LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 1 ---
Pertengahan tahun 1996 aku lulus SMA, meski harus melewati
masa-masa ujian sekolah yang berat. Yaaa... ku rasakan sangat berat. Dengan
situasi pertikaianku dengan orangtua yang tidak menyetujui aku untuk melanjutkan
sekolah ke STSI Surakarta. Aku telah mempersiapkan diri sejak di kelas dua
untuk dapat pergi ke Sekolah Seni di Surakarta itu, karena aku bercita-cita
ingin menjadi Koreografer Tari.
Permulaan aku menyukai seni Tari ketika aku di kelas 1 SMA. Aku
bersekolah di Jurusan Pariwisata, dan pada saat itu ada Program Wisata Remaja ke
Lampung dari Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Aku termasuk salah
satu murid yang di rekomendasikan oleh wali kelasku untuk mengikuti program
tersebut. Namun dalam seleksi, di persyaratkan pesertanya harus bisa
menampilkan seni. Aku sempat bingung pada saat itu, seni apa yang bisa aku
tampilkan dalam seleksi itu. Wali kelasku memberikan saran agar aku menampilkan
seni tari tradisional saja.
Aku semakin bingung, karena aku seorang laki-laki dan belum
pernah menari sebelumnya. Sedangkan menari itu adalah kegiatan kaum perempuan. Apalagi
aku hanya punya waktu tidak lebih dari seminggu untuk bisa menari, karena
seleksi peserta dilaksanakan minggu depan. Namun wali kelasku seakan memaksa
agar aku bisa menari tarian tradisional. Dalam keadaan bingung, aku pun
mengiyakan permintaan wali kelasku itu. Maka aku berusaha mencari teman yang
bisa mengajarkan aku untuk menari.
Syukurnya ada seorang teman perempuan sekelasku yang juga di
tunjuk oleh wali kelas untuk mengikuti seleksi tersebut pernah mengikuti salah
satu Sanggar Tari di Pontianak. Mengetahui aku sedang kebingungan karena di
suruh wali kelas untuk bisa menampilkan tarian tradisional pada seleksi peserta
Wisata Remaja minggu depan, ia pun menyampaikan kepadaku bahwa ia bersedia
mengajarkan aku tarian tradisional. Namun ia juga tidak yakin apakah aku bisa
dengan cepat menguasai tarian tersebut dalam waktu kurang dari seminggu.
Apalagi aku ini laki-laki, dan belum pernah menari sebelumnya, sehingga akan
sulit bagiku menguasai tarian yang umumnya merupakan kegiatan kaum perempuan.
Walaupun ia sendiri tidak yakin, tapi ia tetap menyemangatiku bahwa banyak juga
laki-laki yang pandai menari. Aku pun antara yakin dan tidak dengan diriku
sendiri berusaha menyemangati diriku sendiri.
Maka pada hari itu, aku mulai belajar menari di rumah teman
ku itu. Ia mengajarkan aku tari Padang, yaitu Tari Rantak. Sungguh sulitnya aku
belajar menari saat itu, tapi aku coba yakinkan diri, bahwa aku bisa
mempelajarinya. Perlahan-lahan aku coba belajar setelah pulang sekolah hingga
malam hari di rumah temanku ini. Setelah empat hari aku belajar, akhirnya Tari
Rantak itu berhasil juga ku hafalkan. Hari berikutnya ku perdalami lagi, dan
satu minggu aku dapat menguasai Tari tersebut. Hingga pada hari seleksi, aku
dinyatakan lulus sebagai peserta Wisata Remaja ke Lampung oleh panitia. Ini lah
awal mula aku menyukai seni tari, yang selanjutnya aku bergabung pada salah
satu Sanggar Tari di Pontianak.
Sampailah ketika aku lulus sekolah, aku bingung menentukan
tujuan akan kemana. Rencanaku yang menggebu-gebu akan bersekolah ke STSI
Surakarta kandas, karena menurut orangtuaku menjadi seniman itu tidak dapat
menghidupi diri. Mereka menghendaki agar aku melanjutkan kuliah di Pontianak.
Dengan berat hati, akhirnya aku mendaftarkan diri pada Perguruan Tinggi di
Pontianak yang di inginkan orangtuaku, dan aku lulus dalam seleksi penerimaan
Mahasiswa baru di Perguruan Tinggi tersebut.
Ketika masa menunggu waktunya mulai perkuliahan, aku lebih
menyibukkan diri di Sanggar. Aku terus berusaha melupakan hasratku untuk
melanjutkan ke sekolah seni. Namun semakin ku lupakan, semakin kuat gejolak
dalam hatiku, hingga ku rasakan bahwa ada pemberontakan dalam jiwaku. Aku pun
mulai mengurangi kegiatanku di Sanggar dan mulai berpikir untuk mencari
pekerjaan. Maka mulai lah aku memasukkan lamaran ke beberapa Travel dan Hotel
di Pontianak. Ketika aku memasukkan lamaran ini, orangtuaku mengetahuinya dan sangat
marah sekali, karena mereka menghendaki agar aku konsentrasi kuliah saja,
jangan dulu bekerja. Tapi aku tidak peduli, aku tetap terus memasukkan surat lamaran,
karena aku ingin mengalihkan hasrat dalam hatiku yang telah menimbulkan
memberontak dalam jiwaku.
-----------
Agustus 1996, perkuliahanku dimulai. Dua minggu setelah aku
mulai kuliah, datang surat panggilan wawancara dari Travel dan Hotel yang telah
ku masukkan surat lamaran. Surat panggilan itu diantar ke rumahku dan diterima
oleh orangtuaku. Orangtuaku marah sekali karena aku masih memasukkan lamaran
pekerjaan, apalagi salah satu panggilan wawancara itu dari Hotel yang menurut
orangtuaku bukan tempat yang baik untuk bekerja. Aku pun berusaha memberi
pengertian bahwa panggilan wawancara dari Hotel tersebut merupakan salah satu
Hotel ternama di Pontianak. Namun orangtuaku tidak mau mengerti dan meminta
agar aku tidak datang pada panggilan wawancara tersebut. Tapi aku tetap
berkeras bahwa aku ingin bekerja, dan tidak ingin kuliah.
Melihat kerasnya keinginanku itu, makin marahlah orangtuaku
dan berkata bahwa jika aku tetap berkeras ingin bekerja dan berhenti kuliah, maka
aku harus keluar dari rumah. Aku langsung tersentak mendengar perkataan orangtuaku
itu. Seketika pikiranku buntu, dan tidak tahu harus bagaimana.
Meski dalam kondisi pikiran yang tidak menentu, aku tetap
datang pada panggilan wawancara di Travel dan Hotel tempatku memasukkan surat
lamaran. Namun dalam wawancara itu manajemen Travel menyampaikan bahwa jam bekerja
di Travel tersebut dari pagi hingga sore. Pikiranku yang sedang tidak menentu
itu menjadi kalut, karena jika demikian kondisinya, berarti aku harus berhenti
kuliah.
Aku kemudian menyampaikan kepada manajemen Travel bahwa aku
juga sedang kuliah, dan perkuliahannya dari pagi hingga jam 2 siang. Mendengar
penyampaianku itu, manajemen Travel memutuskan untuk tidak menerimaku bekerja
di Travel tersebut. Aku pun menerima keputusan tersebut.
Namun pada wawancara dengan manajemen Hotel, rupanya mereka
dapat menerima kondisiku yang sedang kuliah. Manajemen Hotel memutuskan
menerimaku bekerja di Hotel tersebut sebagai Kasir dibawah tanggung jawab
Bagian Akuntansi dan bekerja pada sift sore atau malam. Jam bekerja pada Hotel tersebut
terdiri dari tiga sift, dengan masing-masing sift selama 8 jam, yaitu sift pagi
dimulai jam 7 pagi hingga jam 3 sore, sift sore dimulai jam 3 sore hingga jam
11 malam, dan sift malam dimulai jam 11 malam hingga jam 7 pagi. Seminggu sekali
aku mendapat hak off yaitu libur sehari. Selain itu, aku juga harus melewati
masa training selama 3 bulan untuk kemudian dipertimbangkan menjadi pegawai
penuh di Hotel tersebut.
-----------
September 1996, aku mulai bekerja sebagai Kasir pada salah
satu Hotel ternama di Pontianak. Pada bulan pertama ku bekerja, aku ditugaskan
bekerja pada sift malam yaitu dari jam 11 malam hingga jam 7 pagi. Sepulang
kerja, aku langsung ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Sebagai Kasir,
selama 3 hari sekali aku di rolling pada beberapa tempat yaitu di Lobby Hotel,
Restoran, Executive Lounge dan Bar & Karaoke.
Kamis, 12 September 1996, hari pertamaku bertugas di Bar
& Karaoke. Inilah permulaanku mengenal lika liku gemerlapnya dunia malam. Hari
pertamaku bekerja di tempat itu ku lewati dengan kecanggungan yang luar biasa. Namun
aku harus mulai membiasakan diri dengan hiruk pikuknya situasi Bar &
Karaoke yang riuh dengan musik dan gemerlap lampu di sana sini.
Sabtu, 14 September 1996, hari ketigaku bertugas di Bar &
Karaoke. Sekitar pukul 1 dini hari, aku yang bertugas sebagai Kasir, dihampiri
oleh dua orang wanita cantik yang menanyakan nama seseorang apakah telah datang
atau belum. Aku yang masih baru, tidak tahu nama yang mereka tanyakan itu. Maka
aku pun bertanya kepada salah seorang temanku yang telah lama bertugas sebagai
Waitress di Hotel tersebut. Dari temanku itu aku diberitahu bahwa nama yang
ditanyakan oleh kedua wanita cantik itu adalah seorang pengusaha yang sering berkunjung
ke Bar & Karaoke di Hotel tempatku bekerja. Dan pada saat itu, orang
tersebut belum datang. Sedangkan kedua wanita cantik itu merupakan langganan
bookingan dari pengunjung Hotel. Kedua wanita cantik itu bernama Tante Yanti
dan Tante Linda. Inilah awal mula aku mengenal Tante Linda.
-----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar