LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 6 ---
** TAMAT **
Belum sempat Tante Linda akan melanjutkan ceritanya, makanan
yang dipesannya datang, makanan itu pun diletakkan oleh si penjaga rumah makan
di meja tempat kami duduk. Tante Linda kemudian menyuruh untuk makan terlebih
dahulu, nanti selesai makan baru ia akan melanjutkan ceritanya.
Selesai makan Tante Linda melanjutkan ceritanya, sambil
menghisap rokoknya dalam-dalam dan terlihat ia berusaha untuk tegar, Tante
Linda mulai bercerita. Hari itu pergilah Tante Linda bersama Jamal ke Bantul
menggunakan mobil yang disewa Jamal. Sesampainya di Bantul, mereka langsung
menuju rumah Jamal. Jamal rupanya memegang kunci rumahnya, dan ketika dibuka ternyata
rumah itu tidak ada orang. Tante Linda bertanya dimana orangtua Jamal yang
sakit. Jamal menjawab bahwa orangtuanya sedang di rumah sakit sehingga rumahnya
tidak ada orang. Dan nanti mereka akan pergi ke rumah sakit untuk bertemu
orangtua Jamal.
Tante Linda yang tidak ada rasa curiga terhadap Jamal percaya
saja, ia kemudian duduk di ruang tamu. Sedangkan Jamal langsung masuk ke dalam.
Dan tak lama kemudian keluar membawa segelas air minum yang kemudian diberikan
kepada Tante Linda. Jamal menyuruh Tante Linda untuk meminumnya dengan berkata
bahwa tentunya Tante Linda haus setelah perjalanan jauh. Setelah memberikan
segelas air itu, Jamal duduk tidak jauh dari Tante Linda.
Tante Linda yang masih belum curiga itu langsung meminum
segelas air yang diberikan Jamal. Setelah minum, mereka berbincang-bincang
sesaat. Namun tak lama kemudian, Tante Linda merasakan kepalanya pusing.
Selanjutnya Tante Linda merasakan matanya mulai berkunang-kunang dan kepalanya
semakin pusing. Hingga kemudian ia merasakan tubuhnya lemas sehingga ia
kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi ruang tamu itu. Rupanya Jamal telah
memasukkan sesuatu ke dalam air minum yang di minum oleh Tante Linda sehingga
kepalanya menjadi pusing dan tubuhnya menjadi lemas.
Jamal yang melihat Tante Linda telah lemas itu terlihat
langsung menutup pintu dan menguncinya. Meski dalam kondisi telah lemas, namun
Tante Linda masih dapat melihat perbuatan Jamal selanjutnya. Jamal terlihat
mengangkat tubuhnya dan dibawa ke dalam sebuah kamar. Sesampainya di dalam
kamar, tubuh Tante Linda di baringkan Jamal pada tempat tidur dan Jamal mulai
melepas pakaian Tante Linda satu persatu. Selanjutnya Jamal melepas pakaiannya
sendiri. Tante Linda dalam kondisi telah lemas itu tak dapat berbuat apa-apa.
Ia kemudian menyaksikan Jamal mulai memperkosanya.
Tante Linda ingin menjerit tapi ia tak mampu. Hanya air
matanya saja meleleh dari sela-sela matanya melihat perbuatan biadab Jamal
terhadap dirinya. Untuk beberapa waktu Tante Linda yang sedang hamil muda itu harus
melewati siksaan perih karena Jamal sedang memperkosanya. Setelah melampiaskan
nafsu bejatnya, Jamal memakai kembali pakaiannya dan terlihat keluar dari
kamar. Tante Linda saat itu belum juga pulih, tubuhnya masih lemas dan
dibiarkan terbaring begitu saja tanpa pakaian sehelai pun oleh Jamal. Hati
Tante Linda menjerit, air matanya terus meleleh dari matanya.
Cukup lama Jamal keluar dari kamar membiarkan Tante Linda
yang terbaring lemas. Kemudian terlihat ia masuk lagi dengan membawa beberapa
orang yang rupanya itu teman-temannya. Ternyata ketika keluar dari kamar tadi
Jamal pergi menjemput teman-temannya. Dalam kondisi lemas, Tante Linda
mendengar cemoohan Jamal kepada Tante Linda dengan mengatakan kepada
teman-temannya itu bahwa ternyata Tante Linda sudah tidak perawan. Jamal juga
berkata bahwa Tante Linda adalah perempuan nakal sehingga sudah tidak perawan
lagi. Dan ia mempersilahkan teman-temannya itu untuk menikmati tubuh Tante Linda
karena pastinya sebagai perempuan nakal sudah terbiasa ia menjadi pelampiasan
nafsu laki-laki.
Teman-teman Jamal yang mendengar perkataannya itu terlihat
tertawa girang. Mereka selanjutnya satu persatu bergiliran memperkosa Tante
Linda yang telah tak berdaya itu. Maka bertambahlah siksaan yang dirasakan oleh
Tante Linda. Ia hanya bisa mengeluarkan air matanya saja melihat teman-teman
Jamal yang berjumlah enam orang itu bergiliran memperkosanya. Entah berapa lama
ia bertahan saat itu, hingga ia merasakan tidak sanggup lagi dan akhirnya ia
tak sadarkan diri.
----------
Tidak tahu berapa lama Tante Linda tidak sadarkan diri.
Ketika telah sadar, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit sekali, meski ia tidak
merasakan lemas yang dirasakan sebelumnya. Tante Linda kemudian mencoba untuk
bangun dengan pandangan matanya yang berkunang-kunang. Ia merasakan sangat
nanar saat itu. Tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian itu terlihat di tumpahi
cairan sperma di sana sini. Ketika bercerita, terlihat Tante Linda berusaha
untuk tegar sambil terus menerus menghisap rokoknya.
Dengan bersusah payah sambil menahan sakit di sekujur
tubuhnya yang tidak terkira, Tante Linda memakai pakaiannya yang tergeletak
begitu saja di lantai kamar. Ketika selesai memakai pakaiannya, Tante Linda mendengar
suara tertawa dari luar kamar. Rupanya Jamal dan teman-temannya sedang bercanda
kegirangan di luar kamar. Tante Linda merasakan ketakutan sekali saat itu,
pikirannya kosong, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia merasakan
sangat syok. Akibat perasaan takut yang sangat luar biasa, Tante Linda jatuh
terduduk dengan pikirannya yang kosong. Ia hanya bisa menangis saja saat itu.
Rupanya dari luar kamar terdengar jika Tante Linda telah
sadar, Jamal pun terlihat memasuki kamar. Tante Linda melihat Jamal seperti
melihat iblis ia takut luar biasa, tapi tak mampu berkata. Ia hanya terduduk
ketakutan sambil terus menangis.
Melihat Tante Linda telah sadar, Jamal memanggil
teman-temannya untuk kembali masuk ke kamar. Selanjutnya Jamal mendekati Tante
Linda yang sedang ketakutan itu, dengan tanpa berdosa berkata bahwa Tante Linda
sudah tidak perawan, sehingga tidak perlu ia takut. Nikmati saja apa yang
terjadi. Mendengar perkataan biadab Jamal itu Tante Linda hanya bisa menangis.
Rupanya perlakuan biadab Jamal dan teman-temannya belum
selesai. Mereka kembali menarik tubuh Tante Linda ke tempat tidur. Selanjutnya
mereka melepaskan kembali pakaian Tante Linda dan kembali bergiliran memperkosa
Tante Linda yang sedang hamil muda itu. Tante Linda yang dalam kondisi
ketakutan dengan sekujur tubuhnya sakit tidak terkira benar-benar tidak
berdaya. Ia harus kembali merasakan siksaan Jamal dan keenam temannya
bergiliran memperkosanya. Tante Linda tidak pingsan saat itu, hingga perbuatan
biadab itu berakhir. Sungguh siksaan yang sangat perih yang sulit dilupakannya
seumur hidup.
Selepas Jamal dan keenam temannya melampiaskan nafsu
biadabnya, mereka kemudian keluar kamar. Tante Linda hanya dapat terbaring
lemas di tempat tidur dengan sekujur tubuhnya semakin sakit. Pikirannya hampa
dan pandangan matanya kosong. Air matanya pun seakan mengering dan tidak dapat
keluar lagi. Kebencian dan kejijikannya terhadap laki-laki mulai timbul saat
itu. Cukup lama ia hanya terbaring lemas di tempat tidur saat itu, sambil terus
menerus menyesali nasib.
----------
Sekian lama kemudian, terlihat Jamal memasuki kamar. Jamal
dengan sebutan biadab menyebut Tante Linda sebagai ‘Perek’ menyuruhnya untuk
bangun dan memakai pakaiannya karena mereka akan pulang ke Jogja. Tante Linda
dengan pandangan kosongnya bersusah payah untuk bangun. Dalam kondisi sekujur
tubuh yang sakit dengan perlahan-lahan Tante Linda memakai kembali pakaiannya.
Selanjutnya dalam kondisi linglung ia keluar dari kamar. Rupanya keenam teman
Jamal sudah tidak ada lagi di rumah itu. Tanpa sepatah kata pun Tante Linda
langsung keluar dari rumah dan memasuki mobil yang kemudian diikuti Jamal
memasuki mobil. Mereka pun kembali pulang ke Jogja.
Sepanjang perjalanan pulang Tante Linda membisu dengan
pandangannya yang kosong. Ia tidak mau melihat Jamal yang Durjana dan terlihat sangat
menjijikkan dimatanya. Dengan dipenuhi rasa amarah dan dendam, hatinya sangat
menjerit. Ketika sampai di tempat kostnya di Jogja, Tante Linda langsung turun
menuju kamar kostnya. Ia tidak berkata apa-apa kepada si Durjana Jamal, bahkan
Jamal pun sudah tidak mau dilihatnya lagi karena bagai iblis dalam pandangan
matanya. Tante Linda selanjutnya hanya mengurung diri dalam kamar kostnya. Dan
memendam kisah pilu dari perbuatan durjana yang telah dialaminya. Sejak itu ia
tidak mau lagi bertemu si Durjana Jamal karena sangat menjijikkan baginya.
----------
Setelah beberapa hari mengurung diri dalam kamar kostnya,
Tante Linda mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya telah berkurang, ia
kemudian berusaha menguatkan diri untuk bertahan dan pergi kuliah ke kampusnya.
Tapi perlakuan pedih harus ia alami ketika ke kampus. Rupanya Jamal telah
menyebarkan cerita kesana sini bahwa Tante Linda adalah ‘Perek’ dan sudah tidak
perawan. Sehingga beberapa mahasiswa dengan berani mengajaknya untuk
berhubungan intim. Bahkan yang lebih menyakitkan ada yang bertanya berapa
tarifnya satu malam. Ajakan yang menjijikkan itu tidak ditanggapinya. Ia terus
bertahan untuk tetap menyelesaikan kuliah meski saat itu kehamilannya makin
bertambah hari. Segala perkataan orang yang menyebutnya ‘Perek’ berusaha tidak
dihiraukannya.
Hingga ketika ia berkonsultasi tentang mata kuliahnya kepada salah
seorang dosennya, dan dosennya itu terang-terangan memintanya untuk berhubungan
intim jika ingin dilayani konsultasi mata kuliahnya itu membuat semangatnya
untuk menyelesaikan kuliah menjadi ambruk. Rupanya anggapan kepada dirinya
sebagai ‘Perek’ juga sampai di kalangan dosen-dosennya di kampus. Permintaan
menjijikkan dosennya itu tidak di tanggapinya, namun ia kemudian dipersulit
untuk berkonsultasi tentang mata kuliahnya. Ia pun semakin jijik melihat
laki-laki.
Situasinya yang dipersulit oleh dosennya itu lantaran ia
tidak menanggapi permintaan tidak senonoh dosennya itu membuatnya berpikir lagi
untuk tetap bertahan menyelesaikan kuliahnya. Ia akhirnya memutuskan untuk
memberanikan diri pulang ke Sumatera Barat dan menyampaikan kepada orangtuanya
tentang kehamilannya. Maka berhentilah Tante Linda dari kuliah yang telah
dijalaninya hingga menjelang akhir semester 7 saat itu. Ia pun pulang ke
Sumatera Barat.
----------
Ketika pulang ke Sumatera Barat, orangtuanya sangat marah
ketika mengetahui Tante Linda telah berhenti kuliah serta saat itu sedang hamil
dan tidak ada laki-laki yang dapat di tuntut pertanggung jawabannya. Orangtua
Tante Linda yang merupakan salah seorang terpandang di Sumatera Barat sangat
malu dengan kondisi Tante Linda. Tante Linda kemudian diusir dari rumah karena
dianggap membawa aib bagi orangtua dan keluarganya. Setelah diusir oleh
orangtuanya, Tante Linda tinggal di rumah salah seorang keluarganya. Tapi
rupanya orangtua Tante Linda mengetahui bahwa ia tinggal di rumah salah seorang
keluarganya. Orangtuanya itu kemudian menemui keluarganya itu dan melarang
untuk memberikan tempat tinggal bagi Tante Linda karena telah membawa aib bagi
keluarga besar mereka. Keluarganya itu tidak dapat berbuat apa-apa, dan
terpaksa meminta Tante Linda untuk pergi dari rumah mereka.
Dengan kepedihan hati, Tante Linda pergi dari rumah
keluarganya itu. Ia kemudian hidup terkatung-katung dengan membawa kehamilannya
yang semakin membesar. Ia berusaha berkerja apa saja hanya untuk menyambung
hidupnya saat itu. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Tante Yanti.
Tante Yanti adalah teman sekolah Tante Linda ketika di SMP.
Tante Yanti sangat perihatin melihat Tante Linda dengan perut membesar berkerja
serabutan untuk mencari nafkah. Ia pun membawa Tante Linda untuk tinggal bersamanya.
Saat itu Tante Yanti telah berkerja sebagai Wanita Tuna Susila.
Bukan tanpa sebab Tante Yanti akhirnya berkerja sebagai
Wanita Tuna Susila, karena ia juga mengalami nasib yang sama menyakitkannya
dengan Tante Linda hanya situasinya saja yang berbeda. Tante Linda kemudian
menceritakan keseluruhan tentang kisah hidup Tante Yanti yang dua kali menikah,
dan kedua suaminya itu memiliki penyimpangan seksual. Kedua suaminya itu tidak
akan terangsang jika tidak melihat Tante Yanti di gauli orang. Itulah awal mula
Tante Yanti sangat membenci laki-laki. Ia kemudian lari dari suaminya dan
menjadi Lesbian. Meskipun sebagai Lesbian, Tante Yanti kemudian berkerja
sebagai Wanita Tuna Susila untuk mencari nafkah.
Selama tinggal bersama Tante Yanti, segala keperluan hidup
Tante Linda yang sedang hamil besar itu di tanggung oleh Tante Yanti. Ini lah
awal mula Tante Linda menjadi Lesbian. Kesamaan nasib yang mereka alami
menimbulkan kebencian mereka kepada laki-laki. Mereka pun saling jatuh cinta
dan menjalin asmara.
Sampailah waktunya Tante Linda melahirkan seorang anak
laki-laki. Namun beberapa hari setelah melahirkan, anaknya itu meninggal dunia.
Selanjutnya setelah pulih kesehatannya, Tante Linda mengikuti Tante Yanti
berkerja sebagai Wanita Tuna Susila. Hingga kemudian mereka mendapat tawaran
untuk berkerja di Kalimantan yaitu di Balikpapan dengan profesi yang sama yaitu
sebagai Wanita Tuna Susila. Lebih dua tahun mereka di Balikpapan. Hingga
kemudian pada tahun 1994 mereka mengikuti seseorang pergi ke Pontianak. Dan di
Pontianak lah kini mereka berkerja.
Setelah menyelesaikan ceritanya itu, Tante Linda mengajakku
pulang. Ia kemudian membayar makanan yang kami makan. Aku pun berjalan menuju
motorku dan menghidupkannya. Tante Linda kemudian naik dibelakang motorku. Selanjutnya
motorku melaju menuju Jalan Merdeka, dan berbelok masuk pada sebuah gang tempat
rumah kontrakan Tante Linda berada. Motorku pun berhenti di depan rumah
kontrakan tersebut.
Setelah Tante Linda turun dari motorku, ia sempat menawarkan
aku untuk singgah sebentar di rumah kontrakannya, tapi ku katakan bahwa waktu
telah lewat jam 2 subuh, dan aku harus tidur karena nanti jam 3 sore pada hari
Minggu itu aku harus kembali masuk kerja. Tante Linda memahami kondisiku itu.
Ia pun mengucapkan terima kasih karena aku bersedia mengantarkannya pulang dan
menjadi teman sebagai tempatnya bercerita. Aku dengan tersipu malu hanya
menganggukkan kepalaku saja dan pamit untuk langsung pulang. Selanjutnya aku
menjalankan motorku dan melaju pulang ke rumahku di Jeruju.
----------
Selasa, 19 November 1996, aku mendapat jadwal bertugas pada
sift malam di ruangan Executive Lounge yang tempatnya berada di Balkon lantai
satu. Hari sebelumnya yaitu Senin aku mendapat jatah off atau libur kerja. Di ruangan
Executive Lounge ini hanya ada tiga karyawan saja, yaitu dua orang Waitress dan
satu Kasir yaitu aku. Ruangan Executive Lounge ini kurang begitu ramai karena
harga makanannya sangat mahal dan yang disediakan adalah makanan-makanan luar
negeri sehingga orang-orang tertentu saja yang masuk ke ruangan ini. Yang kebanyakan
hanya ingin bersantai secara pribadi saja tanpa ingin di ganggu oleh orang
lain.
