Pasai, segala jajahan Pasai banyak diperbinasakannya. Maka raja Pasai pun menitahkan Raja Kenayatn mengeluari Semerluki maka Orang Kaya Raja Kenayatn pun berlengkap.
Setelah sudah lengkap maka Orang Kaya Raja Kenayatn pun keluarlah. Setelah bertemu dengan Semerluki di Teluk Nerli maka berperanglah kelengkapan Mengkasar dengan kelengkapan Pasai. Maka Semerluki pun bertemu dengan perahu Raja Kenayatn, maka oleh Semerluki disuruhnya carupaki sauh terbang ke perahu Raja Kenayatn, lekat disuruhnya putar. Maka kata Raja Kenayatn, "Putarlah olehmu, jika dekat sekarang nescaya ku amuk dengan jenawi bertumit ini”. Maka segera disuruh tetas oleh Semerluki, lalu ditetas oranglah dan bercerailah perahu keduanya itu. Maka kata Semerluki, "Berani Raja Kenayatn daripada Laksamana”. Maka Semerluki pun kembali, lalu dari laut Melaka, maka diperikut oleh Laksamana, barang yang terpencil habis dikalahkannya. Maka Semerluki pun datanglah ke laut Ungaran, banyaklah kelengkapannya rosak oleh Laksamana. Maka oleh Semerluki diambilnya suatu batu tolak baranya, dicarupakkannya di Selat Ungaran itu, maka kata Semerluki, "Timbul batu ini, maka aku datang ke laut Ujung Tanah”.
Maka pada tempat itu dinamai orang, Tanjung Batu, ada lagi batunya datang sekarang. Maka Semerluki pun kembalilah ke Mengkasar, dan Laksamana pun kembalilah ke Melaka menghadap Sultan Mansur Syah. Maka akan Laksamana dipersalinkan baginda, dan dianugerahi baginda akan segala orang yang pergi itu, masing-masing pada kadarnya.
Alkisah maka tersebutlah perkataan, ada sebuah negeri di tanah Mengkasar, Meluluki namanya, Keraeng Majiko nama rajanya, terlalu besar kerajaan raja itu, segala negeri di tanah Mengkasar itu takluk kepadanya. Maka ia beristerikan anak Keraeng di Tandering Jikamak tujuh bersaudara. Ketujuhnya dibuat isteri oleh baginda itu, akan puteri yang bongsu itu terlalu baik parasnya. Adapun puteri yang tua sekali beranak seorang lelaki, dinamai ayahandanya Semerluki.
Berapa lamanya Semerluki pun besarlah, terlalu berani, lagi dengan perkasanya tiada berbagai dalam tanah Mengkasar itu. Pada suatu hari Semerluki masuk menghadap ibunya, ia terpandang kepada emak bongsunya, maka Semerluki pun berahi hendakkan emak bongsunya itu. Maka Keraeng Majiko pun tahu akan kelakuan anaknya itu. Maka tiadalah diberi oleh Keraeng Majiko, katanya pada Semerluki, "Bagaimana engkau hendakkan emak bongsumu? Kerana ia saudara emakmu, isteri kepada aku. Jikalau engkau hendak beristeri baik paras, pergilah engkau ke Ujung Tanah, di sana banyak perempuan yang seperti kehendakmu dan yang lebih daripada emak bongsumu itu".
Maka Semerluki pun berlengkaplah, dua ratus banyaknya kelengkapan pelbagai rupa perahu. Setelah sudah lengkap, maka Semerluki pun pergilah, kasadnya hendak mengalahkan segala negeri di bawah angin ini. Pertama-tama ia pergi ke Jawa, banyak dirosakkannya jajahan Jawa, tiada berani orang mengeluari dia. Maka Semerluki pun lalu ke Siam, banyaklah teluk rantau Siam dikalahkannya, tiada juga dikeluari orang Siam. Maka lalulah ia ke laut Ujung Tanah, dirosakkannya segala teluk rantau jajahan Melaka. Maka dipersembahkan orang kepada Sultan Mansur Syah, "Bahawa segala jajahan kita banyak binasa oleh raja Mengkasar yang bernama Semerluki itu”. Maka baginda pun menitahkan Laksamana pergi memairi Semerluki. Maka Laksamana pun berlengkaplah. Setelah sudah lengkap, maka Semerluki pun datanglah ke laut Melaka. Maka Laksamana pun keluarlah dengan segala kelengkapan.
Setelah bertemu lalu berperang berlanggar-langgaran, rupa panah dan sumpitan seperti hujan yang lebat. Maka banyaklah kelengkapan Mengkasar yang rosak oleh kelengkapan Melaka. Maka perahu Laksamana bertemulah dengan perahu Semerluki. Maka oleh Semerluki disuruhnya carupaki sauh terbang ke perahu Laksamana, lekat maka disuruhnya putar, maka oleh Laksamana disuruhnya tetas, sambil bertikam. Maka kelengkapan Semerluki pun banyaklah kalah oleh kelengkapan Laksamana, tetapi orang Melaka banyak mati oleh sumpitan, kerana pada masa itu orang Melaka belum lagi tahu akan tawar ipuh. Maka Semerluki pun undur lalu ke Pasai, segala jajahan Pasai banyak diperbinasakannya. Maka raja Pasai pun menitahkan Raja Kenayatn mengeluari Semerluki maka Orang Kaya Raja Kenayatn pun berlengkap.
Setelah sudah lengkap maka Orang Kaya Raja Kenayatn pun keluarlah. Setelah bertemu dengan Semerluki di Teluk Nerli maka berperanglah kelengkapan Mengkasar dengan kelengkapan Pasai. Maka Semerluki pun bertemu dengan perahu Raja Kenayatn, maka oleh Semerluki disuruhnya carupaki sauh terbang ke perahu Raja Kenayatn, lekat disuruhnya putar. Maka kata Raja Kenayatn, "Putarlah olehmu, jika dekat sekarang nescaya ku amuk dengan jenawi bertumit ini”. Maka segera disuruh tetas oleh Semerluki, lalu ditetas oranglah dan bercerailah perahu keduanya itu. Maka kata Semerluki, "Berani Raja Kenayatn daripada Laksamana”. Maka Semerluki pun kembali, lalu dari laut Melaka, maka diperikut oleh Laksamana, barang yang terpencil habis dikalahkannya. Maka Semerluki pun datanglah ke laut Ungaran, banyaklah kelengkapannya rosak oleh Laksamana. Maka oleh Semerluki diambilnya suatu batu tolak baranya, dicarupakkannya di Selat Ungaran itu, maka kata Semerluki, "Timbul batu ini, maka aku datang ke laut Ujung Tanah”.
Maka pada tempat itu dinamai orang, Tanjung Batu, ada lagi batunya datang sekarang. Maka Semerluki pun kembalilah ke Mengkasar, dan Laksamana pun kembalilah ke Melaka menghadap Sultan Mansur Syah. Maka akan Laksamana dipersalinkan baginda, dan dianugerahi baginda akan segala orang yang pergi itu, masing-masing pada kadarnya.
Kamis, 19 April 2018
DEWI JANNA WANI JAWA : ASAL MULA NAMA TANAH JAWA
DEWI JANNA WANI JAWA
ASAL MULA NAMA TANAH JAWA
Tersebutlah salah seorang anaknya Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa bernama Nabi Syits. Nabi Syits mempunyai sifat dan fisik yang mirip Nabi Adam, segalanya mirip Nabi Adam, terutama dari segi kecerdasan dan kebijaksanaannya. Selanjutnya Nabi Syits diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT. Sebagai Nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah.
Nabi Syits juga diwarisi Nabi Adam Tabut Perjanjian, Tali dari Surga, Tombak Palimara, Pedang Satiyama, Anak Panah Harasiya, dan kudanya Nabi Adam bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga. Apabila kuda itu meringkik, maka semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih.
Nabi Syits adalah orang yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak, orang yang pertama kali memperkenalkan jual beli, orang pertama yang mengeluarkan kata-kata Hikmah, orang pertama yang membuat timbangan dan takaran, orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi, dan orang pertama yang membuat bangunan dari batu dan bata.
