JAMPI-JAMPI NEK NAGA
Dalam Thariqat
Melayu Temenggung Penghulu Sanggau, dipercayai bahwa salah seorang Pangkal Lima
atau Panglima adalah bergelar Nek Naga yang dipercayai ghaib dan jika memperlihatkan
wujudnya seperti batu putih yang terasa sangat dingin. Nek Naga dapat dipanggil
Ruh sucinya jika telah muncul Petuong di parak-parak rumah atau terjadi bencana
peperangan maupun bencana lainnya yang membahayakan wilayah anak cucuk Nek
Naga.
Jika telah
saatnya di panggil, Temenggung Penghulu akan membuat lubang di tanah terbuka
seukuran tempat pembakaran wangi-wangian. Selanjutnya mempersiapkan sehelai
kain kuning seukuran tiga ruas jari yang kemudian di tulis rajah dengan minyak
Misik yang berisi nama Temenggung Penghulu dan asal usul Nek Naga. Kemudian
dalam kain kuning itu di isi tujuh butir beras kuning yang telah di lumuri
minyak Ja’faron dan tujuh helai rambut yang telah gugur atau jatuh di dalam
kamar ataupun yang tertinggal di sisir. Ketujuh butir beras kuning dan helai rambut
itu dibungkus dengan daun sirih, yang selanjutnya dibungkus dengan kain kuning
tadi.
Berikutnya kain
kuning yang berisi daun sirih, tujuh butir beras kuning dan helai rambut di
masukkan ke dalam tempat pembakaran wangi-wangian yaitu wangian Gaharu atau
Kulit Kayu Lukai. Tempat pembakaran wangi-wangian di tempatkan ke dalam lubang
tanah yang telah dibuat. Kain kuning tadi dibakar bersama wangi-wangian hingga
habis. Kemudian bekas pembakarannya di tuangkan ke dalam lubang tanah dan di
tutup kembali lubang tanah itu.
Selanjutnya Temenggung
Penghulu mandi hadats dan bersuci. Setelah itu pergi ke sebuah gunung batu yang
terdapat peninggalan altar batu dari nenek moyangnya dengan membawa alat
pembakaran wangi-wangian, seperangkat sirih pinang beserta mayangnya, tujuh
butir beras kuning yang telah dilumuri minyak Ja’faron dan satu koin Orang Tua
sebagai syarat pengerasnya.
Sesampainya di
gunung batu yang terdapat altarnya, Temenggung Penghulu duduk menghadap ke
Timur dengan posisi kaki kanan menimpa kaki kiri dan jangan di silang. Dalam hal
ini arah Timur atau arah Matahari terbit dipercayai sebagai arah kiblat
pertamanya manusia yang kemudian dirubah arah kiblatnya menghadap ke Barat. Dan
di arah kiblat pertama ini lah diyakini tempat asal usulnya Nek Naga.
Selanjutnya membakar
wangi-wangian di dekat tubuhnya dan memakan sirih hingga tujuh kali untuk
menghilangkan bau yang tidak sedap dari tubuhnya akibat pengaruh makanan yang
telah dimakannya. Karena Nek Naga tidak suka bertemu orang yang badannya berbau
tidak sedap seperti berbau belacan atau bahan makanan lainnya yang berbau
busuk.
Berikutnya menghamburkan
tujuh butir beras kuning ke udara ke arah Timur, kepala ditundukkan ke kiri ke arah
jantung dan mulai membaca jampi-jampi sambil menepuk-nepuk batu yang menjadi
tempat untuk duduk.
Adapun jampi-jampinya yaitu :
“Besyum eloheykha aleyhon harakhman harachum khimimhodu
Laadonai eloheykha harachamim haolamimharakhman
Hatehillah leeloheykha ribbon haolamim
Besyum eloheykha adonai elaharachamim
Barukh attah adonai eloheykha numelekh haolam
Melekh yom haddiin harakhimim elekha nabod
Haweharachum hamolekh beyomhaddiin
Kiyadin adonai ammo wealavadayav yitnecham
Adonai leorekh yamimneheni beorakh mishor
Otekha navod weleyesyuatkha naqoveh
Eloykha adonai eqrawe eladonai etchannan
Lehayyim lalekheth beorakh hatsadiqqimLo
Nechnu beorakh meyasarim
Oracham syel elleh asyer nitachah hachemmah
Eloykha welo syel hatoim horeni adonai darkhekha
Unecheni beorakh miysur leman syoreray
Wesyamarta etmitasvot adonai eloykha lalekhet
Bidrakhayvu leyirahoto wayyomer adonai
Eloykha elohim bammah eda kiiyrasyennah
Halakh beetsath rishaim welo hassagimamen
Hotseitikha asher eloheykha
adonai anokhi
Apadim mibeit mitzirayim maeretez
Alpanai acherim elohim yih
yehlekhalo
Lashshav eloheykha etshem adonai
tissalo
Lekadesho hashabbat etyom zakor
Vetimekha etavikha kabbed tirsakhlo
tinaflo tignovlo
Shaqer edvereakha lotaneh reikhabet
takhmodlo
Barukh ata adonai eloheykha numelekh
haolam asher
kidshanu bamitsavotav vatzivanu ihitateif batzitzit
Hanoten tesyuah lamlakhim hapotseh etdavid avido
mekherev raah petseni vehatsileni miyad beney nekhar
asyer pihem dibersyav viminam yemin syaqer
Halakh beetsath rishaim welo hassagimamen”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar