Kamis, 03 Mei 2018

         JALAN-JALAN SEPUTAR SANGGAU
               MUHAMMAD RIVA’I NAPIS

Jum’at, 24 Agustus 2012, pukul 09:00 di kediaman Bapak Muhammad Riva’i Napis Jl. Pantai Sekayam No. 15 Kelurahan Tanjung Sekayam. Muhammad Riva’i Napis lahir di Sanggau pada tanggal 4 Juli 1940. Beristrikan Erna, lahir di Sanggau pada tanggal 28 Mei 1953. Mereka menikah di Sanggau tanggal 23 September 1975.
Di Kota Sanggau, orang mengenalnya dengan panggilan Long Pa’i atau Pak Long, sebutan yang diambil dari kata sulung. Penyebutan yang demikian populer di kalangan kultur Melayu. Sebagai seorang wiraswasta, Muhammad Riva’i Napis pernah menjadi lurah di bagian timur kota Sanggau pada tahun 1967 hingga tahun 1972. Kelurahannya di namakan Sentana yang meliputi 4 kampung yaitu Kampung Tanjung Sekayam, Kampung Tanjung Kapuas, Kampung Sungai Sengkuang dan Kampung Sungai Ranas.
Selain sebagai Lurah, Muhammad Riva’i Napis telah menggeluti berbagai pekerjaan sebagai tanggung jawabnya untuk memenuhi keperluan rumah tangga. Ketika berumur 20 tahun, mulai menggeluti bidang wirausaha. Hingga pada tahun 1980 dibawa oleh teman-temannya sesama pengusaha untuk bergabung dalam organisasi dagang KADINDA Sanggau, dan dipercaya sebagai Sekretaris. Karena tidak setiap saat berada di kantor Organisasi sehingga banyak waktu luang untuknya melakukan kegiatan lain, maka mulai terlibatlah Muhammad Riva’i Napis dalam bidang Seni dan Budaya.
Muhammad Riva’i Napis terkenal sebagai seniman dan budayawan daerah yang menurutnya merupakan hobby dan panggilan jiwa. Diakuinya barangkali darah seni dan bakat yang mengalir dalam dirinya diperoleh secara otodidak ini mungkin juga dipengaruhi oleh keluarga besarnya. Walaupun orangtua kandung tidak terlalu menunjukkan minat yang tinggi pada karya seni tetapi pengaruh paman-pamannya, yaitu adik-adik dari Almarhumah Ibunya turut memberi warna dalam awal mula kehidupannya di masa kanak-kanak. Salah satu paman juga menjadi pemain musik, penyanyi dan pemain tonel atau sandiwara rakyat pada zaman itu.
Muhammad Riva’i Napis juga sebagai pimpinan Sanggar Musik Lamai Dara, dan memiliki anggota yang terdiri dari generasi muda usia produktif, yang sangat berminat pada musik daerah, khususnya musik Melayu dengan beragam latar belakang pekerjaan, pendidikan dan sebagainya. Keahlian bermain musik dalam aransemen lagu, maupun mengubah lirik/syair dilakukan dan ditularkan kepada para anggota Sanggar secara konsisten dan terus menerus semenjak tahun 1989. Anggota sanggar datang dan pergi, begitu juga dengan kepengurusannya silih berganti, namun semangat dan motivasi tetap diwariskan kepada siapa pun yang ingin mempelajari kesenian dan kerajinan.
Kegemarannya bermain musik bermula ketika tahun 1968 bergabung pada kelompok musik orkes keroncong pimpinan Lim Nyuk Kie atau Pak Aki. Kemudian pada tahun 1982 bergabung dengan kelompok musik orkes keroncong Dian Harapan pimpinan Drs. H. Syarif Muhammad.
Selain itu Muhammad Riva’i Napis juga menggeluti bidang seni lukis dalam bentuk panorama dan wajah orang. Kegemaran melukis bermula dari kegemarannya menggambar ketika masih di Sekolah Dasar yang pada masa itu disebut Sekolah Rendah. Meskipun pada masa itu hanya sebatas menggambar kapal laut, kapal udara dan gambar wajah orang pada sebuah kertas yang tidak terpakai menggunakan pensil. Ketika berumur 9 tahun, Muhammad Riva’i Napis tertarik dengan 2 buah lukisan koleksi pamannya berupa lukisan jembatan gantung Sekayam yang pada saat itu masih berbentuk kayu dan lukisan seekor kerbau sedang menanduk seekor harimau, dibawah kerbau tersebut terdapat seorang anak kecil yang berusia kira-kira 10 tahun. Lukisan bercat minyak itu terdapat nama di pojok kiri bawah yang tertulis Raden Saleh. Berawal dari ketertarikannya kepada dua lukisan tersebut sehingga ia mulai menekuni dunia lukis.
Aktivitas lainnya yang digeluti Muhammad Riva’i Napis adalah menekuni kerajinan Miniatur Motor Bandong (Angkutan sungai khas sungai kapuas, Kalimantan Barat), Rumah Adat Melayu dan Dayak semenjak tahun 1981. Kemudian memproduksinya secara komersil dalam usaha home industri kecil-kecilan semenjak tahun 1982. Permuaan kegemarannya membuat miniatur Motor Bandong adalah ketika sejak kecil dia tinggal dipinggiran sungai dan setiap hari melihat kapal-kapal Bandong lalu-lalang. Namun, kini kapal-kapal Bandong tersebut telah berkurang akibat pengaruh zaman. Terinspirasi dari hal tersebut sehingga Muhammad Rivai Napis mulai membuat miniatur kapal bandong. Maka dibuatlah satu gerai kecil di rumahnya, yang kini produk kapal-kapal Bandong buatannya menjadi produk usaha yang laku dijual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...