Nabi Syits menjadi guru dan pemimpin saudara-saudaranya yang telah banyak jumlahnya pada masa itu yang disebut Bangsa Al-Mastian. Peradaban pada masa Nabi Syits adalah peradaban besi. Berbagai bangunan penting pada beberapa pusat negeri terbuat dari besi yang diambil dari Palu besi warisan Nabi Adam. Palu besi ini ketika dibagi-bagi tidak pernah habis. Dan ketika dibentuk menjadi berbagai benda, besi-besinya menjadi semakin banyak dan ketika ditempa akan mengikuti kemauan Nabi Syits, sehingga banyaklah bangunan-bangunan penting yang terbuat dari besi pada masa itu.
Adapun Nabi Syits menikah dengan adik perempuannya yang berumur 4 tahun lebih muda darinya bernama Azura atau Hazurah. Dari pernikahan Nabi Syits dengan Azura dianugerahi beberapa orang anak yang diantaranya anak laki-laki kembar yang oleh Nabi Adam diberi nama Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar. Azura ketika melahirkan anak kembarnya ini pada hari yang sama di waktu yang berbeda. Anwas dilahirkan pada saat matahari terbit, sedangkan Anwar dilahirkan pada saat matahari terbenam. Adapun Azazil atau Iblis mengetahui bahwa kelak cucuk kembar Nabi Adam itu akan menurunkan anak keturunan yang sangat dikasihi Allah. Maka Azazil selalu berupaya untuk bertemu dan akan menyesatkan cucuk kembar Nabi Adam tersebut dengan berbagai cara.
Nabi Syits selain menikah dengan Azura atau Hazurah, ia juga telah diberikan istri oleh Allah berupa bidadari dari Surga yang dibawa Malaikat Jibril bernama Zainab. Pertemuan Nabi Syits dengan bidadari dari Surga bernama Zainab ketika pada suatu hari Nabi Adam jatuh sakit, dan beliau teringat akan makanan surga dan sangat ingin memakannya. Lalu pada ketika itu juga turunlah Malaikat Jibril beserta bidadari bernama Zainab membawa tabak yang terbuat dari emas warna merah yang di dalamnya terdapat bermacam buah-buahan surga yaitu Anggur, Delima, Badar, Jeruk, Kurma, Manggis, Kamandiki, Buah Tik, dan Langsat. Bidadari yang bernama Zainab memakai pakaian sutera yang sangat tipis dan terlalu cantik rupanya, dijarinya memakai 10 cincin yang bercahaya.
Pada saat itu lah Malaikat Jibril menyampaikan kepada Nabi Adam bahwa Allah SWT telah menikahkan Zainab dengan Nabi Syits di Surga. Malaikat Jibril juga berkata akan meninggalkan Zainab di bumi bersama Nabi Syits. Maka bertanyalah Nabi Adam kepada Nabi Syits apakah akan diambilnya bidadari Zainab tersebut di dunia atau akan diserahkannya kembali kepada Allah SWT. Nabi Syits menjawab bahwa ia menyerahkan kembali bidadari Zainab itu kepada Allah karena dunia ini tiada kekal selamanya dan Insya Allah nanti ia akan kembali bertemu dengannya di akhirat. Mendengar jawaban Nabi Syits demikian, maka Malaikat Jibril membawa kembali bidadari Zainab itu naik ke langit.
Adapun Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar ketika berumur anak-anak di asuh oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Terdapat perlakuan yang berbeda kepada anak kembar Nabi Syits itu dari Nabi Adam dan Siti Hawa, yaitu Nabi Adam lebih menyayangi Anwas sedangkan Siti Hawa lebih menyayangi Anwar.
Hingga suatu ketika Nabi Adam bercerita tentang Air Suci Kehidupan yang jika diminum dan mandi didalamnya maka manusia tersebut akan hidup abadi di dunia. Nabi Adam melarang kedua cucuk kembarnya itu untuk mendekati Air Suci Kehidupan tersebut, apalagi sampai meminum dan mandi didalamnya. Hingga atas kehendak Allah, maka dapat bertemulah Iblis dengan salah seorang cucuk kembar Nabi Adam tersebut yang bernama Anwar. Iblis kemudian menggoda Anwar untuk pergi ke sumber Air Suci Kehidupan, dan Anwar pun tergoda.
Anwar kemudian pergi ke sumber Air Suci Kehidupan. Ia meminum dan mandi didalamnya. Ketika Anwar pulang, maka terlihatlah oleh Nabi Adam terdapat perubahan pada cucuknya itu. Maka bertanyalah Nabi Adam dan dijawab dengan jujur oleh Anwar bahwa ia barusan meminum dan mandi di sumber Air Suci Kehidupan. Seketika itu marah lah Nabi Adam dan mengusir Anwar yang masih anak-anak itu.
Anwar dengan kesedihan tiada tara langsung pergi, dan sepanjang kepergiannya ia selalu memanggil-manggil nama neneknya yaitu Siti Hawa, yang selama ini selalu menyayanginya. Dalam kepergiannya, Anwar bertemu dengan beberapa anak Nabi Adam lainnya yang juga merupakan paman-pamannya. Dengan paman-pamannya ini Anwar belajar berbagai Ilmu Laduni untuk menghilangkan kerinduannya kepada neneknya yaitu Siti Hawa. Namun setelah dikuasainya Ilmu Laduni tersebut, tidak juga hilang rasa rindunya kepada neneknya itu. Anwar kemudian pergi lagi mengikuti perasaan hatinya.
Hingga pada suatu tempat di wilayah Sungai Nil, Anwar bertemu dengan Malaikat Harut dan Marut. Anwar kemudian belajar dengan Malaikat Harut dan Marut. Hingga dikuasainya berbagai Ilmu Pengetahuan dari Malaikat Harut dan Marut, namun tidak juga ia dapat melupakan rasa rindunya kepada neneknya Siti Hawa. Anwar kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau yang bernama Lemah Dewani, yaitu sebuah pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa. Di pulau itulah Anwar berhenti dan terus menerus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”.
Anwar mengulang-ngulang menyebut nama neneknya Siti Hawa dengan “Dewi Janna Wani Jawa” sambil melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Anwar melihat matahari tersebut tanpa matanya berkedip sedikitpun. Barangkali akibat rindunya kepada neneknya itu sehingga hilanglah rasa lapar dan hausnya. Anwar akhirnya hanya duduk saja sambil terus melihat matahari terbit hingga terbenam tanpa makan dan minum, sambil terus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”. Hal itu dilakukannya hingga bertahun lamanya.
Hingga tanpa terasa telah lewat 40 tahun ia di tempat itu tanpa bergeser sedikitpun, dan tanpa makan dan minum. Ketika lewat 40 tahun, nama yang terucap dari mulutnya hanya tersisa “Wani Jawa”. Meski telah 40 tahun, Anwar tidak juga berhenti dari perilakunya itu. Hingga tanpa terasa mendekati tahun ke-70, Anwar berbuat seperti itu. Dan nama yang terucap dari mulutnya kini tersisa “Jawa... Jawa... Jawa”. Maka jadilah tempat tersebut kemudian bernama “Jawa”.
Hingga genap tahun ke-70, terbitlah Ilham dalam diri Anwar untuk berhenti berbuat demikian. Dalam Ilham itu terbit juga bahwa untuk menghilangkan rasa rindunya kepada neneknya maka Anwar harus mencari istri. Maka selanjutnya menikahlah Anwar dengan seorang wanita dari Bangsa Al-Mastian bernama Siti Hunun.
Dari pernikahan Anwar dengan Siti Hunun, dianugerahi anak laki-laki bernama Nur Cahya atau bergelar Sang Hyang Nur Cahya. Sang Hyang Nur Cahya kemudian menikah dengan wanita dari Bangsa Sahinastra bernama Dewi Mulat, dan dianugerahi anak bernama Sang Hyang Nur Rasa.
Sang Hyang Nur Rasa kemudian memiliki beberapa orang anak yang diantaranya bernama Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Dharma Jaka, dan Sang Hyang Pramana Wisesa. Adapun Sang Hyang Wenang kemudian memiliki anak bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal selanjutnya memiliki beberapa anak dari istri pertamanya, yang diantaranya bernama Rancasan dan Ludra. Sedangkan dari istri keduanya memiliki beberapa anak yang diantaranya bernama Antaga, Ismaya atau Semar, dan Manik Maya atau Batara Guru.
ASAL MULA NAMA TANAH JAWA
Tersebutlah salah seorang anaknya Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa bernama Nabi Syits. Nabi Syits mempunyai sifat dan fisik yang mirip Nabi Adam, segalanya mirip Nabi Adam, terutama dari segi kecerdasan dan kebijaksanaannya. Selanjutnya Nabi Syits diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT. Sebagai Nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah.
Nabi Syits juga diwarisi Nabi Adam Tabut Perjanjian, Tali dari Surga, Tombak Palimara, Pedang Satiyama, Anak Panah Harasiya, dan kudanya Nabi Adam bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga. Apabila kuda itu meringkik, maka semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih.
Nabi Syits adalah orang yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak, orang yang pertama kali memperkenalkan jual beli, orang pertama yang mengeluarkan kata-kata Hikmah, orang pertama yang membuat timbangan dan takaran, orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi, dan orang pertama yang membuat bangunan dari batu dan bata.
Nabi Syits menjadi guru dan pemimpin saudara-saudaranya yang telah banyak jumlahnya pada masa itu yang disebut Bangsa Al-Mastian. Peradaban pada masa Nabi Syits adalah peradaban besi. Berbagai bangunan penting pada beberapa pusat negeri terbuat dari besi yang diambil dari Palu besi warisan Nabi Adam. Palu besi ini ketika dibagi-bagi tidak pernah habis. Dan ketika dibentuk menjadi berbagai benda, besi-besinya menjadi semakin banyak dan ketika ditempa akan mengikuti kemauan Nabi Syits, sehingga banyaklah bangunan-bangunan penting yang terbuat dari besi pada masa itu.
Adapun Nabi Syits menikah dengan adik perempuannya yang berumur 4 tahun lebih muda darinya bernama Azura atau Hazurah. Dari pernikahan Nabi Syits dengan Azura dianugerahi beberapa orang anak yang diantaranya anak laki-laki kembar yang oleh Nabi Adam diberi nama Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar. Azura ketika melahirkan anak kembarnya ini pada hari yang sama di waktu yang berbeda. Anwas dilahirkan pada saat matahari terbit, sedangkan Anwar dilahirkan pada saat matahari terbenam. Adapun Azazil atau Iblis mengetahui bahwa kelak cucuk kembar Nabi Adam itu akan menurunkan anak keturunan yang sangat dikasihi Allah. Maka Azazil selalu berupaya untuk bertemu dan akan menyesatkan cucuk kembar Nabi Adam tersebut dengan berbagai cara.
Nabi Syits selain menikah dengan Azura atau Hazurah, ia juga telah diberikan istri oleh Allah berupa bidadari dari Surga yang dibawa Malaikat Jibril bernama Zainab. Pertemuan Nabi Syits dengan bidadari dari Surga bernama Zainab ketika pada suatu hari Nabi Adam jatuh sakit, dan beliau teringat akan makanan surga dan sangat ingin memakannya. Lalu pada ketika itu juga turunlah Malaikat Jibril beserta bidadari bernama Zainab membawa tabak yang terbuat dari emas warna merah yang di dalamnya terdapat bermacam buah-buahan surga yaitu Anggur, Delima, Badar, Jeruk, Kurma, Manggis, Kamandiki, Buah Tik, dan Langsat. Bidadari yang bernama Zainab memakai pakaian sutera yang sangat tipis dan terlalu cantik rupanya, dijarinya memakai 10 cincin yang bercahaya.
Pada saat itu lah Malaikat Jibril menyampaikan kepada Nabi Adam bahwa Allah SWT telah menikahkan Zainab dengan Nabi Syits di Surga. Malaikat Jibril juga berkata akan meninggalkan Zainab di bumi bersama Nabi Syits. Maka bertanyalah Nabi Adam kepada Nabi Syits apakah akan diambilnya bidadari Zainab tersebut di dunia atau akan diserahkannya kembali kepada Allah SWT. Nabi Syits menjawab bahwa ia menyerahkan kembali bidadari Zainab itu kepada Allah karena dunia ini tiada kekal selamanya dan Insya Allah nanti ia akan kembali bertemu dengannya di akhirat. Mendengar jawaban Nabi Syits demikian, maka Malaikat Jibril membawa kembali bidadari Zainab itu naik ke langit.
Adapun Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar ketika berumur anak-anak di asuh oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Terdapat perlakuan yang berbeda kepada anak kembar Nabi Syits itu dari Nabi Adam dan Siti Hawa, yaitu Nabi Adam lebih menyayangi Anwas sedangkan Siti Hawa lebih menyayangi Anwar.
Hingga suatu ketika Nabi Adam bercerita tentang Air Suci Kehidupan yang jika diminum dan mandi didalamnya maka manusia tersebut akan hidup abadi di dunia. Nabi Adam melarang kedua cucuk kembarnya itu untuk mendekati Air Suci Kehidupan tersebut, apalagi sampai meminum dan mandi didalamnya. Hingga atas kehendak Allah, maka dapat bertemulah Iblis dengan salah seorang cucuk kembar Nabi Adam tersebut yang bernama Anwar. Iblis kemudian menggoda Anwar untuk pergi ke sumber Air Suci Kehidupan, dan Anwar pun tergoda.
Anwar kemudian pergi ke sumber Air Suci Kehidupan. Ia meminum dan mandi didalamnya. Ketika Anwar pulang, maka terlihatlah oleh Nabi Adam terdapat perubahan pada cucuknya itu. Maka bertanyalah Nabi Adam dan dijawab dengan jujur oleh Anwar bahwa ia barusan meminum dan mandi di sumber Air Suci Kehidupan. Seketika itu marah lah Nabi Adam dan mengusir Anwar yang masih anak-anak itu.
Anwar dengan kesedihan tiada tara langsung pergi, dan sepanjang kepergiannya ia selalu memanggil-manggil nama neneknya yaitu Siti Hawa, yang selama ini selalu menyayanginya. Dalam kepergiannya, Anwar bertemu dengan beberapa anak Nabi Adam lainnya yang juga merupakan paman-pamannya. Dengan paman-pamannya ini Anwar belajar berbagai Ilmu Laduni untuk menghilangkan kerinduannya kepada neneknya yaitu Siti Hawa. Namun setelah dikuasainya Ilmu Laduni tersebut, tidak juga hilang rasa rindunya kepada neneknya itu. Anwar kemudian pergi lagi mengikuti perasaan hatinya.
Hingga pada suatu tempat di wilayah Sungai Nil, Anwar bertemu dengan Malaikat Harut dan Marut. Anwar kemudian belajar dengan Malaikat Harut dan Marut. Hingga dikuasainya berbagai Ilmu Pengetahuan dari Malaikat Harut dan Marut, namun tidak juga ia dapat melupakan rasa rindunya kepada neneknya Siti Hawa. Anwar kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau yang bernama Lemah Dewani, yaitu sebuah pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa. Di pulau itulah Anwar berhenti dan terus menerus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”.
Anwar mengulang-ngulang menyebut nama neneknya Siti Hawa dengan “Dewi Janna Wani Jawa” sambil melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Anwar melihat matahari tersebut tanpa matanya berkedip sedikitpun. Barangkali akibat rindunya kepada neneknya itu sehingga hilanglah rasa lapar dan hausnya. Anwar akhirnya hanya duduk saja sambil terus melihat matahari terbit hingga terbenam tanpa makan dan minum, sambil terus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”. Hal itu dilakukannya hingga bertahun lamanya.
Hingga tanpa terasa telah lewat 40 tahun ia di tempat itu tanpa bergeser sedikitpun, dan tanpa makan dan minum. Ketika lewat 40 tahun, nama yang terucap dari mulutnya hanya tersisa “Wani Jawa”. Meski telah 40 tahun, Anwar tidak juga berhenti dari perilakunya itu. Hingga tanpa terasa mendekati tahun ke-70, Anwar berbuat seperti itu. Dan nama yang terucap dari mulutnya kini tersisa “Jawa... Jawa... Jawa”. Maka jadilah tempat tersebut kemudian bernama “Jawa”.
Hingga genap tahun ke-70, terbitlah Ilham dalam diri Anwar untuk berhenti berbuat demikian. Dalam Ilham itu terbit juga bahwa untuk menghilangkan rasa rindunya kepada neneknya maka Anwar harus mencari istri. Maka selanjutnya menikahlah Anwar dengan seorang wanita dari Bangsa Al-Mastian bernama Siti Hunun.
Dari pernikahan Anwar dengan Siti Hunun, dianugerahi anak laki-laki bernama Nur Cahya atau bergelar Sang Hyang Nur Cahya. Sang Hyang Nur Cahya kemudian menikah dengan wanita dari Bangsa Sahinastra bernama Dewi Mulat, dan dianugerahi anak bernama Sang Hyang Nur Rasa.
