Sabtu, 21 Desember 2019

FOSIL MANUSIA PURBA TERTUA DI ASIA DITEMUKAN DI KALIMANTAN


TENGKORAK ATAU FOSIL MANUSIA PURBA TERTUA DI ASIA
DITEMUKAN DI KALIMANTAN

Beberapa Tulang atau Fosil Manusia Purba ditemukan di Taman Nasional Gua Niah Serawak, negara bagian Malaysia yang berada di pesisir utara pulau Kalimantan. Tulang manusia tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1958 oleh Tim Arkeologis yang dipimpin oleh Tom Harrison yang telah melakukan eksplorasi penggalian dalam Gua Niah sejak tahun 1954 dengan cakupan area beberapa Gua di Kompleks Gua Niah dan daerah sekitarnya.
Tulang manusia tersebut ditemukan pada kawasan yang disebut “West Mouth” dan merupakan temuan terbesar. Tulang manusia yang disebut “Tengkorak Dalam” berupa tengkorak atau tulang yang tak utuh dan tulang kaki. Setelah penemuan tersebut, eksplorasi dilanjutkan hingga tahun 1967, dan Tom Harrison menemukan total 270 rangkaian tulang manusia. Selain itu ditemukan juga banyak peti mati berbentuk kapal yang mengandungi tulang-tulang manusia dan manik-manik yang berselerak di lantai Gua tersebut yang dihiasi banyak lukisan figuratif pada dinding Gua.
Berdasarkan temuannya, disebutkan bahwa tengkorak manusia tersebut merupakan manusia purba tertua di Asia. Bahkan diuraikan lebih lanjut bahwa keberadaan manusia purba tersebut merupakan kelompok manusia purba yang menempati kawasan tersebut paling awal yang kemudian menciptakan migrasi ke sekitar Asia bahkan hingga tiba dan menempati New Guinea dan Australia.
Selain di Taman Nasional Gua Niah Serawak, Artefak Kerangka Manusia Purba juga ditemukan di Gua yang berada di wilayah Mentewe, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Mentewe merupakan kawasan yang secara geografis berada di wilayah Pegunungan Meratus. Dalam Gua tersebut, Tim Arkeologis juga menemukan lukisan Figuratif pada dinding Gua. Kemudian ditemukan juga Fosil atau Kerangka Manusia Purba di Gua pada kawasan hutan Muara Uya, Tabalong, daerah pedalaman Kalimantan Selatan. Kerangka Manusia Purba tersebut memiliki ukuran sangat besar dan kekar.
Kemudian disebutkan juga bahwa kelompok manusia purba ini merupakan kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan Dendeng atau sejenis daging Sapi atau Lembu yang diawetkan atau dikeringkan, karena didapati bentuk geraham belakang mereka yang sangat kuat sehingga mampu mengunyah makanan-makanan keras.
Mengkonsumsi sejenis makanan Dendeng merupakan sejenis tradisi kehidupan yang modern karena masyarakat yang telah menerapkan penggunaan Dendeng sebagai kebutuhan hidupnya berarti masyarakat tersebut mengenal ilmu pengetahuan dalam pengolahan makanan. Karena mengawetkan makanan diperlukan ramuan khusus yang tentunya terdapat Ilmu Pengetahuannya yang kemudian dicampurkan pada daging agar tidak membusuk. Setelah daging tersebut dicampur ramuan, selanjutnya di keringkan, apakah menggunakan sinar matahari ataupun menggunakan media panas lainnya. Masyarakat yang menguasai Ilmu Pengetahuan mengawetkan makanan ini disebutkan telah dapat mengatur kebutuhan pangannya.
Dalam beberapa teori disebutkan bahwa Ilmu Pengawetan makanan ini sebagai asal muasal pengetahuan dalam mengawetkan mayat atau jasad raja-raja Kerajaan Kuno seperti yang terdapat pada tradisi raja-raja Mesir. Artinya bahwa bermula dari tradisi masyarakat yang menguasai pengetahuan mengawetkan makanan ini lah yang kemudian ditiru untuk mengawetkan mayat atau jasad manusia yang telah meninggal dunia.
Berdasarkan temuan tengkorak manusia purba ini maka sebagai pembantah bahwa manusia yang menempati kawasan Indonesia khususnya di Kalimantan berasal dari daratan China sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa teori Migrasi manusia di Asia Tenggara. Justru malah sebaliknya, bahwa manusia yang menempati kawasan daratan China dan sekitarnya serta di Asia berasal dari Kalimantan, yaitu manusia Purba Kalimantan yang bermigrasi ke kawasan daratan China, Asia dan sekitarnya.
Selanjutnya, berhubungan dengan tradisi manusia Purba Kalimantan yang mengkonsumsi makanan Dendeng yaitu sejenis daging Sapi atau Lembu yang diawetkan atau dikeringkan, maka terdapat hubungan dengan beberapa temuan Arkeologi lainnya tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu ini yaitu sebagai berikut:
1.        Temuan lukisan Figuratif berbentuk hewan Sapi atau Lembu di Gua batu kapur di Sangkulirang-Mangkalihat Provinsi Kalimantan Timur. Menurut para ahli bahwa lukisan figuratif dalam dinding Gua tersebut merupakan bentuk-bentuk cadas tertua dan terbaik di dunia. Lukisan-lukisan gua ini pertama kali ditemukan pada tahun 1994 oleh penjelajah Prancis Luc Hendi.
2.        Pada tulisan di Batu Pahat Kabupaten Sekadau Kalimantan Barat yang menjelaskan tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu ini yaitu :
a)      Pada Tiang Dhug atau Chatra yang pertama tertulis dengan bunyi : “Whisak pavitramay atmavinay dharaḷaṁ kannukalikay arukkan penaktiyay savikkunnay”.
Maknanya adalah : “Pada masa purnama mengabdilah ke langit atas dengan memotong hewan ternak Lembu yang banyak agar suci ruh dan jiwa menjadi tenang”.
b)      Pada Tiang Dhug atau Chatra yang kelima tertulis dengan bunyi : “Samadhanatteatay jipikkukay whesak kannukalikay anum pennam ara jead tamasikkunnay rajyam santamakkukay”.
Maknanya adalah : “Agar hidup  damai maka pada purnama potonglah hewan ternak Lembu jantan betina satu pasang agar tentram negeri tempat tinggalmu”.
c)      Pada Tiang Dhug atau Chatra yang ketujuh tertulis dengan bunyi : “Samadhanatteay jivikkukay whesak areagya mulatum sampan navumay ara kuṭumba bhavanattinay an ​​kannuk alikay ara jeati kannukalikay murikkukay”.
Maknanya adalah : “Agar hidup damai pada purnama potonglah hewan ternak Lembu jantan betina satu pasang agar sejahtera dan sehat semua keluarga di rumah”.
3.        Pada Prasasti Yupa Kutai Kalimantan Timur juga terdapat penjelasan tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu yaitu pada Prasasti Yupa D. 2b atau Prasasti Muarakaman II yang berbunyi : “Srimato nerpamukhyasya rajnah sri mulavarmmanah danam punyatame kesetre yad dattam vaprakesvare dvijatibhyo 'qnikalpebhyah vinsatir gosahasrikam tasya punyasya yupo 'yam kerto viprair ihaqataih”.
Maknanya adalah : “Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, yang telah memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana, yang seperti api di tanah yang suci Waprakeswara, Sebagai tanda kebajikan Sang Raja, tugu peringatan ini dibuat oleh para Brahmana yang datang di tempat ini”.
Kemudian dalam Prasasti Yupa Kutai lainnya terdapat tiga kata yang juga memiliki makna yang mengarah pada jamuan atau penyediaan makanan sejenis daging Lembu atau Sapi yang diawetkan ataupun yang dikeringkan dengan telah dicampur berbagai ramuan yaitu diantaranya disebut Aikadasam dan Akasadipam, yang ditempatkan pada tempat yang tinggi sehingga tersentuh oleh Api Suci.

Selanjutnya, keberadaan hewan Sapi atau Lembu ini juga memiliki hubungan terhadap salah satu ritual kuno masyarakat Kalimantan yaitu Ritual Tiwah dalam agama asli Kalimantan yaitu agama Kaharingan. Dalam Ritual Tiwah tersebut terdapat ritual pemotongan atau pengurbanan Sapi atau Lembu dengan keyakinan bahwa cucuran darah dari hewan ini akan mensucikan ruh. Kepala Sapi atau Lembu yang telah dikurbankan dipenggal dan dikumpulkan sebagai persembahan, dan daging Sapi atau Lembu tersebut kemudian dimasak untuk dikonsumsi bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...