Jumat, 01 Juni 2018

JAMPI-JAMPI NEK DUATA

JAMPI-JAMPI NEK DUATA

Dalam Thariqat Melayu Temenggung Penghulu Sanggau, dipercayai bahwa salah seorang Pangkal Lima atau Panglima adalah bergelar Nek Duata yang dipercayai ghaib dan jika memperlihatkan diri akan berwujud tubuh seperti manusia dan berkepala burung, diantara tangan dan sisi tubuhnya terdapat sayap yang menyatu dengan tangan dan sisi tubuhnya. Pada sayapnya ini terdapat bulu-bulu yang sangat tajam.
Kedua kakinya berbentuk cakar burung. Dikepalanya terdapat jambul emas. Kedua matanya putih bersinar dan nafasnya terasa sangat panas. Nek Duata jika memperlihatkan wujudnya tidak suka jika dilihat matanya. Dan manusia yang menatap mata Nek Duata akan tersedot nafasnya sehingga manusia tersebut akan kering tubuhnya.
Nek Duata dipercayai sebagai Pemimpin dari Pangkal Lima atau Panglima dan bisa dihadirkan jika diperlukan sebagai sumpahnya untuk menjaga anak cucuknya. Jika telah terlihat hadirnya Petuong di parak-parak rumah atau Temenggung Penghulu melihat langit sangat hitam akibat asap bencana, maka ia akan segera mandi hadats dan bersuci.
Selanjutnya ia membakar wangi-wangian di tempat terbuka dan mengunyah sirih. Sambil mengunyah sirih ia mengucapkan timang-timang yang berisi namanya dan asal usul Nek Duata serta sumpah Nek Duata yang akan menjaga anak cucuknya. Kemudian sirih yang di kunyah tersebut di ludahkan ke pembakaran wangi-wangian sehingga muncul lah asap yang naik ke angkasa sebagai media penyampai pesan kepada Nek Duata bahwa anak cucuknya ingin bertemu.
Setelah itu Temenggung Penghulu akan memberi tanda pada pintu rumah dan kamarnya dengan daun Menjuang dan mempersiapkan sirih pinang lengkap dengan mayang pinangnya, tujuh butir beras kuning yang di lumuri minyak Ja’faron, pembakaran wangi-wangian, koin Syekh Buraq sebagai syarat pengerasnya dan gelang kerincingan khusus.
Berikutnya ia akan berdiam diri di dalam kamarnya sambil tanpa henti memakan sirih dan membakar wangi-wangian di dekat tubuhnya untuk menghilangkan bau yang tidak sedap dari tubuhnya akibat pengaruh makanan yang telah dimakannya. Karena Nek Duata tidak suka bertemu dengan orang yang badannya berbau tidak sedap seperti berbau belacan atau bahan makanan lainnya yang berbau busuk.
Temenggung Penghulu akan berdiam diri di dalam kamarnya hingga lewat Maghrib sampai terdengar bunyi burung Keto di dekat kamarnya. Jika ia sudah mendengar bunyi burung Keto maka ia akan pergi ke hutan yang terdapat daratan yang dipenuhi ilalang dengan membawa seperangkat sirih pinang, tujuh butir beras kuning yang di lumuri minyak Ja’faron, pembakaran wangi-wangian, koin Syekh Buraq dan gelang kerincingan.
Sesampainya di daratan yang penuh ilalang, ia duduk menghadap ke Timur dengan posisi kaki kanan menimpa kaki kiri dan jangan di silang. Dalam kepercayaan ini, di yakini bahwa arah Timur atau arah Matahari terbit merupakan arah kiblat pertamanya manusia yang kemudian dirubah arah kiblatnya menghadap ke Barat. Dan di arah kiblat pertama ini lah diyakini tempat bersemayamnya Nek Duata dalam kubah emas yang memancarkan cahaya.
Selanjutnya Temenggung Penghulu memakan sirih terlebih dahulu dan memakai gelang kerincingan khusus pada pergelangan tangan kanannya. Kemudian menghamburkan tujuh butir beras kuning ke udara ke arah Timur, setelah itu membaca jampi-jampi sambil membakar wangi-wangian dan menggerak-gerakkan tangan kanannya sehingga berbunyilah bunyi kerincingan di tangan kanannya.
Adapun jampi-jampinya yaitu :
“ Yer ram yer siram
yer ram siri ram
yer ram yer yer ram kirtsanna ha ray kritsanna nama pattha
Wimut thanang wimut thia tan thang sami mak mak
Dhammang chak so sangghang chak so
Sitti Kijjang
Sitti Kammang
Sitti Lapho
Chayo nijjang asang wisulo pusa phupha
Uttang hareja phatha 
Phra raksa sang khang
Sattru ma beetha winas santi ayu wanno sukkhang phalang
Sitti pa cham len si si kungam kepa
Na kungam kepa men ken kungam kepa narai
Kay kungam kepa adit lip kengam kepa chan
Sao nai meng sa wan hin na ku yumi dai
Na ma pa ta ku cha lam lek teng tun mai
Ko hai ngai ngom na ma pa ta
Khu cha lam lek teng pha ya hong ko ma lem tam
Na ma pa ta ku cha ma lam lek teng tao pa ya
Ko ma lem ten ti non na ma pa ta
Ku cha ma lam lek teng me kai on ko ma la luk
Len tam na ma pa ta ku cha lam lek teng sao
Ke ko ma long lai na ma pa ta ku cha lam lek
Teng fung kon tang lai ko ma lak ku yu
Tuk tuan na na ma pa ta ku cha lam lem
Teng chan pa lek the wa da tuk di man na ma
Pa ta pa sitti swa ha
Sivali ca mahathero devata nara pujito
Soraho paccaya dhimhi sivali ca mahatthero akkha devabhi pujito
Soraho paccaya dhimhi ahang vandami sabbada sivali therassa
Etang gunang savasthi labhang bhavanthu me
Sakkassa wachiravuthang wessasuwanna sakathawuthang
Alawaka thusawuthang yamasa naiyanawuthang
Naraiyasa chakrawuthang pancha awuthanang
Aetaesang anuphawena pancha awuthanang
Phakka phakkha wijunnang wijunna lomangmamena
Kajcha amumhi okasetithahi”.

Jampi-jampi ini dibaca hingga terdengar bunyi burung Keto dari arah Timur yang berbunyi semakin dekat yang selanjutnya diikuti kumpulan burung-burung yang terbang di angkasa dari arah Timur membentuk lingkaran di angkasa di atas kepala sebagai tanda akan hadirnya Nek Duata. Pohon dan ilalang terlihat bergerak-gerak seakan-akan tertiup angin padahal tidak ada angin yang bertiup. Jampi-jampi dibaca terus hingga terdengar Nek Duata menyapa atau memberi salam. Dan jangan melihat matanya karena ia tidak suka jika dilihat matanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...