TENGKORAK ATAU FOSIL MANUSIA PURBA
TERTUA DI ASIA
DITEMUKAN DI KALIMANTAN
Beberapa Tulang atau Fosil Manusia Purba ditemukan di Taman
Nasional Gua Niah Serawak, negara bagian Malaysia yang berada di pesisir utara
pulau Kalimantan. Tulang manusia tersebut pertama kali ditemukan pada tahun
1958 oleh Tim Arkeologis yang dipimpin oleh Tom Harrison yang telah melakukan
eksplorasi penggalian dalam Gua Niah sejak tahun 1954 dengan cakupan area
beberapa Gua di Kompleks Gua Niah dan daerah sekitarnya.
Tulang manusia tersebut ditemukan pada kawasan yang disebut “West
Mouth” dan merupakan temuan terbesar. Tulang manusia yang disebut “Tengkorak
Dalam” berupa tengkorak atau tulang yang tak utuh dan tulang kaki. Setelah penemuan
tersebut, eksplorasi dilanjutkan hingga tahun 1967, dan Tom Harrison menemukan
total 270 rangkaian tulang manusia. Selain itu ditemukan juga banyak peti mati
berbentuk kapal yang mengandungi tulang-tulang manusia dan manik-manik yang
berselerak di lantai Gua tersebut yang dihiasi banyak lukisan figuratif pada
dinding Gua.
Berdasarkan temuannya, disebutkan bahwa tengkorak manusia
tersebut merupakan manusia purba tertua di Asia. Bahkan diuraikan lebih lanjut
bahwa keberadaan manusia purba tersebut merupakan kelompok manusia purba yang menempati
kawasan tersebut paling awal yang kemudian menciptakan migrasi ke sekitar Asia
bahkan hingga tiba dan menempati New Guinea dan Australia.
Selain di Taman Nasional Gua Niah Serawak, Artefak Kerangka
Manusia Purba juga ditemukan di Gua yang berada di wilayah Mentewe, Tanah
Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Mentewe merupakan kawasan yang secara
geografis berada di wilayah Pegunungan Meratus. Dalam Gua tersebut, Tim
Arkeologis juga menemukan lukisan Figuratif pada dinding Gua. Kemudian ditemukan
juga Fosil atau Kerangka Manusia Purba di Gua pada kawasan hutan Muara Uya,
Tabalong, daerah pedalaman Kalimantan Selatan. Kerangka Manusia Purba tersebut
memiliki ukuran sangat besar dan kekar.
Kemudian disebutkan juga bahwa kelompok manusia purba ini
merupakan kelompok manusia yang mengkonsumsi makanan Dendeng atau sejenis
daging Sapi atau Lembu yang diawetkan atau dikeringkan, karena didapati bentuk
geraham belakang mereka yang sangat kuat sehingga mampu mengunyah
makanan-makanan keras.
Mengkonsumsi sejenis makanan Dendeng merupakan sejenis tradisi
kehidupan yang modern karena masyarakat yang telah menerapkan penggunaan
Dendeng sebagai kebutuhan hidupnya berarti masyarakat tersebut mengenal ilmu
pengetahuan dalam pengolahan makanan. Karena mengawetkan makanan diperlukan
ramuan khusus yang tentunya terdapat Ilmu Pengetahuannya yang kemudian dicampurkan
pada daging agar tidak membusuk. Setelah daging tersebut dicampur ramuan,
selanjutnya di keringkan, apakah menggunakan sinar matahari ataupun menggunakan
media panas lainnya. Masyarakat yang menguasai Ilmu Pengetahuan mengawetkan
makanan ini disebutkan telah dapat mengatur kebutuhan pangannya.
Dalam beberapa teori disebutkan bahwa Ilmu Pengawetan makanan
ini sebagai asal muasal pengetahuan dalam mengawetkan mayat atau jasad
raja-raja Kerajaan Kuno seperti yang terdapat pada tradisi raja-raja Mesir. Artinya
bahwa bermula dari tradisi masyarakat yang menguasai pengetahuan mengawetkan
makanan ini lah yang kemudian ditiru untuk mengawetkan mayat atau jasad manusia
yang telah meninggal dunia.
Berdasarkan temuan tengkorak manusia purba ini maka sebagai
pembantah bahwa manusia yang menempati kawasan Indonesia khususnya di
Kalimantan berasal dari daratan China sebagaimana yang telah disebutkan dalam beberapa
teori Migrasi manusia di Asia Tenggara. Justru malah sebaliknya, bahwa manusia
yang menempati kawasan daratan China dan sekitarnya serta di Asia berasal dari
Kalimantan, yaitu manusia Purba Kalimantan yang bermigrasi ke kawasan daratan
China, Asia dan sekitarnya.
Selanjutnya, berhubungan dengan tradisi manusia Purba
Kalimantan yang mengkonsumsi makanan Dendeng yaitu sejenis daging Sapi atau
Lembu yang diawetkan atau dikeringkan, maka terdapat hubungan dengan beberapa
temuan Arkeologi lainnya tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu ini yaitu sebagai berikut:
1.
Temuan lukisan Figuratif berbentuk hewan Sapi
atau Lembu di Gua batu kapur di Sangkulirang-Mangkalihat Provinsi Kalimantan
Timur. Menurut para ahli bahwa lukisan figuratif dalam dinding Gua tersebut merupakan
bentuk-bentuk cadas tertua dan terbaik di dunia. Lukisan-lukisan gua ini
pertama kali ditemukan pada tahun 1994 oleh penjelajah Prancis Luc Hendi.
2.
Pada tulisan di Batu Pahat Kabupaten Sekadau
Kalimantan Barat yang menjelaskan tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu ini
yaitu :
a)
Pada Tiang Dhug atau Chatra yang pertama tertulis dengan
bunyi : “Whisak pavitramay
atmavinay dharaḷaṁ kannukalikay arukkan penaktiyay savikkunnay”.
Maknanya adalah : “Pada masa
purnama mengabdilah ke
langit atas dengan memotong hewan ternak Lembu yang banyak agar suci ruh dan
jiwa menjadi tenang”.
b)
Pada Tiang Dhug atau Chatra yang kelima tertulis dengan
bunyi : “Samadhanatteatay
jipikkukay whesak kannukalikay anum pennam ara jead tamasikkunnay rajyam
santamakkukay”.
Maknanya adalah : “Agar hidup
damai maka pada purnama potonglah hewan ternak Lembu jantan betina satu
pasang agar tentram negeri tempat tinggalmu”.
c)
Pada Tiang Dhug atau Chatra yang ketujuh tertulis dengan
bunyi : “Samadhanatteay
jivikkukay whesak areagya mulatum sampan navumay ara kuṭumba bhavanattinay an
kannuk alikay ara jeati kannukalikay murikkukay”.
Maknanya adalah : “Agar hidup damai pada purnama potonglah
hewan ternak Lembu jantan betina satu pasang agar sejahtera dan sehat semua
keluarga di rumah”.
3.
Pada Prasasti Yupa Kutai Kalimantan Timur
juga terdapat penjelasan tentang keberadaan hewan Sapi atau Lembu yaitu pada
Prasasti Yupa D. 2b atau Prasasti Muarakaman II yang berbunyi : “Srimato nerpamukhyasya rajnah sri mulavarmmanah danam punyatame kesetre yad
dattam vaprakesvare dvijatibhyo 'qnikalpebhyah vinsatir gosahasrikam tasya
punyasya yupo 'yam kerto viprair ihaqataih”.
Maknanya adalah : “Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, yang
telah memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana, yang seperti
api di tanah yang suci Waprakeswara, Sebagai tanda kebajikan Sang Raja, tugu
peringatan ini dibuat oleh para Brahmana yang datang di tempat ini”.
Kemudian dalam Prasasti Yupa Kutai lainnya terdapat tiga kata yang juga
memiliki makna yang mengarah pada jamuan atau penyediaan makanan sejenis daging
Lembu atau Sapi yang diawetkan ataupun yang dikeringkan dengan telah dicampur
berbagai ramuan yaitu diantaranya disebut Aikadasam dan Akasadipam, yang ditempatkan pada tempat
yang tinggi sehingga tersentuh oleh Api Suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar