Jumat, 09 Agustus 2019

SEJARAH ALRI DIVISI IV LAMBUNG MANGKURAT PEMPROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA DI KALIMANTAN TEMPAT KAKEKKU BERTUGAS


SEJARAH ALRI DIVISI IV LAMBUNG MANGKURAT
PEMPROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA PERTAMA DI KALIMANTAN
TEMPAT KAKEKKU BERTUGAS

Masih dalam momen memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, kali ini aku akan menuliskan Sejarah ALRI Divisi IV Lambung Mangkurat, Pemproklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Pertama di Kalimantan, tempat Kakekku bertugas dahulu.
Kakekku berasal dari Amuntai. Kecintaannya terhadap kampung halamannya ini sangat luar biasa. Amuntai sebagai tempat keberadaan Candi Agung yang menjadi ikon kebanggaan masyarakat Amuntai terbawa kemanapun Kakekku berada. Candi Agung yang memiliki sejarah panjang sebagai bukti peninggalan kejayaan peradaban masyarakat Kalimantan, khususnya masyarakat Amuntai, sangat melekat dalam jiwanya. Sehingga Kakekku dan kerabatnya menamakan tempat tinggalnya dengan nama Candi Agung. Hal tersebut agar ia tetap merasa berada di kampung halamannya di Amuntai.
Selain Amuntai dengan Candi Agungnya, yang menjadi kebanggaan Kakekku, salah satu kebanggaannya yang lain yaitu sejarah perjuangannya yang menjadi prajurit ALRI Divisi IV Lambung Mangkurat dalam memperjuangkan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan.
Sejarah ALRI Divisi IV Lambung Mangkurat bermula ketika di proklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia oleh Presiden Soekarno dan Moh. Hatta. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1945, Presiden Soekarno mengangkat seorang Gubernur di Kalimantan, yaitu seorang bangsawan Banjar yang juga merupakan teman satu almamaternya bernama pangeran Muhammad Noor. Namun Gubernur yang diangkat oleh Presiden Soekarno ini tidak dapat berkerja dengan semestinya, karena pada masa itu Kalimantan masih dipenuhi oleh pendukung Belanda yang akan membawa kembali Belanda berkuasa di Kalimantan. Pendukung Kemerdekaan Republik Indonesia saat itu tidak berdaya. Pengkhianat dan kaki tangan Belanda merajalela. Mereka selalu mengintimidasi pendukung Kemerdekaan Republik Indonesia.
Begitu gentingnya situasi saat itu sehingga pemuda-pemuda asal Kalimantan yang kebetulan ada di Jawa dikerahkan guna menegakkan eksistensi Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan, salah seorangnya adalah Letnan Kolonel Hasan Basry, Panglima Perang Kakekku.
Pada tanggal 30 Oktober 1945, Letnan Kolonel Hasan Basry tiba di Kandangan, kampung halamannya. Situasinya saat itu sangat luar biasa sulit. Tentara Belanda melakukan kampanye pasifikasi dengan menangkapi pemuda-pemuda Republik Indonesia selama beberapa minggu. Yang berhasil meloloskan diri terpaksa mengundurkan diri ke pegunungan dan rimba, termasuk Letnan Kolonel Hasan Basry. Dari pegunungan dan rimba ini, Letnan Kolonel Hasan Basry melanjutkan perjuangan dengan membentuk organisasi gerilya.
Pada November 1945, Letnan Kolonel Hasan Basry membentuk Laskar Saifullah, yang berarti Pedang Allah. Setelah terbentuk laskar, Letnan Kolonel Hasan Basry berusaha kembali ke Jawa untuk mendapatkan perintah selanjutnya. Namun kondisi di laut sedang dalam blokade Belanda, sehingga pelayarannya pun batal. Sementara dia hendak menyeberang ke Jawa, laskar yang dibentuknya mulai berantakan. Anggota laskarnya satu persatu ditangkapi tentara Belanda. Terpaksa Letnan Kolonel Hasan Basry membentuk pasukan baru bernama Banteng Indonesia.
Selanjutnya, terjadi pula penyusupan pemuda-pemuda dari Banjar dan Amuntai ke Kalimantan Selatan, disinilah permulaan Kakekku bergabung dalam pasukan milisi Letnan Kolonel Hasan Basry. Mereka masuk lewat jalur laut yang memakan waktu dua bulan, karena patroli Belanda menjaga dengan ketat. Pemuda-pemuda itu di antaranya pernah dilatih Penjelidik Militer Chusus (PMC) pimpinan Kolonel Zulkifli Lubis. Terbatasnya komunikasi membuat Letnan Kolonel Hasan Basry tidak tahu informasi dan perkembangan yang terjadi di Jawa.
Pada November 1946 milisi yang dibentuk Hasan Basry pun dijadikan Batalyon Rahasia Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV (A) Pertahanan Kalimantan. Dengan pangkat Letnan Kolonel, Basry memimpin batalyonnya. Markasnya di Hulu Sungai, Kalimantan Selatan, ALRI divisi IV (A) mengurus semua kegiatan gerilya di wilayahnya. ALRI divisi (B) menangani Kalimantan Barat dan dipimpin oleh Dr Soedarso dan bermarkas di Pontianak.
Setelah terbentuknya Batalyon Rahasia Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) Divisi IV, maka mulailah dipersiapkan rencana pengiriman pasukan Republik Indonesia dari Jawa melalui penerjunan udara di Kalimantan. Sepasukan payung MN1001 di bawah pimpinan Mayor Tjilik Riwoet diterjunkan ke Kalimantan Tengah pada tanggal 17 Oktober 1947. Di Kalimantan Timur, semula di bawah komando R. Notosunar kemudian dilanjutkan Herman Runturambi dan Kasmani.
Dalam pasukan terjun tersebut, dua orang Kakekku dari Ayahku, yaitu Pungut bin Ahmad Jukin dan Ismail bin Ahmad Jukin, ikut terjun ke Kalimantan. Ayahku bernama Saidi bin Pungut. Kakekku yaitu Pungut dan Ismail adalah Adiknya, berasal dari Kampung Melayu di Batavia atau Jakarta sekarang. Kedua Kakekku ini juga mendapatkan Tanda Jasa dari Pemerintah Republik Indonesia, atas jasa-jasanya berjuang mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan. Kedua Kakekku ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Dharma Patria Jaya yang lokasinya sekarang di Kabupaten Kubu Raya. Sungguh suatu kebanggaan yang sangat luar biasa dalam jiwaku, karena kedua Kakekku, yaitu Ayah dari Ibu dan Ayah dari Ayah, adalah Pahlawan dan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di Kalimantan. Aku sangat bangga karena lahir dari darah Pahlawan. Dan kisah tentang Kakekku yaitu Pungut bin Ahmad Jukin ini, akan di posting pada tulisan berikutnya.
Pada tanggal 29 Mei 1948, militer Belanda gencar melakukan serangan militer. Pasukan yang dipimpin Letnan Kolonel Hasan Basry pun semakin gencar bergerilya karena banyak anggotanya yang tertangkap Belanda. Mereka tertangkap atas informasi dari pengkhianat kaki tangan Belanda. Hingga kemudian ada perjanjian yang mengharuskan pasukan Republik Indonesia berada di wilayah mereka sendiri, namun pasukan Letnan Kolonel Hasan Basry menolaknya. Mereka memilih bergerilya sambil melancarkan serangan ke titik-titik markas Belanda.
Seminggu setelah Persetujuan Roem-Royen, para pejuang Banua Kalimantan tersebut mendirikan Pemerintah Militer Kalimantan Selatan. Naskah Proklamasi kemerdekaan mulai mereka rumuskan sejak 15 Mei 1949. Dan naskah itu lalu diketik pada pukul 03.00 pagi hari tanggal 16 Mei 1949 oleh Romansie. Setelah diperbanyak 10 lembar, naskah tersebut dibawa ke Letnan Kolonel Hasan Basry yang berada di Ni’ih, Kandangan untuk ditandatangani. Maka pada tanggal 17 Mei 1949, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang pertama di Kalimantan itu dikumandangkan, bunyinya yaitu :
“Dengan ini kami rakyat Indonesia di Kalimantan Selatan, mempermaklumkan berdirinya Pemerintah Gubernur Tentara dari ALRI melingkupi seluruh daerah Kalimantan Selatan menjadi bagian dari Republik Indonesia untuk memenuhi Proklamasi 17 Agustus 1945, yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta. Hal-hal yang bersangkutan dengan pemindahan kekuasaan akan dipertahankan dan kalau perlu diperjuangkan sampai tetesan darah yang penghabisan. Tetap Merdeka!!!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...