LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 5 ---
Mengetahui telah hamil lagi, Tante Linda menjadi bimbang,
apakah akan menggugurkan kehamilannya lagi atau tidak. Hingga dalam hatinya
lebih memilih untuk mempertahankan kehamilannya. Tapi hatinya susah juga,
karena ia sedang kuliah, dan untuk pulang ke Sumatera Barat itu tidak mungkin
karena orangtuanya akan memarahinya karena pulang membawa aib, apalagi tidak
ada laki-laki yang dapat di tuntutnya untuk bertanggung jawab karena Rinto
sudah tidak bisa ditemuinya lagi. Jika pun ia berkeras untuk mencari Rinto,
tentu istri dan anaknya tidak dapat menerima dan kembali ia akan di labrak
seperti sebelumnya. Selain itu belum tentu Rinto mau bertanggung jawab.
Dalam kepedihan hidup, Tante Linda berusaha bertahan melewati
hari sambil memantapkan hatinya untuk menentukan keputusan apa yang akan ia
ambil apakah tetap mempertahankan kehamilannya dan pulang ke Sumatera Barat
atau kembali menggugurkan kehamilannya dan melanjutkan kuliahnya.
Ketika di tempat kostnya yang baru, Tante Linda berkenalan
dengan seseorang bernama Jamal. Jamal ngekost di tempat yang sama dengan Tante
Linda. Kamar mereka hanya berjarak beberapa kamar saja. Perkenalannya dengan Jamal
hanya sebatas teman saja. Dan Tante Linda tidak tahu apakah Jamal sedang kuliah
atau telah berkerja. Tante Linda benar-benar menganggap Jamal hanya teman saja
sehingga Tante Linda tidak ingin tahu latar belakang Jamal.
Selama mengekost di tempat itu, pertemanan mereka semakin
akrab. Tante Linda juga sedikit terhibur hatinya karena Jamal dapat menjadi
teman yang baik baginya. Hingga suatu ketika Jamal meminta Tante Linda untuk
menemaninya pulang ke Bantul dengan alasan untuk memberikan uang kepada
orangtuanya disana. Jamal mengatakan bahwa orangtuanya itu sedang sakit dan
memerlukan uang pada hari itu juga. Jamal juga berkata bahwa setelah ia
memberikan uang maka mereka langsung pulang lagi ke Jogja.
Tante Linda yang tidak punya perasaan curiga sedikit pun
kepada Jamal bersedia menemani Jamal ke Bantul. Maka pergilah hari itu mereka
ke Bantul menggunakan mobil yang disewa oleh Jamal. Namun kemudian pembicaraan
Tante Linda terputus, karena ia melihat Tante Yanti keluar dari lift bersama seorang
laki-laki yang lagi-lagi aku tahu orang itu siapa. Selama dua bulan aku
berkerja di hotel itu, telah beberapa orang yang ku kenal yang ku temui,
meskipun mereka tidak mengenalku. Bahkan pernah aku melihat ayah temanku
sekolah di SMA di Bar & Karaoke itu bersama seorang wanita yang berpakaian
minim. Ayah temanku ini sangat kenal denganku, tetapi ia tidak melihatku karena
posisi duduk ku yang terlindungi meja kasir. Aku bersyukur juga ia tidak
melihatku karena bisa repot juga urusannya nanti. Aku bisa tidak enak untuk
bermain ke rumah teman sekolah itu. Dan ayah temanku bisa berubah sikapnya jika
bertemu denganku nanti.
Setelah sempat menghabiskan Draught Beer nya, tanpa berkata
apa-apa Tante Linda langsung membayar Draught Beernya, selanjutnya langsung
menghampiri Tante Yanti yang barusan keluar dari lift bersama laki-laki yang ku
ketahui adalah orang Akademik di kampusku. Selanjutnya mereka bertiga keluar
dari Bar & Karaoke dan pergi entah kemana.
----------
Sabtu, 2 November 1996, aku mendapat jadwal bertugas di Restoran
Hotel pada sift sore yaitu dimulai dari jam 3 sore hingga jam 11 malam. Hingga jam
11 malam waktunya aku untuk pulang. Setelah menyelesaikan laporan keuanganku
hari itu, aku pun keluar melalui pintu belakang hotel untuk mengambil motor
Suzuki Jet Cooled ku yang ku parkirkan di belakang hotel. Tempat parkir ini
merupakan tempat khusus bagi kendaraan karyawan hotel. Setelah menghidupkan
motorku itu, aku langsung melaju keluar dari belakang hotel menuju ke gerbang
depan hotel untuk menuju ke Jalan Gajah Mada.
Ketika akan melewati gerbang hotel, ku lihat Tante Linda
berdiri disitu sepertinya sedang menunggu seseorang. Rupanya Tante Linda
melihatku dan langsung memanggilku untuk menghentikan laju motorku itu. Aku pun
segera berhenti. Tante Linda kemudian menghampiriku dan bertanya aku akan kemana.
Maka ku jawab bahwa aku mau pulang. Tante Linda kemudian bertanya lagi ke arah mana
jalanku pulang. Ku jawab aku pulang ke arah Jeruju.
Selanjutnya Tante Linda berkata bahwa ia ingin menumpang
untuk pulang ke arah Jalan Merdeka, yang tentunya aku akan melewati jalan itu
menuju ke Jeruju. Dan tanpa menunggu persetujuanku, Tante Linda langsung naik
ke belakang motorku. Ia pun menyuruhku untuk menjalankan motorku. Dengan perasaan
gerogi yang luar biasa aku segera menjalankan motorku. Tubuhku tegang sekali
ketika menggonceng Tante Linda. Dan Tante Linda sepertinya tahu bahwa aku
sangat gerogi saat itu, tapi ia tidak menghiraukannya. Ia dengan santainya sambil
berkata bahwa orang yang biasa menjemputnya barangkali tidak bisa datang
sehingga belum juga muncul menjemputnya hingga jam 11 malam itu. Ia biasanya pergi
dan pulang bersama Tante Yanti, tapi hari itu Tante Yanti sedang datang bulan
sehingga tidak bisa melayani pesanan dari tamu hotel, dan hanya berada di rumah
kontrakan mereka saja di kawasan Jalan Merdeka, sehingga hanya Tante Linda
sendiri saja yang datang ke hotel sejak jam 8 malam tadi karena ada tamu hotel
yang memesan layanannya. Tante Linda hanya melayani tamu hotel satu rate saja malam
itu. Setelah selesai melayani tamu, ia memutuskan untuk pulang. Aku hanya diam
saja mendengar penjelasan Tante Linda itu.
Selanjutnya, motorku pun melaju melewati Jalan Gajah Mada. Ketika
mendekati simpang Jalan Gajah Mada dan Diponegoro, dan akan memasuki Jalan
Pattimura, Tante Linda bertanya apakah aku sudah makan atau belum. Belum sempat
ku jawab, Tante Linda langsung mengajakku singgah ke Rumah Makan Ayam Panas 29
yang berada sederetan tidak jauh dengan Kaisar Swalayan di Jalan Pattimura. Rumah
Makan Ayam Panas 29 ini buka 24 jam. Tante Linda berkata ia sangat lapar saat
itu. Motorku pun berbelok menuju Rumah Makan tersebut. Setelah ku parkirkan
motorku, kami pun turun dan memasuki Rumah Makan itu. Tante Linda kemudian
memesan makanan, selanjutnya ia mengajakku duduk pada meja di dekat dinding. Aku
pun mengikutinya.
Setelah duduk ia langsung menyalakan rokoknya sambil
menawarkannya juga kepadaku, tapi ku katakan bahwa aku tidak merokok. Tante Linda
hanya tersenyum saja saat itu. Sambil menunggu pesanan makanan kami diantar
oleh penjaga Rumah makan ia mengajakku mengobrol santai. Aku yang masih gerogi
itu hanya bisa menjadi pendengar yang baik saja mendengarkan obrolan santainya.
Hingga kemudian ku beranikan diri untuk bertanya tentang kelanjutan cerita
Tante Linda ketika pergi ke Bantul bersama Jamal.
Mendengar pertanyaanku itu, Tante Linda tertawa sambil
berkata bahwa rupanya aku masih mengingat ceritanya itu. Sambil tersenyum malu aku
mengiyakannya. Selanjutnya Tante Linda bertanya sampai dimana ceritanya waktu
itu. Aku pun menjelaskan secara ringkas hingga ketika Tante Linda bersedia
menemani Jamal untuk pergi ke rumah orangtua Jamal di Bantul.
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar