Selasa, 15 Mei 2018

LINDA DALAM BINGKAI DURJANA : EPISODE 1

LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 1 ---


Pertengahan tahun 1996 aku lulus SMA, meski harus melewati masa-masa ujian sekolah yang berat. Yaaa... ku rasakan sangat berat. Dengan situasi pertikaianku dengan orangtua yang tidak menyetujui aku untuk melanjutkan sekolah ke STSI Surakarta. Aku telah mempersiapkan diri sejak di kelas dua untuk dapat pergi ke Sekolah Seni di Surakarta itu, karena aku bercita-cita ingin menjadi Koreografer Tari.
Permulaan aku menyukai seni Tari ketika aku di kelas 1 SMA. Aku bersekolah di Jurusan Pariwisata, dan pada saat itu ada Program Wisata Remaja ke Lampung dari Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi. Aku termasuk salah satu murid yang di rekomendasikan oleh wali kelasku untuk mengikuti program tersebut. Namun dalam seleksi, di persyaratkan pesertanya harus bisa menampilkan seni. Aku sempat bingung pada saat itu, seni apa yang bisa aku tampilkan dalam seleksi itu. Wali kelasku memberikan saran agar aku menampilkan seni tari tradisional saja.
Aku semakin bingung, karena aku seorang laki-laki dan belum pernah menari sebelumnya. Sedangkan menari itu adalah kegiatan kaum perempuan. Apalagi aku hanya punya waktu tidak lebih dari seminggu untuk bisa menari, karena seleksi peserta dilaksanakan minggu depan. Namun wali kelasku seakan memaksa agar aku bisa menari tarian tradisional. Dalam keadaan bingung, aku pun mengiyakan permintaan wali kelasku itu. Maka aku berusaha mencari teman yang bisa mengajarkan aku untuk menari.
Syukurnya ada seorang teman perempuan sekelasku yang juga di tunjuk oleh wali kelas untuk mengikuti seleksi tersebut pernah mengikuti salah satu Sanggar Tari di Pontianak. Mengetahui aku sedang kebingungan karena di suruh wali kelas untuk bisa menampilkan tarian tradisional pada seleksi peserta Wisata Remaja minggu depan, ia pun menyampaikan kepadaku bahwa ia bersedia mengajarkan aku tarian tradisional. Namun ia juga tidak yakin apakah aku bisa dengan cepat menguasai tarian tersebut dalam waktu kurang dari seminggu. Apalagi aku ini laki-laki, dan belum pernah menari sebelumnya, sehingga akan sulit bagiku menguasai tarian yang umumnya merupakan kegiatan kaum perempuan. Walaupun ia sendiri tidak yakin, tapi ia tetap menyemangatiku bahwa banyak juga laki-laki yang pandai menari. Aku pun antara yakin dan tidak dengan diriku sendiri berusaha menyemangati diriku sendiri.
Maka pada hari itu, aku mulai belajar menari di rumah teman ku itu. Ia mengajarkan aku tari Padang, yaitu Tari Rantak. Sungguh sulitnya aku belajar menari saat itu, tapi aku coba yakinkan diri, bahwa aku bisa mempelajarinya. Perlahan-lahan aku coba belajar setelah pulang sekolah hingga malam hari di rumah temanku ini. Setelah empat hari aku belajar, akhirnya Tari Rantak itu berhasil juga ku hafalkan. Hari berikutnya ku perdalami lagi, dan satu minggu aku dapat menguasai Tari tersebut. Hingga pada hari seleksi, aku dinyatakan lulus sebagai peserta Wisata Remaja ke Lampung oleh panitia. Ini lah awal mula aku menyukai seni tari, yang selanjutnya aku bergabung pada salah satu Sanggar Tari di Pontianak.
Sampailah ketika aku lulus sekolah, aku bingung menentukan tujuan akan kemana. Rencanaku yang menggebu-gebu akan bersekolah ke STSI Surakarta kandas, karena menurut orangtuaku menjadi seniman itu tidak dapat menghidupi diri. Mereka menghendaki agar aku melanjutkan kuliah di Pontianak. Dengan berat hati, akhirnya aku mendaftarkan diri pada Perguruan Tinggi di Pontianak yang di inginkan orangtuaku, dan aku lulus dalam seleksi penerimaan Mahasiswa baru di Perguruan Tinggi tersebut.
Ketika masa menunggu waktunya mulai perkuliahan, aku lebih menyibukkan diri di Sanggar. Aku terus berusaha melupakan hasratku untuk melanjutkan ke sekolah seni. Namun semakin ku lupakan, semakin kuat gejolak dalam hatiku, hingga ku rasakan bahwa ada pemberontakan dalam jiwaku. Aku pun mulai mengurangi kegiatanku di Sanggar dan mulai berpikir untuk mencari pekerjaan. Maka mulai lah aku memasukkan lamaran ke beberapa Travel dan Hotel di Pontianak. Ketika aku memasukkan lamaran ini, orangtuaku mengetahuinya dan sangat marah sekali, karena mereka menghendaki agar aku konsentrasi kuliah saja, jangan dulu bekerja. Tapi aku tidak peduli, aku tetap terus memasukkan surat lamaran, karena aku ingin mengalihkan hasrat dalam hatiku yang telah menimbulkan memberontak dalam jiwaku.

-----------

Agustus 1996, perkuliahanku dimulai. Dua minggu setelah aku mulai kuliah, datang surat panggilan wawancara dari Travel dan Hotel yang telah ku masukkan surat lamaran. Surat panggilan itu diantar ke rumahku dan diterima oleh orangtuaku. Orangtuaku marah sekali karena aku masih memasukkan lamaran pekerjaan, apalagi salah satu panggilan wawancara itu dari Hotel yang menurut orangtuaku bukan tempat yang baik untuk bekerja. Aku pun berusaha memberi pengertian bahwa panggilan wawancara dari Hotel tersebut merupakan salah satu Hotel ternama di Pontianak. Namun orangtuaku tidak mau mengerti dan meminta agar aku tidak datang pada panggilan wawancara tersebut. Tapi aku tetap berkeras bahwa aku ingin bekerja, dan tidak ingin kuliah.
Melihat kerasnya keinginanku itu, makin marahlah orangtuaku dan berkata bahwa jika aku tetap berkeras ingin bekerja dan berhenti kuliah, maka aku harus keluar dari rumah. Aku langsung tersentak mendengar perkataan orangtuaku itu. Seketika pikiranku buntu, dan tidak tahu harus bagaimana.
Meski dalam kondisi pikiran yang tidak menentu, aku tetap datang pada panggilan wawancara di Travel dan Hotel tempatku memasukkan surat lamaran. Namun dalam wawancara itu manajemen Travel menyampaikan bahwa jam bekerja di Travel tersebut dari pagi hingga sore. Pikiranku yang sedang tidak menentu itu menjadi kalut, karena jika demikian kondisinya, berarti aku harus berhenti kuliah.
Aku kemudian menyampaikan kepada manajemen Travel bahwa aku juga sedang kuliah, dan perkuliahannya dari pagi hingga jam 2 siang. Mendengar penyampaianku itu, manajemen Travel memutuskan untuk tidak menerimaku bekerja di Travel tersebut. Aku pun menerima keputusan tersebut.
Namun pada wawancara dengan manajemen Hotel, rupanya mereka dapat menerima kondisiku yang sedang kuliah. Manajemen Hotel memutuskan menerimaku bekerja di Hotel tersebut sebagai Kasir dibawah tanggung jawab Bagian Akuntansi dan bekerja pada sift sore atau malam. Jam bekerja pada Hotel tersebut terdiri dari tiga sift, dengan masing-masing sift selama 8 jam, yaitu sift pagi dimulai jam 7 pagi hingga jam 3 sore, sift sore dimulai jam 3 sore hingga jam 11 malam, dan sift malam dimulai jam 11 malam hingga jam 7 pagi. Seminggu sekali aku mendapat hak off yaitu libur sehari. Selain itu, aku juga harus melewati masa training selama 3 bulan untuk kemudian dipertimbangkan menjadi pegawai penuh di Hotel tersebut.

-----------

September 1996, aku mulai bekerja sebagai Kasir pada salah satu Hotel ternama di Pontianak. Pada bulan pertama ku bekerja, aku ditugaskan bekerja pada sift malam yaitu dari jam 11 malam hingga jam 7 pagi. Sepulang kerja, aku langsung ke kampus untuk mengikuti perkuliahan. Sebagai Kasir, selama 3 hari sekali aku di rolling pada beberapa tempat yaitu di Lobby Hotel, Restoran, Executive Lounge dan Bar & Karaoke.
Kamis, 12 September 1996, hari pertamaku bertugas di Bar & Karaoke. Inilah permulaanku mengenal lika liku gemerlapnya dunia malam. Hari pertamaku bekerja di tempat itu ku lewati dengan kecanggungan yang luar biasa. Namun aku harus mulai membiasakan diri dengan hiruk pikuknya situasi Bar & Karaoke yang riuh dengan musik dan gemerlap lampu di sana sini.
Sabtu, 14 September 1996, hari ketigaku bertugas di Bar & Karaoke. Sekitar pukul 1 dini hari, aku yang bertugas sebagai Kasir, dihampiri oleh dua orang wanita cantik yang menanyakan nama seseorang apakah telah datang atau belum. Aku yang masih baru, tidak tahu nama yang mereka tanyakan itu. Maka aku pun bertanya kepada salah seorang temanku yang telah lama bertugas sebagai Waitress di Hotel tersebut. Dari temanku itu aku diberitahu bahwa nama yang ditanyakan oleh kedua wanita cantik itu adalah seorang pengusaha yang sering berkunjung ke Bar & Karaoke di Hotel tempatku bekerja. Dan pada saat itu, orang tersebut belum datang. Sedangkan kedua wanita cantik itu merupakan langganan bookingan dari pengunjung Hotel. Kedua wanita cantik itu bernama Tante Yanti dan Tante Linda. Inilah awal mula aku mengenal Tante Linda.

-----------

Bersambung.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...