Sebelum jam 11 malam aku sudah masuk ke ruangan Executive
Lounge. Begitu pun kedua temanku yang bertugas sebagai Waitress. Aku langsung
mempersiapkan meja Kasirku. Setelah siap, aku duduk-duduk santai di meja
Kasirku, sedangkan kedua teman Waitressku duduk di dekat pintu masuk yang
berbentuk kaca sambil menunggu tamu yang masuk ke ruangan Executive Lounge.
Ketika aku sedang bersantai, ku lihat kedua teman Waitressku yang
duduk di dekat pintu masuk berdiri, sebagai tanda bahwa ada tamu yang akan
memasuki ruangan Executive Lounge itu. Karena pintu tersebut berbentuk kaca
sehingga aku dapat melihat tamu yang akan memasuki ruangan Executive Lounge itu
yaitu Tante Linda dan Tante Yanti. Kedua temanku Waitress langsung membuka
pintu kaca itu dan rupanya mereka mengenal Tante Linda dan Tante Yanti. Setelah
sempat berbicara sebentar, kedua temanku itu menutup kembali pintu kaca itu dan
kembali duduk. Sedangkan Tante Linda dan Tante Yanti langsung berjalan ke arah meja
Kasirku. Aku pun langsung berdiri sambil tersenyum ramah sebagai kewajiban
pelayanan dari karyawan hotel kepada setiap tamu hotel. Begitu pun Tante Linda
dan Tante Yanti terlihat tersenyum kepadaku.
Sesampainya di dekat meja Kasirku, Tante Linda berkata bahwa
kemarin ia mencariku dan rupanya aku kemarin off. Aku pun membenarkan bahwa
kemarin aku off. Tante Linda selanjutnya berkata bahwa ia dan Tante Yanti nanti
hari Kamis akan pindah berkerja ke Batam dan mereka ingin berpamitan denganku. Selanjutnya
Tante Linda mengeluarkan sesuatu dari tas yang dipegangnya, yaitu sebuah kado
berbentuk kotak kecil sambil berkata bahwa kado itu untukku sebagai ungkapan
terima kasihnya kepadaku yang telah menjadi teman yang baik baginya. Tante Linda
juga berkata bahwa isi didalam kado itu adalah benda kesayangannya dan berharap
aku menyukai benda itu, serta meminta aku untuk menyimpannya sebagai tanda ia
mengingatku sebagai teman terbaiknya.
Aku dengan sedikit terharu berkata bahwa aku akan menyimpan
benda itu meskipun saat itu aku belum tahu benda apa itu. Selanjutnya Tante
Linda berpamitan kepadaku sambil berkata bahwa jika ada waktu ia akan mengabari
keadaannya di Batam kepadaku, begitu juga jika nanti dia punya kesempatan, ia
akan kembali ke Pontianak untuk menemuiku. Aku sambil menganggukan kepala
mengiyakan perkataan Tante Linda itu.
Setelah Tante Yanti juga berpamitan kepadaku, mereka berdua
langsung keluar dari ruangan Executive Lounge. Itu lah saat terakhir aku
bertemu dengan Tante Linda dan Tante Yanti. Kado kecil dari Tante Linda kemudian
ku letakkan di meja Kasirku. Hingga kemudian jam 7 pagi tugasku selesai. Setelah
menyelesaikan laporan keuanganku hari itu, aku segera pulang dan kubawa kado
kecil itu pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, kado kecil itu ku buka, dan rupanya
didalam kado kecil itu berisi sehelai syal berwarna coklat muda dengan motif-motif
bunga. Aku selanjutnya menyimpan syal pemberian Tante Linda itu. Syal inilah
yang sering ku bawa kuliah ke kampus, dan syal inilah yang menjadi teman kemana
pun aku pergi.
Untuk Linda :
Ku tulis
namamu pada dinding waktu,
agar abadi
dalam ingatanku
Ku lukis
wajahmu pada kanvas sanubari,
agar senyum
indahmu tak pudar di telan hari
ku
rajut kata-kata,
agar
menjadi irama merdu yang menghibur sepanjang hidupmu
meski
ku tahu, bahwa kau tak kan ku temui lagi
tapi di
ujung mimpi lah
kita
akan menyambung pertemuan kita lagi
Selamat
jalan Linda...
hidup,
memang harus tetap di jalani,
meski
Sang Durjana terlalu kuat membelenggumu
tapi
Tuhan tidak pernah tidur, dan tak akan tidur
Semoga
kau dapatkan keadilan bagi hidupmu...
Pontianak,
Jum’at 22 November 1996
11.30
malam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar