Kamis, 19 April 2018

DEWI JANNA WANI JAWA : ASAL MULA NAMA TANAH JAWA

DEWI JANNA WANI JAWA
ASAL MULA NAMA TANAH JAWA

Tersebutlah salah seorang anaknya Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa bernama Nabi Syits. Nabi Syits mempunyai sifat dan fisik yang mirip Nabi Adam, segalanya mirip Nabi Adam, terutama dari segi kecerdasan dan kebijaksanaannya. Selanjutnya Nabi Syits diangkat sebagai Nabi oleh Allah SWT. Sebagai Nabi, Syits menerima perintah-perintah dari Allah yang tertulis dalam 50 sahifah.
Nabi Syits juga diwarisi Nabi Adam Tabut Perjanjian, Tali dari Surga, Tombak Palimara, Pedang Satiyama, Anak Panah Harasiya, dan kudanya Nabi Adam bernama Maimun yang telah diturunkan kepadanya dari surga. Apabila kuda itu meringkik, maka semua binatang yang melata di bumi menyambutnya dengan tasbih.
Nabi Syits adalah orang yang pertama kali melakukan transaksi dengan emas dan perak, orang yang pertama kali memperkenalkan jual beli, orang pertama yang mengeluarkan kata-kata Hikmah, orang pertama yang membuat timbangan dan takaran, orang pertama yang menggali barang tambang dari dalam bumi, dan orang pertama yang membuat bangunan dari batu dan bata.
Nabi Syits menjadi guru dan pemimpin saudara-saudaranya yang telah banyak jumlahnya pada masa itu yang disebut Bangsa Al-Mastian. Peradaban pada masa Nabi Syits adalah peradaban besi. Berbagai bangunan penting pada beberapa pusat negeri terbuat dari besi yang diambil dari Palu besi warisan Nabi Adam. Palu besi ini ketika dibagi-bagi tidak pernah habis. Dan ketika dibentuk menjadi berbagai benda, besi-besinya menjadi semakin banyak dan ketika ditempa akan mengikuti kemauan Nabi Syits, sehingga banyaklah bangunan-bangunan penting yang terbuat dari besi pada masa itu.
Adapun Nabi Syits menikah dengan adik perempuannya yang berumur 4 tahun lebih muda darinya bernama Azura atau Hazurah. Dari pernikahan Nabi Syits dengan Azura dianugerahi beberapa orang anak yang diantaranya anak laki-laki kembar yang oleh Nabi Adam diberi nama Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar. Azura ketika melahirkan anak kembarnya ini pada hari yang sama di waktu yang berbeda. Anwas dilahirkan pada saat matahari terbit, sedangkan Anwar dilahirkan pada saat matahari terbenam. Adapun Azazil atau Iblis mengetahui bahwa kelak cucuk kembar Nabi Adam itu akan menurunkan anak keturunan yang sangat dikasihi Allah. Maka Azazil selalu berupaya untuk bertemu dan akan menyesatkan cucuk kembar Nabi Adam tersebut dengan berbagai cara.
Nabi Syits selain menikah dengan Azura atau Hazurah, ia juga telah diberikan istri oleh Allah berupa bidadari dari Surga yang dibawa Malaikat Jibril bernama Zainab. Pertemuan Nabi Syits dengan bidadari dari Surga bernama Zainab ketika pada suatu hari Nabi Adam jatuh sakit, dan beliau teringat akan makanan surga dan sangat ingin memakannya. Lalu pada ketika itu juga turunlah Malaikat Jibril beserta bidadari bernama Zainab membawa tabak yang terbuat dari emas warna merah yang di dalamnya terdapat bermacam buah-buahan surga yaitu Anggur, Delima, Badar, Jeruk, Kurma, Manggis, Kamandiki, Buah Tik, dan Langsat. Bidadari yang bernama Zainab memakai pakaian sutera yang sangat tipis dan terlalu cantik rupanya, dijarinya memakai 10 cincin yang bercahaya.
Pada saat itu lah Malaikat Jibril menyampaikan kepada Nabi Adam bahwa Allah SWT telah menikahkan Zainab dengan Nabi Syits di Surga. Malaikat Jibril juga berkata akan meninggalkan Zainab di bumi bersama Nabi Syits. Maka bertanyalah Nabi Adam kepada Nabi Syits apakah akan diambilnya bidadari Zainab tersebut di dunia atau akan diserahkannya kembali kepada Allah SWT. Nabi Syits menjawab bahwa ia menyerahkan kembali bidadari Zainab itu kepada Allah karena dunia ini tiada kekal selamanya dan Insya Allah nanti ia akan kembali bertemu dengannya di akhirat. Mendengar jawaban Nabi Syits demikian, maka Malaikat Jibril membawa kembali bidadari Zainab itu naik ke langit.
Adapun Anusy atau Enos atau Aniruddha ataupun Anwas dan Annur atau Asrar atau Anawrahta atau Nara ataupun Anwar ketika berumur anak-anak di asuh oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Terdapat perlakuan yang berbeda kepada anak kembar Nabi Syits itu dari Nabi Adam dan Siti Hawa, yaitu Nabi Adam lebih menyayangi Anwas sedangkan Siti Hawa lebih menyayangi Anwar.
Hingga suatu ketika Nabi Adam bercerita tentang Air Suci Kehidupan yang jika diminum dan mandi didalamnya maka manusia tersebut akan hidup abadi di dunia. Nabi Adam melarang kedua cucuk kembarnya itu untuk mendekati Air Suci Kehidupan tersebut, apalagi sampai meminum dan mandi didalamnya. Hingga atas kehendak Allah, maka dapat bertemulah Iblis dengan salah seorang cucuk kembar Nabi Adam tersebut yang bernama Anwar. Iblis kemudian menggoda Anwar untuk pergi ke sumber Air Suci Kehidupan, dan Anwar pun tergoda.
Anwar kemudian pergi ke sumber Air Suci Kehidupan. Ia meminum dan mandi didalamnya. Ketika Anwar pulang, maka terlihatlah oleh Nabi Adam terdapat perubahan pada cucuknya itu. Maka bertanyalah Nabi Adam dan dijawab dengan jujur oleh Anwar bahwa ia barusan meminum dan mandi di sumber Air Suci Kehidupan. Seketika itu marah lah Nabi Adam dan mengusir Anwar yang masih anak-anak itu.
Anwar dengan kesedihan tiada tara langsung pergi, dan sepanjang kepergiannya ia selalu memanggil-manggil nama neneknya yaitu Siti Hawa, yang selama ini selalu menyayanginya. Dalam kepergiannya, Anwar bertemu dengan beberapa anak Nabi Adam lainnya yang juga merupakan paman-pamannya. Dengan paman-pamannya ini Anwar belajar berbagai Ilmu Laduni untuk menghilangkan kerinduannya kepada neneknya yaitu Siti Hawa. Namun setelah dikuasainya Ilmu Laduni tersebut, tidak juga hilang rasa rindunya kepada neneknya itu. Anwar kemudian pergi lagi mengikuti perasaan hatinya.
Hingga pada suatu tempat di wilayah Sungai Nil, Anwar bertemu dengan Malaikat Harut dan Marut. Anwar kemudian belajar dengan Malaikat Harut dan Marut. Hingga dikuasainya berbagai Ilmu Pengetahuan dari Malaikat Harut dan Marut, namun tidak juga ia dapat melupakan rasa rindunya kepada neneknya Siti Hawa. Anwar kemudian melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju pulau yang bernama Lemah Dewani, yaitu sebuah pulau kecil di antara Pulau Maldewa dan Laksdewa. Di pulau itulah Anwar berhenti dan terus menerus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”.
Anwar mengulang-ngulang menyebut nama neneknya Siti Hawa dengan “Dewi Janna Wani Jawa” sambil melihat matahari mulai terbit sampai tenggelam. Anwar melihat matahari tersebut tanpa matanya berkedip sedikitpun. Barangkali akibat rindunya kepada neneknya itu sehingga hilanglah rasa lapar dan hausnya. Anwar akhirnya hanya duduk saja sambil terus melihat matahari terbit hingga terbenam tanpa makan dan minum, sambil terus memanggil nama neneknya dengan sebutan “Dewi Janna Wani Jawa”. Hal itu dilakukannya hingga bertahun lamanya.
Hingga tanpa terasa telah lewat 40 tahun ia di tempat itu tanpa bergeser sedikitpun, dan tanpa makan dan minum. Ketika lewat 40 tahun, nama yang terucap dari mulutnya hanya tersisa “Wani Jawa”. Meski telah 40 tahun, Anwar tidak juga berhenti dari perilakunya itu. Hingga tanpa terasa mendekati tahun ke-70, Anwar berbuat seperti itu. Dan nama yang terucap dari mulutnya kini tersisa “Jawa... Jawa... Jawa”. Maka jadilah tempat tersebut kemudian bernama “Jawa”.
Hingga genap tahun ke-70, terbitlah Ilham dalam diri Anwar untuk berhenti berbuat demikian. Dalam Ilham itu terbit juga bahwa untuk menghilangkan rasa rindunya kepada neneknya maka Anwar harus mencari istri. Maka selanjutnya menikahlah Anwar dengan seorang wanita dari Bangsa Al-Mastian bernama Siti Hunun.
Dari pernikahan Anwar dengan Siti Hunun, dianugerahi anak laki-laki bernama Nur Cahya atau bergelar Sang Hyang Nur Cahya. Sang Hyang Nur Cahya kemudian menikah dengan wanita dari Bangsa Sahinastra bernama Dewi Mulat, dan dianugerahi anak bernama Sang Hyang Nur Rasa.
Sang Hyang Nur Rasa kemudian memiliki beberapa orang anak yang diantaranya bernama Sang Hyang Wenang, Sang Hyang Dharma Jaka, dan Sang Hyang Pramana Wisesa. Adapun Sang Hyang Wenang kemudian memiliki anak bernama Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal selanjutnya memiliki beberapa anak dari istri pertamanya, yang diantaranya bernama Rancasan dan Ludra. Sedangkan dari istri keduanya memiliki beberapa anak yang diantaranya bernama Antaga, Ismaya atau Semar, dan Manik Maya atau Batara Guru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...