Minggu, 25 Oktober 2020

Asal Muasal Orang Melayu Pontianak



 Asal muasal Orang Melayu Pontianak bermula dari kisah Sayyid Kubu yang diminta bantuan oleh Raja Dharmasraya untuk mencari pasukan Dharmasraya yang telah lama tidak kembali ke Dharmasraya. Sayyid Kubu kemudian berhasil menemukan pasukan Dharmasraya bersama Raja Tanjungpura Siak Bahulun dan pasukan Siak di wilayah Bukit Dua Belas. Selanjutnya, pasukan Dharmasraya dan Siak bersama Sayyid Kubu mengikuti Siak Bahulun ke Kerajaan Tanjungpura.

Namun di wilayah lautan Kalimantan, kapal rombongan ini terserang badai dan terdampar di Pantai Kakap. Rombongan pasukan dari Dharmasraya dan Siak kemudian membangun pemukiman baru di wilayah yang sekarang disebut Jeruju, yang selanjutnya menjadi asal muasal Orang Melayu Pontianak.

Cerita Rakyat Dari Kabupaten Sanggau



 Cerita Rakyat merupakan salah satu budaya Tuturan Lisan yang sangat disenangi oleh anak-anak. Di Kabupaten Sanggau banyak terdapat Cerita-cerita Rakyat yang kini mulai punah oleh kemajuan zaman. Dalam Buku Cerita Rakyat dari Kabupaten Sanggau ini terdapat beberapa Cerita Rakyat yaitu Asal Muasal Kerajaan Sanggau, Asal Muasal Nama Sanggau, Pangeran Abdul Fatah, Asal Muasal Tampun Juah dan Asal Muasal Kelenteng Sanggau, yang semoga dapat membuka wawasan tentang khasanah sejarah  Kabupaten Sanggau.

Dokumen-Dokumen Kuno Kerajaan Sanggau

 



Kerajaan Sanggau berdiri pada hari keenam belas bulan Rabiul Awwal tahun 1025 Hijriah bersamaan dengan tahun 1616 Masehi, yang didirikan oleh anaknya Demang Minyak yang bergelar Sultan Awwaludin. Demang Minyak merupakan putranya Demang Karang yaitu anaknya Demang Nutup. Sedangkan Demang Nutup adalah putranya Raja Jubair yaitu anak dari Aji Melayu. Sebagaimana yang tertulis pada beberapa dokumen kuno peninggalan Kerajaan Sanggau.

Buku Dokumen-Dokumen Kuno Kerajaan Sanggau ini berisi terjemahan beberapa dokumen kuno peninggalan Kerajaan Sanggau.

Besampu' Ritual Adat Pemberian Gelar Dan Nama Kerajaan Sanggau



Makna Besampu' secara harfiah adalah membenturkan antara nama dari sebelah Ayah dengan nama sebelah Ibu, yaitu untuk menemukan pihak mana yang namanya lebih kuat atau lebih tinggi nilainya. Ritual Besampu' terikat dengan Syarat dan Rukun yang selaras dengan Aqiqah dalam Syariat Islam.

Ritual Besampu’ ini dilakukan ketika akan memberikan gelar Kebangsawanan dan nama pada si bayi, yaitu pada hari ke tujuh setelah kelahiran. Sebagaimana termaktub dalam Hukum Adat Kerajaan Sanggau Pasal 9, yang tertulis, “Aturan Adat Istiadat, jikalau Zuriat anak-anak cucu darah Raja-Raja, dan Zuriat anak-anak cucu darah Mas, siapa juga orang yang ada berkehendak memberi nama dan berpangkat yang dikurnia dari Nasabnya, hendaklah tetaplah adatnya seperti Pembuka Suaranya 40 Rial dan Adat Pengsupannya 4 Tahil, dan dibuat Adat Aqiqah diatas kelahirannya, dan dibuat Adat Menyampu’ adalah ia dihitung pada nama-nama dari Bapa Ibunya, dan dibuat membaca Berzanzi, dan dibuat Adat memotong rambutnya”.

 

Asal Muasal Bubur Pedas Makanan Tradisional Sambas

 



Bubur Pedas merupakan makanan tradisional dari Sambas. Makanan ini berupa bubur yang dicampur dengan daun Kesum atau Persicaria Odorata sehingga menimbulkan rasa pedas dan aroma yang khas akibat pengaruh dari Daun Kesum tersebut.

Menurut riwayatnya, asal muasal Bubur Pedas Sambas ini bermula ketika terjadi penyerangan pasukan Wilwatikta atau Majapahit ke Kerajaan Sambas. Atas hasutan dari Paman Patih Dyah Halayudha sehingga Raja Jayanegara menyerang Kerajaan Sambas untuk merebut benda pusaka Mustika Bintang milik Raja Sambas Nek Riuh. 

Setelah terjadinya perang, Raja Sambas Nek Riuh yang bergelar Ria Janur jatuh sakit dan kehilangan nafsu makannya, yang disebutkan akibat terkena sihir. Hingga kemudian salah seorang pelayan Istana membuatkan makanan berupa bubur yang dicampur dengan Daun Kesum sehingga Raja Sambas Nek Riuh sembuh dari penyakitnya dan berselera kembali untuk makan. Setelah sembuhnya Raja Sambas itu, maka makanan yang kemudian disebut Bubur Pedas ini menjadi menu utama Raja Sambas tersebut.

Asal Muasal Tari Persembahan Melayu



 Asal muasal Tarian Melayu bermula dari ritual persembahan atau penyampaian kurban yang pada masa dahulu ditempatkan pada puncak pegunungan yang disebut Parwatam atau Bahusuwamnakam kepada Angsuman atau Penguasa di Langit ataupun Dewa Matahari yang gerakannya mengelilingi tiang persembahan.

Artinya Tarian Melayu pada masa dahulunya merupakan bagian dari ritual persembahan kepada Penguasa Alam atau Tuhan Yang Maha Esa yang kemudian disebut sebagai tiga gerakan dasar Tarian Melayu yaitu Senandung, Mak Inang dan Tanak atau Tandak ataupun Joget. Ketiga gerakan dasar Tarian Melayu ini karena merupakan gerakan ritual persembahan sehingga terikat syarat dan rukun. Maksudnya yaitu terikat aturan baik dalam bentuk, posisi dan iramanya. 

Buku “Asal Muasal Tari Persembahan Melayu” mengulas tentang asal mula Tarian Melayu dan bentuk-bentuk awal tarian Melayu.

Asal Muasal Zapin Melayu

 


Istilah Melayu berasal dari kata Malaya. Permulaannya muncul yaitu dalam Prasasti Yupa Kutai dengan nomor Invetaris D 175 atau disebut juga Prasasti Muarakaman 5. Dalam prasasti itu disebutkan adanya upacara persembahan di pegunungan yang tinggi atau Parwatam sebagai tempat permulaan Negeri atau Pamalaya.

Kemudian asal muasal Tarian Melayu bermula dari ritual persembahan yang pada masa dahulu ditempatkan pada puncak pegunungan yang disebut Parwatam atau Bahusuwamnakam kepada Angsuman atau Penguasa di Langit ataupun Dewa Matahari yang gerakannya mengelilingi tiang persembahan. 

Selanjutnya istilah Zapin berasal dari Bahasa Arab, yaitu  Zafn, zafa, zaffa, zafana, zaffan, yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikuti rentak pukulan. Istilah Zapin muncul pada sekitar abad ke 6 Masehi, ketika terjadi gencatan senjata dengan orang-orang kafir Mekkah. Pada waktu anak puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Lalu Nabi Muhammad menunjuk Ja’far yang dengan girangnya menari-nari mengangkat kaki bersama Saidina Ali. Inilah sejarah awal munculnya Zapin dalam peradaban Islam.

Nujum Melayu



 

Buku Nujum Melayu ini merupakan hasil tulisan ulang terjemahan dari Kitab berjudul At-Thawali’ al-Hadatsiyyah Lirrijal wan Nisa’, hasil karya Abu Ma’syar Al-Falaki. Kitab tersebut merupakan Kitab Astrologi yang sangat terkenal pada masa dahulu.

Abu Ma’syar telah berkontribusi besar dalam bidang kedokteran yaitu dengan teorinya yang sangat popular, Theory of the Great Conjunctions, telah berhasil menjawab soal epidemik fenomena Black Death yang melanda dunia tahun 1347 M yang disinyalir telah menewaskan 200 juta nyawa hanya dalam 4 tahun. Teori Abu Ma’syar yang menghubungkan masalah kedokteran dengan fenomena luar angkasa telah berhasil menyelesaikan wabah yang melanda dunia pada masa itu.

Mengingat nilainya yang autentik, dan mempunyai arti yang penting bagi sejarah kejayaan Islam pada masa dahulu sehingga terjemahan Kitab ini yang telah rapuh termakan usia dilakukan penulisan ulang. Agar berbagai ilmu pengetahuan tentang ilmu Astrologi yang terkandung didalamnya tidak punah. Sehingga generasi pada masa ini tidak putus ilmu pengetahuan.

Mulai Bertanam

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...