Minggu, 10 Juni 2018

RELIEF MANUSIA BURUNG DI DUNIA

RELIEF MANUSIA BURUNG DI DUNIA

Adanya berbagai relief Manusia Burung pada beberapa candi di Indonesia dan dunia, memberikan gambaran bahwa wujud Manusia Burung atau Manusia Langit yang melegenda ini bukan hanya ada pada satu tempat saja, melainkan terdapat keberadaannya pada berbagai tempat di bumi. Dan keberadaan wujud Manusia Burung ini dipercayai oleh masyarakat pada beberapa tempat di bumi sebagai salah satu asal usul keberadaan nenek moyang mereka di bumi. Sehingga untuk menelusuri asal usul Manusia Burung ini mestilah menelusurinya ke berbagai tempat yang memiliki hubungan pada wujud Manusia Burung tersebut.
Kalimantan merupakan salah satu tempat di bumi yang memiliki keterikatan kuat terhadap wujud Manusia Burung karena dipercayai sebagai salah satu asal usul keberadaan nenek moyang masyarakat kalimantan di muka bumi. Dalam sebuah hikayat yang berasal dari Tanah Kalimantan, tentang awal mula penciptaan alam dan kehidupan dimuka bumi, disebutkan bahwa setelah terciptanya bumi, Ranying Mahatalla Langit atau Tuhan Yang Maha Esa menurunkan Ruh Suci dari langit ketujuh ke bumi yang berbentuk burung yang disebut Tiung Layang.
Tiung Layang ketika turun ke bumi, ia duduk pada sebuah gong emas besar yang berhias intan permata. Gong emas tersebut ditempatkan pengetahuan tentang alam semesta. Gong emas besar tersebut, terletak diatas sebuah Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas. Tiung Layang ketika turun ke bumi bersama gong emas besar dan Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas, jatuh seperti kilat yang menyambar bumi pada sebuah batu granit hitam.
Dalam perjalanannya turun ke bumi, beberapa bulu Tiung Layang terlepas dari tubuhnya. Dan bulu-bulu tersebut ketika sampai di tanah menjadi Daun Menjuang dan senjata Mandau, sehingga kedua benda ini menjadi benda yang di sakralkan oleh masyarakat Kalimantan. Begitu juga gong menjadi benda yang disakralkan dalam ritual adat dan perkawinan.
Setelah tiba di bumi pada sebuah batu granit hitam, Tiung Layang kemudian terbang kesana kemari melakukan perjalanan suci yang disebut Melahui. Tiung Layang melewati atas sungai yang panjang di Kalimantan sehingga sungai yang panjang tersebut disebut Sungai Melahui, yang kemudian terlogatkan menjadi Sungai Melayu atau Malaya. Sungai Melahui atau Sungai Melayu ataupun Malaya ini kemudian disebut sebagai Sungai Kapuas.
Pada hikayat yang lainnya lagi disebutkan bahwa Tiung Layang ini merupakan salah seorang Pangkal Lima atau Panglima yang bergelar Nek Burung Kajang yang dipercayai ghaib dan jika memperlihatkan wujudnya seperti manusia berkepala burung dan dikedua kakinya terdapat gelang naga, serta telapak kakinya berbentuk cakar burung berbentuk emas.
Dalam hikayatnya, Tiung Layang selain bergelar Nek Burung Kajang juga disebut sebagai Nek Bate Manurun. Tiung Layang ini disebutkan sebagai keturunan dari anaknya Nabi Adam dan Siti Hawa di Surga yang diperintahkan untuk membawa turun seperangkat peti besi dalam sebuah gong besi yang sangat besar yang telah ditempatkan pengetahuan tentang alam semesta. Gong besi tersebut terletak diatas Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas. Gong besi tersebut berasal dari air mata anaknya Nabi Adam dan Siti Hawa yang rindu kepada kedua orangtuanya karena telah di usir dari Surga. Gong besi besar tersebut ketika turun seperti kilat yang menyambar ke bumi dan jatuh bersama Tiung layang pada sebuah batu granit hitam.
Adapun Tiung Layang memiliki nama asal lagi ketika di Surga dan namanya ini menjadi persyaratan yang harus di ketahui jika ingin mempelajari Ilmu Perlindungan Ghaib dan melunakkan besi. Tiung Layang juga dalam riwayatnya sebagai Panglima yang memimpin pasukan burungnya Nabi Sulaiman.
Tiung Layang ketika turun ke bumi membawa gong besar diatas Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas, beberapa bulunya terlepas dari tubuhnya. Bulu-bulunya ketika jatuh ke bumi menjadi Daun Menjuang dan bulu sayapnya menjadi sebuah pedang besar yang bercahaya yang disebut Teariduni.
Daratan tempat bulu sayapnya yang menjadi pedang besar bercahaya Teariduni itu disebut Suluara atau Selaara yang berarti Sullu atau Sella bermakna pelindung suci atau senjata suci dan Ara yang berarti bercahaya. Sullu atau Sella kemudian disebut sebagai Ceylon.
Adapun turunnya gong besar dari surga yang dibawa oleh Tiung Layang ini menjadi asal usul masyarakat Kalimantan mensakralkan Gong sebagai alat yang selalu dipakai dalam setiap ritual adat dan perkawinan. Setelah turun ke bumi, seperangkat peti besi besar yang terdapat dalam gong diambil oleh Malaikat Jibril untuk diberikan kepada Nabi Adam yang telah berada di bumi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...