Minggu, 10 Juni 2018

JAMPI-JAMPI NEK BURUNG KAJANG

JAMPI-JAMPI
NEK BURUNG KAJANG

Dalam Thariqat Melayu Temenggung Penghulu Sanggau, dipercayai bahwa salah seorang Pangkal Lima atau Panglima adalah bergelar Nek Burung Kajang yang dipercayai ghaib dan jika memperlihatkan wujudnya seperti manusia berkepala burung dan dikedua kakinya terdapat gelang naga, serta telapak kakinya berbentuk cakar burung berbentuk emas.
Dalam riwayatnya, Nek Burung Kajang bernama asal Nek Bate Manurun adalah keturunan anaknya Nabi Adam dan Siti Hawa di Surga yang diperintahkan untuk membawa turun seperangkat peti besi dalam sebuah gong besi yang sangat besar yang terletak diatas Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas. Gong besi besar tersebut ketika turun seperti kilat yang menyambar ke bumi. Adapun Nek Bate Manurun ini memiliki nama asal lagi ketika di Surga dan namanya ini menjadi persyaratan yang harus di ketahui jika ingin mempelajari Ilmu Perlindungan Ghaib dan melunakkan besi. Nek Bate Manurun ini juga dalam riwayatnya sebagai Panglima yang memimpin pasukan burungnya Nabi Sulaiman.
Nek Bate Manurun ketika turun ke bumi membawa gong besar diatas Palangka Bulau yang berhias Kalengkang emas, turun seperti kilat yang menyambar dan menancap ke tanah seperti wujud Pedang besar bercahaya yang disebut Teariduni di daratan yang disebut Suluara atau Selaara yaitu Sullu atau Sella yang berarti senjata dan Ara yang berarti bercahaya. Turunnya gong besar dari surga yang dibawa oleh Nek Bate Manurun ini menjadi asal usul masyarakat Kalimantan mensakralkan Gong sebagai alat yang selalu dipakai dalam setiap ritual adat dan perkawinan. Setelah turun ke bumi, seperangkat peti besi besar yang terdapat dalam gong diambil oleh Malaikat Jibril untuk diberikan kepada Nabi Adam yang telah berada di bumi.
Nek Burung Kajang dapat dipanggil Ruh sucinya jika telah muncul Petuong di parak-parak rumah atau terjadi bencana peperangan maupun bencana lainnya yang membahayakan wilayah anak cucuk Nek Burung Kajang. Jika telah saatnya di panggil, Temenggung Penghulu akan mempersiapkan sehelai kain merah seukuran tiga ruas jari yang kemudian di tulis rajah dengan minyak Misik yang berisi nama Temenggung Penghulu dan asal usul Nek Burung Kajang.
Kemudian dalam kain merah itu di isi tujuh butir beras kuning yang berasal dari tujuh tempat berbeda dan telah di lumuri minyak Misik serta tujuh helai rambut yang tertinggal di sisir. Ketujuh butir beras kuning dan helai rambut itu dibungkus dengan daun sirih, yang selanjutnya dibungkus dengan kain merah tadi.
Berikutnya kain merah yang berisi daun sirih, tujuh butir beras kuning dan helai rambut di masukkan ke dalam tempat pembakaran wangi-wangian yaitu wangian Gaharu atau Kulit Kayu Lukai pada tempat terbuka. Kain merah tadi dibakar bersama wangi-wangian hingga habis. Dan asap dari pembakaran tadi yang naik ke angkasa sebagai media untuk memberi pesan kepada Nek Burung Kajang bahwa anak keturunannya ingin bertemu.
Selanjutnya Temenggung Penghulu mandi hadats dan bersuci. Setelah itu pergi ke sebuah gunung batu yang terdapat peninggalan altar batu dari nenek moyangnya dengan membawa alat pembakaran wangi-wangian, seperangkat sirih pinang beserta mayangnya, tujuh butir beras kuning dari tujuh tempat yang berbeda dan telah dilumuri minyak Misik dan satu koin Buraq sebagai syarat pengerasnya.
Sesampainya di gunung batu yang terdapat altarnya, Temenggung Penghulu duduk menghadap ke Barat dengan posisi kaki kanan menimpa kaki kiri dan jangan di silang. Dalam hal ini arah Barat atau arah Matahari terbenam dipercayai sebagai tempat asal usulnya Nek Burung Kajang yang bersemayam diatas singgasana berbentuk gong emas berhias Ya’kut yang bercahaya.
Selanjutnya membakar wangi-wangian di dekat tubuhnya dan memakan sirih hingga tujuh kali untuk menghilangkan bau yang tidak sedap dari tubuhnya akibat pengaruh makanan yang telah dimakannya. Karena Nek Burung Kajang tidak suka bertemu orang yang badannya berbau tidak sedap seperti berbau belacan atau bahan makanan lainnya yang berbau busuk.
Berikutnya menghamburkan tujuh butir beras kuning ke udara ke arah Barat, kepala ditundukkan ke kiri ke arah jantung dan mulai membaca jampi-jampi sambil kedua telapak tangan diletakkan dibawah pusat.
Adapun jampi-jampinya yaitu :
“Egameni lika unkulunkulu onomusa onesihe
Ukudunyiswa kube ku unkulunkulu inkosi yamamhalaba
Unomusa nomusa inkosi yosuku lokwahlulela
Nguwe kuphela onikhulekelayo futhi kuwe kuphela esikucela usizo
Sitshele indlela eqondile yileyondlela yalabo obanike yona
hayi indlela yabo yokufutheka noma indlela yabo engalungile
UNkulunkulu akanalo unkulunkulu okufanele akhulekelwe kodwa
Yena ohlala phakade uyaqhubeka nokunakekela izidalwa zaKhe
hayi ukulala futhi engalali kuye yilokho okusezulwini nasemhlabeni
Akekho ongakunikela kunkulunkulu ngaphandle kwemvume yakhe
Unkulunkulu uyazi ukuthi yini ekhona phambi kwabo nangemva kwabo
futhi abazi lutho ngoLwazi lukankulunkulu kodwa yilokho
Akulindele isihlalo sikankulunkulu sihlanganisa amazulu nomhalaba
Futhi unkulunkulu akanalo isisindo sokugcina kokubili
futhi unkulunkulu uphezukonke futhi omkhulu
Yithi ngiphephela enkosini kankulunkulu
ebubini bezidalwa zakhe futhi kusukela ebubini
bobusuku lapho sekumnyama futhi kusukela ebubini
bendlovukazi abashaya amafindo futhi emona lapho ekhwele
Yithi ngiyawuvikela inkosi ogcina nokulawula amadoda
inkosi yomuntu abantu kusukela ebubini
ukuhleka kwehla koshaitan owayevame ukufihla
ngubani ohleba okubi esifubeni sesintu
kusukela genera yama jinn nendoda
Bathi ungu unkulunkulu lowo noyodwa
Unkulunkulu ungunkulunkulu oncike kuye zonke izinto
Akayena umntwana noma ozelwe
Futhi akekho umuntu olingana naye”.

Jampi-jampi ini dibaca berulang hingga terlihat tanda-tanda kemunculan wujud Nek Burung Kajang yaitu terdengar suara burung dari arah barat dari pelan hingga nyaring dan ramai yang diikuti kemunculan kelompok burung yang terbang mengelilingi di angkasa. Jampi-jampi berhenti dibaca jika Nek Burung Kajang sudah menyapa atau memberi salam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...