Sang Hyang Nur Rasa kemudian memiliki beberapa orang anak yang diantaranya bernama Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Dharma Jaka, dan Sang Hyang Pramana Wisesa. Adapun Sang Hyang Wenang kemudian memiliki anak bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal selanjutnya memiliki beberapa anak dari istri pertamanya, yang diantaranya bernama Rancasan dan Ludra. Sedangkan dari istri keduanya memiliki beberapa anak yang diantaranya bernama Antaga, Ismaya atau Semar, dan Manik Maya atau Batara Guru.
Senin, 16 April 2018
RAHASIA DAN SILSILAH SHALAT
RAHASIA DAN
SILSILAH SHALAT
Rahasia ataupun kunci pada shalat itu adalah
terletak pada niat hati yang khusyu’ menghadapkan diri kepada Allah SWT. Pada
awal shalat saat takbiratul ihram. Karena didalam niat hati yang khusyu’ akan
ditemukan ketenangan, dalam ketenangan akan ditemukan keyakinan, dalam keyakinan
akan menjadikan hati selalu ingat bahwa ia adalah pemberian dan karunia Allah
SWT yang Esa, Kuasa dan yang tidak ada sekutu bagiNya.
Adapun rahasia yang terkandung dalam jumlah
rakaat shalat lima waktu adalah:
1.
Shalat Shubuh dua rakaat adalah sebagai badan
dan nyawa.
2.
Shalat
Zhuhur empat rakaat adalah sebagai dua tangan dan dua kaki.
3.
Shalat
Ashar empat rakaat adalah sebagai muka dan belakang ketika ruku’ dan sujud.
4.
Shalat
Maghrib tiga rakaat adalah sebagai kedua pipi dan muka.
5.
Shalat
Isya’ empat rakaat adalah sebagai kedua telinga dan mata.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa shalat itu
merupakan satu makhluk yang sangat mulia dan kemuliaannya seperti kemuliaan
Allah SWT. Sebagai makhluk, Shalat mempunyai bagian-bagian, antara lain :
1.
Adalah tubuh shalat itu suci zhohir dan
bathin.
2.
Nafas shalat itu niat.
3.
Nyawa shalat itu bertakbiratul ihram.
4.
Kakinya shalat berdiri menghadap kiblat.
5.
Tangannya itu ketika mengangkat kedua tangan bertakbiratul ihram hingga
kebahunya.
6.
Kepalanya
itu membaca Al – Fatihaah.
7.
Telinganya
itu ialah ruku’.
8.
Auratnya
itu ialah sujud.
9.
Hidungnya
itu ialah takbir ketika ruku’.
10. Mulutnya itu ialah syahadat.
11. Kulitnya itu ialah memberi salam ke kanan dan
ke kiri.
12. Otaknya itu ialah berdo’a setelah itu.
Adapun Silsilah Shalat yaitu :
1.
Shalat Zhuhur : Hurufnya Alif. Nabinya Ibrahim. Malaikatnya Jibril.
Sahabatnya Abu bakar. Cahayanya hijau. 4 rakaat sebagai Wujud, Ilmu, Nur dan
Shuhuk.
2.
Shalat
Ashar : Hurufnya
Lam. Nabinya Yunus. Malaikatnya
Mikail. Sahabatnya Umar. Cahayanya kuning. 4 rakaat sebagai Api, Tanah, Angin
dan Air.
3.
Shalat
Maghrib : Hurufnya Ha.
Nabinya Isa. Malaikatnya Izrafil. Sahabatnya Usman. Cahayanya Merah. 3 rakaat
sebagai Allah, Muhammad dan Adam.
4.
Shalat
Isya’ : Hurufnya
MIM. Nabinya Musa. Malaikatnya
Izrail. Sahabatnya Ali. Cahayanya Hitam. 4 rakaat sebagai Wadi, Maji, Mani dan
Manikam.
5.
Shalat
Shubuh : Hurufnya
Dal. Nabinya Adam. Malaikatnya Rohani. Sahabatnya
Ridwan. Cahayanya Putih. 2 rakaat sebagai Zat dan Sifat (nyawa dan tubuh).
Kelima waktu shalat tersebut berhimpun dalam
satu kata “ALHAMDU”. Yang berarti ”segala puji” atau ”pujian”, sebagai
sanjungan terhadap Allah SWT. Yang mengandung permohonan pemberkatan dan
keselamatan.
Sedangkan gerakan dalam shalat masih
berkaitan dengan makna shalat lima waktu itu sendiri. Adapun makna gerakan dalam shalat adalah
sebagai berikut :
1.
Berdirinya didalam
shalat seperti huruf Alif.
2.
Ruku’nya
seperti huruf Ha.
3.
Sujudnya
seperti huruf Mim.
4.
Duduknya
seperti huruf Dal.
Maka seluruh gerakan tersebut akan membentuk
kata “AHMAD”, yang berarti ”terpuji”. ”Terpuji” yaitu bagus hati dan
perilakunya. Maka akan luruslah tabiat dan sifatnya, menjadi makhluk Allah yang
terpuji.
Shalat dan gerakan-gerakannya juga masih
berhubungan dengan bentuk fisik manusia yaitu :
1.
Kepalanya bulat seperti huruf Mim yang pertama.
2.
Badanya
seperti huruf Ha.
3.
Perutnya
seperti huruf Mim yang kedua.
4.
Kakinya
seperti huruf Dal.
Minggu, 15 April 2018
MAKNA ISLAM DAN HURUFNYA
MAKNA ISLAM DAN HURUFNYA
Islam berasal dari kata ”Aslama” (menyerahkan) dan kata ”Salima” (selamat). Dapat ditarik sebuah definisi dari kata ISLAM, sebagai berikut:
” Menyerahkan diri kepada Allah secara mutlak sesuai dengan ajaran Muhammad Rasulullah SAW. Untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat”.
ISLAM terdiri dari 4 huruf: ALIf, SIN, LAM – ALIF, MIM :
a. Alif mengisyaratkan : ANA, ALLAH, AHAD = ANAALLAHUAHAD
Pada ”lubuk hati yang paling dalam” (sir) seorang Muslim yang Khalish (ikhlas – bersih), seakan terasa dan terdengar oleh telinga batinnya KALAM QODIM yang bila dirangkai dengan isyarat kata dan huruf; ”Akulah ALLAH YANG MAHA ESA”.
Isyarat huruf ALIF, seakan-akan melahirkan Kalam
Qadim: ”Akulah Allah Yang Maha Esa, siapa yang ingin berjumpa denganKu, hendaklah beramal shalih dan tidak boleh menyekutukanKu dengan sesuatu apapun. Untuk sampai kepadaKu ikutilah SIN.
b. Huruf yang ke-2 dari Huruf ISLAM adalah huruf SIN, mengisyaratkan MUHAMMAD SAW. dengan seluruh ajarannya. Artinya siapa yang ingin selamat, ikutilah MUHAMMAD, yaitu: SIN bergerigi tiga:
1) Gerigi pertama mengisyaratkan ”SYARIAT”.
Syariat dari segi bahasa artinya: ”Tata – Hukum”. Disadari bahwa dalam alam semesta ini tidak ada yang terlepas dari apa yang dinamakan ”Hukum”. Termasuk untuk manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai hamba Allah, perlu diatur dan ditata, sehingga tercipta keteraturan yang menyangkut hubungan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Maha Pencipta.
Pembahasan mengenai materi hukum, dimana manusia sebagai objeknya, tercakup dalam beberapa disiplin ilmu; Ilmu Fiqih, Ilmu Adab dan lain-lain.
Dalam ajaran Islam, melaksanakan aturan dan ketentuan hukum tanpa memahami dan menghayati ”apa tujuan hukum”, maka pelaksanaanya tidaklah memiliki nilai yang sempurna. Orang tua-tua biasa menyebutnya ”kulit tanpa isi”. Tujuan hukum adalah kebenaran, atau dalam istilah kitab kuning ”yang sebenar-benarnya” (Hakikat).
Untuk mencapai tujuan tentu memerlukan ”jalan” dan ”cara”. Tanpa mengetahui jalannya, tentu sulit untuk mencapai tujuan. Hal itu dinamakan ”Thoriqat”.
2) Gerigi kedua mengisyaratkan ”THORIQAT”.
Persamaan katanya menurut segi bahasa; ”Madzhab” yang artinya ”jalan”. Mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui ”cara” melintasi jalan agar tujuan tidak kesasar.
Tujuan adalah kebenaran, maka cara untuk melintasi jalan harus dengan benar pula. Untuk ini harus sudah ada persiapan bathin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, sehingga perlu adanya latihan – latihan tertentu dengan cara – cara tertentu pula.
Sekitar abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah lahirlah kelompok – kelompok dengan metode latihan, berintikan ajaran DZIKIRULLAH. Sumber pegangan tidak lepas dari ajaran Rasulullah SAW. Kelompok - kelompok ini menamakan dirinya dengan nama THORIQAT yang berpredikat masing-masing sesuai dengan nama pembawa ajaran itu. Terdapatlah beberapa nama antara lain:
a) THORIQAT QODIRIYAH, pembawa ajaran; Syekh Abdul Qadir Jaelani q.s. (qaddasallahu sirrahu).
b) THORIQAT SYADZALIYAH, pembawa ajaran; Syekh Abu Hasan As-Syadzili q.s.
c) THORIQAT NAQSYABANDIYAH, pembawa ajaran; Syekh Baha’uddin An-Naqsyabandi q.s.
d) THORIQAT RIFA’IYAH, pembawa ajaran; Syekh Ahmad bin Abil – Hasan Ar – Rifa’i. Q.s.
Dan banyak lagi nama-nama thoriqat yang mereka anggap sejalan dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. Banyak ulama berpendapat bahwa dari sejumlah Thoriqat-Thoriqat yang tersebar di dunia Islam, ada yang MU’TABAR (diakui) dan GHAIRU MU’TABAR (tidak diakui).
Seseorang yang memasuki Thoriqat, dinamai ”Salik” (orang yang berjalan), sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan ”Suluk”. Banyak hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan, antara lain; Khalwat (nyepi/samadi). Diwaktu khalwat ini diperlukan Muraqabah (pengintip perilaku diri), Muhasabah (menghitung–hitung/merenungi diri, mana yang baik dan terpuji dan mana yang jelek serta mana pula yang tercela), Mujahadah (tekun/rajin/ sungguh–sungguh) dan banyak lagi istilah–istilah dengan riyadloh lahir bathin, sesuai dengan petunjuk dari Syekh/Mursyid (guru).
3) Gerigi ketiga mengisyaratkan ”HAKIKAT”.
Istilah ini sudah merupakan Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab ”Haqiqat” yang berarti ”Kebenaran”, ”Kenyataan Asal” atau ”Yang sebenar-benarnya”.
Kebenaran dalam hidup dan kehidupan, inilah yang dicari dan ini pulalah yang dituju. Hakikat Alam, Hakikat Diri saling berkaitan, yang dalam bahasa tulisan lama menyebutnya ”diri mencari sebenar-benarnya diri”. Dan letak MAKRIFATnya telah dirangkum dalam huruf LAM – ALIF dan MIM.
c. Huruf ke-3 dan ke-4, LAM – ALIF, MIM mengisyaratkan ”MAKRIFAT”;
Kata ”MAKRIFAT” berasal dari kata ’arafa yang artinya ”Mengenal”.
1. LAM ALIF = LAAILAAHAILLALLAH
”Tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah”.
”Tidak ada yang dimaksud / dicari kecuali Allah”.
”Tidak ada yang maujud kecuali Allah”.
2. MIM = MUHAMMADRASULLULLAH
”MUHAMMAD adalah utusan Allah”.
Diri ini penuh dengan serba ketergantungan, kekurangan, kelemahan, fana, dibanding dengan Allah SWT. Yang memiliki kebesaran, kekuasaan, keperkasaan dan kekekalan serta memiliki seluruh sifat-sifat kesempurnaan. Tidak ada seorang manusiapun yang sanggup dan mampu mengenalNya dalam arti hakiki kecuali Dia.
Syariat, Thoriqat, Hakikat, terhimpun dalam MAKRIFAT. Bila salah satu gerigi SIN ditiadakan, tidak bersyariat atau tidak berhakikat, berarti tidak melalui jalan SIN, maka tidak akan dapat merasakan kenikmatan MAKRIFAT, dan tidak akan diterima di hadirat-Nya.
Keempat bagian ini (Syariat, Thoriqat, Hakikat dan Makrifat) adalah sudah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Gugur salah satunya berarti gugur pula keseluruhannya. Jika telah terlaksana keempat bagian tersebut maka sempurnalah dia disebut ISLAM sehingga menjadi INSAN KAMIL atau makhluk Allah yang sempurna.
Islam berasal dari kata ”Aslama” (menyerahkan) dan kata ”Salima” (selamat). Dapat ditarik sebuah definisi dari kata ISLAM, sebagai berikut:
” Menyerahkan diri kepada Allah secara mutlak sesuai dengan ajaran Muhammad Rasulullah SAW. Untuk mencapai keselamatan dunia dan akhirat”.
ISLAM terdiri dari 4 huruf: ALIf, SIN, LAM – ALIF, MIM :
a. Alif mengisyaratkan : ANA, ALLAH, AHAD = ANAALLAHUAHAD
Pada ”lubuk hati yang paling dalam” (sir) seorang Muslim yang Khalish (ikhlas – bersih), seakan terasa dan terdengar oleh telinga batinnya KALAM QODIM yang bila dirangkai dengan isyarat kata dan huruf; ”Akulah ALLAH YANG MAHA ESA”.
Isyarat huruf ALIF, seakan-akan melahirkan Kalam
Qadim: ”Akulah Allah Yang Maha Esa, siapa yang ingin berjumpa denganKu, hendaklah beramal shalih dan tidak boleh menyekutukanKu dengan sesuatu apapun. Untuk sampai kepadaKu ikutilah SIN.
b. Huruf yang ke-2 dari Huruf ISLAM adalah huruf SIN, mengisyaratkan MUHAMMAD SAW. dengan seluruh ajarannya. Artinya siapa yang ingin selamat, ikutilah MUHAMMAD, yaitu: SIN bergerigi tiga:
1) Gerigi pertama mengisyaratkan ”SYARIAT”.
Syariat dari segi bahasa artinya: ”Tata – Hukum”. Disadari bahwa dalam alam semesta ini tidak ada yang terlepas dari apa yang dinamakan ”Hukum”. Termasuk untuk manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai hamba Allah, perlu diatur dan ditata, sehingga tercipta keteraturan yang menyangkut hubungan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Maha Pencipta.
Pembahasan mengenai materi hukum, dimana manusia sebagai objeknya, tercakup dalam beberapa disiplin ilmu; Ilmu Fiqih, Ilmu Adab dan lain-lain.
Dalam ajaran Islam, melaksanakan aturan dan ketentuan hukum tanpa memahami dan menghayati ”apa tujuan hukum”, maka pelaksanaanya tidaklah memiliki nilai yang sempurna. Orang tua-tua biasa menyebutnya ”kulit tanpa isi”. Tujuan hukum adalah kebenaran, atau dalam istilah kitab kuning ”yang sebenar-benarnya” (Hakikat).
Untuk mencapai tujuan tentu memerlukan ”jalan” dan ”cara”. Tanpa mengetahui jalannya, tentu sulit untuk mencapai tujuan. Hal itu dinamakan ”Thoriqat”.
2) Gerigi kedua mengisyaratkan ”THORIQAT”.
Persamaan katanya menurut segi bahasa; ”Madzhab” yang artinya ”jalan”. Mengetahui adanya jalan, perlu pula mengetahui ”cara” melintasi jalan agar tujuan tidak kesasar.
Tujuan adalah kebenaran, maka cara untuk melintasi jalan harus dengan benar pula. Untuk ini harus sudah ada persiapan bathin, yakni sikap yang benar. Sikap hati yang demikian tidak akan tampil dengan sendirinya, sehingga perlu adanya latihan – latihan tertentu dengan cara – cara tertentu pula.
Sekitar abad ke-2 dan ke-3 Hijriyah lahirlah kelompok – kelompok dengan metode latihan, berintikan ajaran DZIKIRULLAH. Sumber pegangan tidak lepas dari ajaran Rasulullah SAW. Kelompok - kelompok ini menamakan dirinya dengan nama THORIQAT yang berpredikat masing-masing sesuai dengan nama pembawa ajaran itu. Terdapatlah beberapa nama antara lain:
a) THORIQAT QODIRIYAH, pembawa ajaran; Syekh Abdul Qadir Jaelani q.s. (qaddasallahu sirrahu).
b) THORIQAT SYADZALIYAH, pembawa ajaran; Syekh Abu Hasan As-Syadzili q.s.
c) THORIQAT NAQSYABANDIYAH, pembawa ajaran; Syekh Baha’uddin An-Naqsyabandi q.s.
d) THORIQAT RIFA’IYAH, pembawa ajaran; Syekh Ahmad bin Abil – Hasan Ar – Rifa’i. Q.s.
Dan banyak lagi nama-nama thoriqat yang mereka anggap sejalan dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT. Banyak ulama berpendapat bahwa dari sejumlah Thoriqat-Thoriqat yang tersebar di dunia Islam, ada yang MU’TABAR (diakui) dan GHAIRU MU’TABAR (tidak diakui).
Seseorang yang memasuki Thoriqat, dinamai ”Salik” (orang yang berjalan), sedang cara yang mereka tempuh menurut cara-cara tertentu dinamakan ”Suluk”. Banyak hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang salik bila ingin sampai kepada tujuan, antara lain; Khalwat (nyepi/samadi). Diwaktu khalwat ini diperlukan Muraqabah (pengintip perilaku diri), Muhasabah (menghitung–hitung/merenungi diri, mana yang baik dan terpuji dan mana yang jelek serta mana pula yang tercela), Mujahadah (tekun/rajin/ sungguh–sungguh) dan banyak lagi istilah–istilah dengan riyadloh lahir bathin, sesuai dengan petunjuk dari Syekh/Mursyid (guru).
3) Gerigi ketiga mengisyaratkan ”HAKIKAT”.
Istilah ini sudah merupakan Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Arab ”Haqiqat” yang berarti ”Kebenaran”, ”Kenyataan Asal” atau ”Yang sebenar-benarnya”.
Kebenaran dalam hidup dan kehidupan, inilah yang dicari dan ini pulalah yang dituju. Hakikat Alam, Hakikat Diri saling berkaitan, yang dalam bahasa tulisan lama menyebutnya ”diri mencari sebenar-benarnya diri”. Dan letak MAKRIFATnya telah dirangkum dalam huruf LAM – ALIF dan MIM.
c. Huruf ke-3 dan ke-4, LAM – ALIF, MIM mengisyaratkan ”MAKRIFAT”;
Kata ”MAKRIFAT” berasal dari kata ’arafa yang artinya ”Mengenal”.
1. LAM ALIF = LAAILAAHAILLALLAH
”Tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah”.
”Tidak ada yang dimaksud / dicari kecuali Allah”.
”Tidak ada yang maujud kecuali Allah”.
2. MIM = MUHAMMADRASULLULLAH
”MUHAMMAD adalah utusan Allah”.
Diri ini penuh dengan serba ketergantungan, kekurangan, kelemahan, fana, dibanding dengan Allah SWT. Yang memiliki kebesaran, kekuasaan, keperkasaan dan kekekalan serta memiliki seluruh sifat-sifat kesempurnaan. Tidak ada seorang manusiapun yang sanggup dan mampu mengenalNya dalam arti hakiki kecuali Dia.
Syariat, Thoriqat, Hakikat, terhimpun dalam MAKRIFAT. Bila salah satu gerigi SIN ditiadakan, tidak bersyariat atau tidak berhakikat, berarti tidak melalui jalan SIN, maka tidak akan dapat merasakan kenikmatan MAKRIFAT, dan tidak akan diterima di hadirat-Nya.
Keempat bagian ini (Syariat, Thoriqat, Hakikat dan Makrifat) adalah sudah merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Gugur salah satunya berarti gugur pula keseluruhannya. Jika telah terlaksana keempat bagian tersebut maka sempurnalah dia disebut ISLAM sehingga menjadi INSAN KAMIL atau makhluk Allah yang sempurna.
Sabtu, 14 April 2018
HIKAYAT PENCIPTAAN MANUSIA 4
HIKAYAT PENCIPTAAN MANUSIA
DALAM KITAB RISALATUL MAJARROH PENGHULU SANGGAU
Bagian Keempat :
Tersebutlah anak keturunan Samum bernama Iblis yang lebih memilih untuk menyendiri dan beribadah kepada Allah. Ketika di bumi Iblis telah beribadah kepada Allah selama 10.000 tahun. Kemudian Allah mengangkatnya ke langit pertama. Di langit pertama Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Abid. Allah kemudian mengangkatnya ke langit kedua. Di langit kedua Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Ar-Raki.
Allah kemudian mengangkatnya lagi ke langit ketiga. Di langit ketiga Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar As-Saajid. Allah kemudian mengangkatnya lagi ke langit keempat, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Khaasyi.
Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit kelima, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Qaanit. Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit keenam, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Mujtahid. Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit ketujuh, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Az-Zahid. Akhirnya Allah mengangkat Iblis ke Surga. Sehingga total Iblis beribadah kepada Allah sejak di bumi hingga akhirnya naik ke Surga selama 80.000 tahun. Perilaku Iblis yang taat beribadah tersebut sangat di kagumi oleh Bangsa Malaikat. Maka jadilah Iblis makhluk Allah yang sangat di hormati Bangsa Malaikat. Ketika di Surga Iblis mendapat gelar Azazil yang berarti Hamba Allah yang terhormat, berharga dan kuat.
Selama di Surga, Iblis pernah melakukan tugas-tugas mulia yang diperintahkan Allah kepadanya yaitu:
1. Iblis menjadi penjaga surga selama 40.000 tahun.
2. Iblis hidup bersama Malaikat selama 80.000 tahun.
3. Iblis diangkat menjadi penasehat Malaikat selama 20.000 tahun.
4. Iblis menjadi pemimpin Malaikat Karobiyyun selama 30.000 tahun.
5. Iblis melakukan Thowaf atau mengelilingi arasy bersama para Malaikat selama 14.000 tahun.
Jadi, keseluruhan Iblis beribadah sejak di bumi kemudian melakukan semua perintah Allah adalah selama 265.000 tahun. Iblis tidak merasa lelah dan mengeluh dalam menjalankan perintah Allah yang mulia. Iblis menjalankan dengan ikhlas, tidak ada niat apapun kecuali karena Allah semata. Iblis juga pernah menggantikan kedudukan Malaikat Mikail dan Malaikat Jibril untuk memimpin pasukan Malaikat menundukkan Bangsa anak keturunan Hin dan Bin yang pada masa itu sedang berperang di bumi. Perang ini disebut sebagai Perang Yusuf.
Adapun asal muasal Bangsa Hin dan Bin adalah bermula ketika Nabi Adam yang setelah diciptakan Allah diperintahkan untuk berkeliling surga dan alam semesta untuk melihat kebesaran Allah. Maka dibawalah Nabi Adam oleh Malaikat Jibril yang berada di depannya, Malaikat Mikail di kanannya, dan Malaikat Israfil di sebelah kirinya.
Ketika mengelilingi alam semesta, singgahlah Nabi Adam ke 69 bumi yang bertebaran di tujuh lapis langit. Pada 69 bumi tersebut terlihat oleh Nabi Adam telah ada makhluk semirip dengannya, tetapi bentuknya tidak sempurna. Makhluk-makhluk yang mendiami 69 bumi tersebut merupakan penciptaan Allah dari sisa-sisa tanah penciptaan jasad Nabi Adam. Sehingga makhluk-makhluk di 69 bumi tersebut memiliki unsur jasad yang sama dengan Nabi Adam, hanya bentuknya saja yang tidak sempurna karena berasal dari sisa-sisa tanah penciptaan Nabi Adam.
Hingga ketika Nabi Adam singgah ke bumi ke 70, terlihatlah oleh Nabi Adam tidak ada makhluk yang semirip dengannya di bumi tersebut. Maka Nabi Adam yang pada masa itu masih dianugerahi pengetahuan yang melebihi makhluk-makhluk Allah lainnya mencoba membuat makhluk yang semirip dengannya dari tanah tempat asal muasal penciptaan jasadnya.
Adapun jasad Nabi Adam terbuat dari tanah dari beberapa negeri di bumi yaitu Kepalanya dari Tanah Baitul Mukadis sehingga menjadi tempat budi pekerti, Mukanya dari tanah bumi yang dicampur tanah surga sehingga menjadi perhiasan, Kedua matanya dari tanah Hud sehingga menjadi tempatnya untuk memandang, Kakinya dari tanah Hindi sehingga menjadi alat untuknya berjalan, Zakarnya dari tanah Babil sehingga menjadi tempat syahwatnya, dan Lidahnya dari tanah Jabal Qaf sehingga menjadi alat untuknya berbicara.
Maka berusahalah Nabi Adam membuat makhluk semirip dengannya. Makhluk tersebut ada sepasang namun tidak dapat sama dengan dirinya dan tidak sempurna. Sepasang makhluk tersebut berbentuk binatang yang tidak jelas bentuknya. Sepasang makhluk itu pun tidak bernyawa. Dari situlah Nabi Adam tersadar bahwa tingginya pengetahuan yang dimilikinya tidak dapat menyamai kekuasaan Allah.
Karena terlalu lelah ia berusaha membuat makhluk yang semiripnya, maka tertidurlah Nabi Adam yang pada masa itu belum terciptanya Siti Hawa. Maka pada saat itulah Iblis melintas dan melihatnya. Iblis kemudian mengambil sepasang makhluk yang dibuat Nabi Adam tersebut, dan dengan pengetahuan Iblis, maka sepasang makhluk itu diisi tubuhnya dari nyala api yang menyala-nyala, serta ditiupkannya ruh sehingga bernyawalah sepasang makhluk tersebut. Sepasang makhluk itu kemudian dinamai Iblis dengan Hin dan Bin.
Hin da Bin yang telah bernyawa tersebut kemudian dibawa Iblis ke bumi ke 70 dan diajarkannya berbagai ilmu pengetahuan. Selanjutnya beranak pinaklah Hin dan Bin dengan cepat, dan sangat banyak ke seluruh penjuru bumi hingga sebanyak 120 Kerajaan. Pada masa inilah terjadi perang besar lagi yang disebut Perang Yusuf.
Akibat Perang Yusuf membuat Bangsa Malaikat terpecah dua yaitu tentara Malaikat yang mengikuti kepemimpinan Malaikat Mikail dan tentara Malaikat yang mengikuti kepemimpinan Malaikat Jibril. Kedua tentara Malaikat ini pun berperang di bumi bersamaan dengan berperangnya 120 Kerajaan Bangsa Hin dan Bin. Perang besar tersebut berhenti setelah Iblis yang pada masa itu bergelar Azazil diperintahkan oleh Allah untuk memimpin pasukan Malaikat turun ke bumi, guna menaklukkan 120 Kerajaan Bangsa Hin dan Bin. Maka sejak itulah Iblis atau Azazil menjadi penguasa Bumi.
Sedangkan Malaikat Mikail dan Malaikat Jibril dihukum oleh Allah untuk tidak lagi memimpin tentara Malaikat. Kedudukan kedua Malaikat tersebut diganti oleh Allah dengan Malaikat Izrail yang keberadaannya pada masa itu di rahasiakan oleh Allah.
Adapun Malaikat Izrail sebelum Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi, diperintahkan oleh Allah untuk membawa ribuan pasukan Malaikat Buraq dari Surga guna mengurung Bangsa Hin dan Bin serta Bangsa Jin yang banyak terlepas dari pasungan dibawah gunung. Bangsa Hin dan Bin yang bentuknya seperti binatang tersebut di kurung oleh pasukan Malaikat Buraq di hutan-hutan pegunungan dan pulau-pulau terpencil. Dan Bangsa Jin tetap dipasung dibawah gunung dengan penjagaan dari pasukan Malaikat Buraq.
Namun atas kehendak Allah, ketika Nabi Adam dan Siti Hawa telah turun ke bumi dan memiliki keturunan yang banyak, maka penjagaan terhadap Bangsa Hin dan Bin terbuka. Bangsa ini kemudian berperang dengan anak keturunan Nabi Adam yaitu pada masa Nabi Sueb yang disebut Perang Tamm, dan pada masa Nabi Idris yang disebut Perang Marduk.
Adapun ketiga perang yang terjadi yaitu Perang Yusuf, Perang Tamm dan Perang Marduk kemudian terhikayatkan menjadi Perang Mahabarata dalam Bangsa Hindustan.
Adapun Nabi Adam dan Siti Hawa ketika turun ke bumi, setelah dibelakang mereka turunlah Burung Merak. Selanjutnya setelah dibelakang Burung Merak turunlah Ular yang diusir Allah dari Surga, kemudian setelah dibelakang Ular turunlah Iblis yang dilaknat Allah.
Ketika akan memasuki bumi, Nabi Adam terpisah dengan Siti Hawa. Nabi Adam terjatuh di Sernadib. Sebelum Nabi Adam keluar dari surga, ia mengambil sepenggal kayu untuk dijadikan tongkatnya. Sepenggal kayu dari Surga yang menjadi tongkatnya Nabi Adam ini kemudian menjadi pohon-pohon Gaharu di bumi. Adapun Siti Hawa kemudian terjatuh di Jedah.
Sedangkan Burung Merak terjatuh di Hindustan. Selama di Hindustan, Burung Merak menyesali kesalahannya sehingga ia di usir Allah dari Surga. Burung Merak bersujud memohon pengampunan Allah hingga akhirnya turunlah Malaikat Izrail menyampaikan bahwa Allah mengetahui taubatnya Burung Merak. Namun Allah berkehendak agar Burung Merak tetap di bumi untuk menjaga anak keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa. Maka diangkatlah Burung Merak menjadi Raja pasukan Buraq di bumi yang akan menjaga anak keturunan Nabi Adam ketika terjadi perang hingga akhir zaman.
Adapun Ular selanjutnya terjatuh di Sepaham dan Iblis terjatuh di Matradiliren. Iblis kemudian menjadi makhluk yang akan terus menyesatkan anak keturunan Nabi Adam hingga akhir zaman.
DALAM KITAB RISALATUL MAJARROH PENGHULU SANGGAU
Bagian Keempat :
Tersebutlah anak keturunan Samum bernama Iblis yang lebih memilih untuk menyendiri dan beribadah kepada Allah. Ketika di bumi Iblis telah beribadah kepada Allah selama 10.000 tahun. Kemudian Allah mengangkatnya ke langit pertama. Di langit pertama Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Abid. Allah kemudian mengangkatnya ke langit kedua. Di langit kedua Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Ar-Raki.
Allah kemudian mengangkatnya lagi ke langit ketiga. Di langit ketiga Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar As-Saajid. Allah kemudian mengangkatnya lagi ke langit keempat, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Khaasyi.
Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit kelima, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Qaanit. Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit keenam, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Al-Mujtahid. Kemudian Allah mengangkatnya lagi ke langit ketujuh, dan Iblis beribadah lagi selama 10.000 tahun sehingga mendapat gelar Az-Zahid. Akhirnya Allah mengangkat Iblis ke Surga. Sehingga total Iblis beribadah kepada Allah sejak di bumi hingga akhirnya naik ke Surga selama 80.000 tahun. Perilaku Iblis yang taat beribadah tersebut sangat di kagumi oleh Bangsa Malaikat. Maka jadilah Iblis makhluk Allah yang sangat di hormati Bangsa Malaikat. Ketika di Surga Iblis mendapat gelar Azazil yang berarti Hamba Allah yang terhormat, berharga dan kuat.
Selama di Surga, Iblis pernah melakukan tugas-tugas mulia yang diperintahkan Allah kepadanya yaitu:
1. Iblis menjadi penjaga surga selama 40.000 tahun.
2. Iblis hidup bersama Malaikat selama 80.000 tahun.
3. Iblis diangkat menjadi penasehat Malaikat selama 20.000 tahun.
4. Iblis menjadi pemimpin Malaikat Karobiyyun selama 30.000 tahun.
5. Iblis melakukan Thowaf atau mengelilingi arasy bersama para Malaikat selama 14.000 tahun.
Jadi, keseluruhan Iblis beribadah sejak di bumi kemudian melakukan semua perintah Allah adalah selama 265.000 tahun. Iblis tidak merasa lelah dan mengeluh dalam menjalankan perintah Allah yang mulia. Iblis menjalankan dengan ikhlas, tidak ada niat apapun kecuali karena Allah semata. Iblis juga pernah menggantikan kedudukan Malaikat Mikail dan Malaikat Jibril untuk memimpin pasukan Malaikat menundukkan Bangsa anak keturunan Hin dan Bin yang pada masa itu sedang berperang di bumi. Perang ini disebut sebagai Perang Yusuf.
Adapun asal muasal Bangsa Hin dan Bin adalah bermula ketika Nabi Adam yang setelah diciptakan Allah diperintahkan untuk berkeliling surga dan alam semesta untuk melihat kebesaran Allah. Maka dibawalah Nabi Adam oleh Malaikat Jibril yang berada di depannya, Malaikat Mikail di kanannya, dan Malaikat Israfil di sebelah kirinya.
Ketika mengelilingi alam semesta, singgahlah Nabi Adam ke 69 bumi yang bertebaran di tujuh lapis langit. Pada 69 bumi tersebut terlihat oleh Nabi Adam telah ada makhluk semirip dengannya, tetapi bentuknya tidak sempurna. Makhluk-makhluk yang mendiami 69 bumi tersebut merupakan penciptaan Allah dari sisa-sisa tanah penciptaan jasad Nabi Adam. Sehingga makhluk-makhluk di 69 bumi tersebut memiliki unsur jasad yang sama dengan Nabi Adam, hanya bentuknya saja yang tidak sempurna karena berasal dari sisa-sisa tanah penciptaan Nabi Adam.
Hingga ketika Nabi Adam singgah ke bumi ke 70, terlihatlah oleh Nabi Adam tidak ada makhluk yang semirip dengannya di bumi tersebut. Maka Nabi Adam yang pada masa itu masih dianugerahi pengetahuan yang melebihi makhluk-makhluk Allah lainnya mencoba membuat makhluk yang semirip dengannya dari tanah tempat asal muasal penciptaan jasadnya.
Adapun jasad Nabi Adam terbuat dari tanah dari beberapa negeri di bumi yaitu Kepalanya dari Tanah Baitul Mukadis sehingga menjadi tempat budi pekerti, Mukanya dari tanah bumi yang dicampur tanah surga sehingga menjadi perhiasan, Kedua matanya dari tanah Hud sehingga menjadi tempatnya untuk memandang, Kakinya dari tanah Hindi sehingga menjadi alat untuknya berjalan, Zakarnya dari tanah Babil sehingga menjadi tempat syahwatnya, dan Lidahnya dari tanah Jabal Qaf sehingga menjadi alat untuknya berbicara.
Maka berusahalah Nabi Adam membuat makhluk semirip dengannya. Makhluk tersebut ada sepasang namun tidak dapat sama dengan dirinya dan tidak sempurna. Sepasang makhluk tersebut berbentuk binatang yang tidak jelas bentuknya. Sepasang makhluk itu pun tidak bernyawa. Dari situlah Nabi Adam tersadar bahwa tingginya pengetahuan yang dimilikinya tidak dapat menyamai kekuasaan Allah.
Karena terlalu lelah ia berusaha membuat makhluk yang semiripnya, maka tertidurlah Nabi Adam yang pada masa itu belum terciptanya Siti Hawa. Maka pada saat itulah Iblis melintas dan melihatnya. Iblis kemudian mengambil sepasang makhluk yang dibuat Nabi Adam tersebut, dan dengan pengetahuan Iblis, maka sepasang makhluk itu diisi tubuhnya dari nyala api yang menyala-nyala, serta ditiupkannya ruh sehingga bernyawalah sepasang makhluk tersebut. Sepasang makhluk itu kemudian dinamai Iblis dengan Hin dan Bin.
Hin da Bin yang telah bernyawa tersebut kemudian dibawa Iblis ke bumi ke 70 dan diajarkannya berbagai ilmu pengetahuan. Selanjutnya beranak pinaklah Hin dan Bin dengan cepat, dan sangat banyak ke seluruh penjuru bumi hingga sebanyak 120 Kerajaan. Pada masa inilah terjadi perang besar lagi yang disebut Perang Yusuf.
Akibat Perang Yusuf membuat Bangsa Malaikat terpecah dua yaitu tentara Malaikat yang mengikuti kepemimpinan Malaikat Mikail dan tentara Malaikat yang mengikuti kepemimpinan Malaikat Jibril. Kedua tentara Malaikat ini pun berperang di bumi bersamaan dengan berperangnya 120 Kerajaan Bangsa Hin dan Bin. Perang besar tersebut berhenti setelah Iblis yang pada masa itu bergelar Azazil diperintahkan oleh Allah untuk memimpin pasukan Malaikat turun ke bumi, guna menaklukkan 120 Kerajaan Bangsa Hin dan Bin. Maka sejak itulah Iblis atau Azazil menjadi penguasa Bumi.
Sedangkan Malaikat Mikail dan Malaikat Jibril dihukum oleh Allah untuk tidak lagi memimpin tentara Malaikat. Kedudukan kedua Malaikat tersebut diganti oleh Allah dengan Malaikat Izrail yang keberadaannya pada masa itu di rahasiakan oleh Allah.
Adapun Malaikat Izrail sebelum Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi, diperintahkan oleh Allah untuk membawa ribuan pasukan Malaikat Buraq dari Surga guna mengurung Bangsa Hin dan Bin serta Bangsa Jin yang banyak terlepas dari pasungan dibawah gunung. Bangsa Hin dan Bin yang bentuknya seperti binatang tersebut di kurung oleh pasukan Malaikat Buraq di hutan-hutan pegunungan dan pulau-pulau terpencil. Dan Bangsa Jin tetap dipasung dibawah gunung dengan penjagaan dari pasukan Malaikat Buraq.
Namun atas kehendak Allah, ketika Nabi Adam dan Siti Hawa telah turun ke bumi dan memiliki keturunan yang banyak, maka penjagaan terhadap Bangsa Hin dan Bin terbuka. Bangsa ini kemudian berperang dengan anak keturunan Nabi Adam yaitu pada masa Nabi Sueb yang disebut Perang Tamm, dan pada masa Nabi Idris yang disebut Perang Marduk.
Adapun ketiga perang yang terjadi yaitu Perang Yusuf, Perang Tamm dan Perang Marduk kemudian terhikayatkan menjadi Perang Mahabarata dalam Bangsa Hindustan.
Adapun Nabi Adam dan Siti Hawa ketika turun ke bumi, setelah dibelakang mereka turunlah Burung Merak. Selanjutnya setelah dibelakang Burung Merak turunlah Ular yang diusir Allah dari Surga, kemudian setelah dibelakang Ular turunlah Iblis yang dilaknat Allah.
Ketika akan memasuki bumi, Nabi Adam terpisah dengan Siti Hawa. Nabi Adam terjatuh di Sernadib. Sebelum Nabi Adam keluar dari surga, ia mengambil sepenggal kayu untuk dijadikan tongkatnya. Sepenggal kayu dari Surga yang menjadi tongkatnya Nabi Adam ini kemudian menjadi pohon-pohon Gaharu di bumi. Adapun Siti Hawa kemudian terjatuh di Jedah.
Sedangkan Burung Merak terjatuh di Hindustan. Selama di Hindustan, Burung Merak menyesali kesalahannya sehingga ia di usir Allah dari Surga. Burung Merak bersujud memohon pengampunan Allah hingga akhirnya turunlah Malaikat Izrail menyampaikan bahwa Allah mengetahui taubatnya Burung Merak. Namun Allah berkehendak agar Burung Merak tetap di bumi untuk menjaga anak keturunan Nabi Adam dan Siti Hawa. Maka diangkatlah Burung Merak menjadi Raja pasukan Buraq di bumi yang akan menjaga anak keturunan Nabi Adam ketika terjadi perang hingga akhir zaman.
Adapun Ular selanjutnya terjatuh di Sepaham dan Iblis terjatuh di Matradiliren. Iblis kemudian menjadi makhluk yang akan terus menyesatkan anak keturunan Nabi Adam hingga akhir zaman.
Langganan:
Postingan (Atom)
SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU
Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...

-
TENGKORAK ATAU FOSIL MANUSIA PURBA TERTUA DI ASIA DITEMUKAN DI KALIMANTAN Beberapa Tulang atau Fosil Manusia Purba ditemukan di Ta...
-
MAKNA ISLAM DAN HURUFNYA Islam berasal dari kata ”Aslama” (menyerahkan) dan kata ”Salima” (selamat). Dapat ditarik sebuah definisi dari ka...
-
MASA PERADABAN MANUSIA DI BUMI Terdapat beberapa teori yang menyampaikan tentang masa keberadaan dan peradaban manusia di bumi yang...