JALAN-JALAN
SEPUTAR SANGGAU
* H. ACHMAD
ARIEF *
BAGIAN
KEDUA
Minggu, 21
Oktober 2012, pukul 10:00, pertemuan kedua
saya dengan Bapak H. Achmad Arief atau Long
Kayi. Pada pertemuan minggu lalu Long Kayi
menjelaskan tentang dokumen-dokumen kerajaan Sanggau, maka pada pertemuan kedua
ini Long Kayi menjelaskan tentang dokumen-dokumen warisan Penghulu Sanggau.
Long Kayi mengatakan bahwa orang-orang kurang berminat untuk mengetahui asal
usul Penghulu Sanggau ini karena kurang bergengsi. Orang-orang lebih berminat
untuk mengetahui hubungan silsilah mereka dengan Raja-Raja Sanggau karena lebih
bergengsi, sehingga kemana-mana bisa mengatakan bahwa mereka keturunan Raja,
padahal kedudukan Penghulu Sanggau lebih tinggi dari Raja-Raja Sanggau karena
Para Penghulu Sanggau lah yang menobatkan Raja-Raja Sanggau yang disebut orang sebagai
Pasak Sanggau. Sehingga asal usul Para Penghulu Sanggau ini tidak terangkat
hingga saat ini.
Selanjutnya Long Kayi menyambung penjelasannya, bahwa Ibunya Long Kayi bernama Dayang Masni adalah anaknya Abang H. Ahmad seorang penghulu agama di Keraton Surya
Negara Sanggau. Pada masa kerajaan Sanggau, terdapat dua jalur
Penghulu yaitu dari jalur Penghulu Muhammad Shaman dari Banjar Masin dan Pangeran
Agung Renggang dari jalur Mengkiang. Kedua jalur keturunan Penghulu ini telah
turun temurun menjadi Penghulu yang memiliki tugas sebagai penyebar dan
pengatur pelaksanaan Syariat Islam serta mengatur tata cara pelaksanaan adat.
Namun pada perkembangan selanjutnya, pada masa Panembahan Gusti Muhammad Thahir
II, jumlah Penghulu di Kerajaan Sanggau ditambah orangnya, yaitu penambahan
yang khusus mengatur tata cara pelaksanaan adat. Sedangkan kedua jalur
keturunan Penghulu sebelumnya bertugas sebagai penyebar dan pengatur
pelaksanaan Syariat Islam atau disebut Penghulu Agama.
Pada masa Panembahan Sulaiman, kedua jalur keturunan
Penghulu tersebut ditambah lagi orangnya yaitu membantu tugas-tugas Penghulu
Agama. Orang tersebut disebut sebagai Ketib, yang sering bertugas sebagai
pengurus Masjid dan pengumandang azan.
Penghulu Muhammad Shaman adalah Ulama dari Banjar yang
menyebarkan Agama Islam di Melawi, Sintang, Kapuas Hulu dan Sanggau yang kemudian
di utus oleh Kesultanan Banjar untuk menobatkan Sultan Sanggau pertama yaitu Abang Terka atau Abang Awal yang
bergelar Sultan Awwaludin pada tanggal 16 Rabi’ul Awwal 1025 Hijriah atau bertepatan
tanggal 3
April 1616 Masehi. Penobatan itu diberikan juga oleh Pangeran Agung Renggang dari
Mengkiang.
Penghulu Muhammad Shaman dan Pangeran
Agung Renggang inilah yang disebut sebagai Pasak Sanggau, dan keduanya
merupakan anak keturunan Pasak Sanggau yang selanjutnya menurunkan juga
keturunan-keturunan Penghulu sebagai Penobat Raja-Raja Sanggau berikutnya.
Dalam dokumen warisan Penghulu Sanggau
yang turun temurun sambung-menyambung catatannya terlihat Silsilah leluhur
Penghulu yang sampai ke puncak paling atas yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan
Siti Hawa. Jika diurutkan dari Penghulu Muhammad Shaman maka bertemulah dengan
Sultan Suryansyah Banjar, kemudian dilanjutkan keatas lagi maka bertemu dengan
Pangeran Surya Nata. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Raja
Mikhtab. Kemudian dilanjutkan ke atas lagi maka bertemulah dengan Iskandar
Zulkarnain dan Puteri Safiya Arqiya. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka
bertemulah dengan Nabi Sulaiman Alaihi Salam dan Ratu Balqis. Kemudian
dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Ibrahim Alaihi Salam.
Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Nuh Alaihi Salam.
Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Idris Alaihi
Salam. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Syits dan Siti
Hazurah. Selanjutnya pada puncak paling atas yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan
Siti Hawa.
Dalam silsilah leluhur ini, Penghulu
Muhammad Shaman merupakan keturunan ke-75 dari Nabi Adam dan Siti Hawa.
Sedangkan Pangeran Agung Renggang juga memiliki jalur yang sama yang bertemu
dengan Raja Mikhtab hingga sampailah pada Nabi Adam dan Siti Hawa. Pangeran
Agung Renggang merupakan keturunan ke-71 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Adapun
jarak tahun Penghulu Muhammad Shaman dan Pangeran Agung Renggang dari Nabi Adam
yaitu 17.090 tahun.
Selanjutnya Penghulu Muhammad Shaman
menurunkan para Penghulu di Kerajaan Sintang dan Sanggau yaitu memiliki anak
bernama Penghulu Luwan. Penghulu Luwan memiliki anak bernama Penghulu Madil.
Penghulu Madil memiliki anak bernama Penghulu Antat. Penghulu Antat memiliki
anak bernama Pangeran Temenggung Penghulu Haji Mas Saleh yang kemudian menikah
dengan wanita dari Dosan dan memiliki anak diantaranya bernama Haji Abang Daud
dan Abang Machmud.
Sedangkan Pangeran Agung Renggang memiliki
anak bernama Kiayi Mas Temenggung atau Syekh Rijalul Ghaib Itan Zul Rahmah, pendiri
Masjid pertama di Mungguk Mengkiang. Kiayi Mas Temenggung memiliki anak bernama
Pangeran Mas Siran Atau Syekh Abdal Ahmad. Pangeran Mas Siran memiliki anak
bernama Temenggung Mas Tunggul yang bergelar Sultan Firdaus Atau Syekh Nurul Mukminin Yaa Autad
Muhammad Bin Ahmad, penjaga Masjid pertama di Mungguk Mengkiang. Temenggung Mas
Tunggul memiliki beberapa orang istri, dari istri yang orang Sedae memiliki
anak bernama Haji Mas Yusuf, yang sering disebut sebagai Haji Muhammad Yusuf. Nama Haji Muhammad Yusuf ini ada beberapa pada masa itu,
yang kebetulan juga menjabat sebagai Penghulu Sanggau tapi pada periode yang
berbeda dan Raja yang berbeda.
Haji
Mas Yusuf menikah dengan perempuan Dayak dari Lape bernama Dayang Apeh dan
memiliki anak bernama Penghulu Abang H. Ahmad. Haji Mas Yusuf ketika Abang H. Ahmad masih kecil meninggal dunia. Dayang
Apeh kemudian menikah lagi dengan Abang Umar. Sehingga orang-orang selalu mengatakan bahwa Abang H. Ahmad itu
anaknya Abang Umar, padahal beliau itu anaknya Haji Mas Yusuf. Abang Umar itu adalah bapak tirinya saja.
Penghulu Haji Mas Saleh jika di urutkan hingga ke
leluhurnya yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa maka Penghulu Haji Mas Saleh ini
merupakan keturunan ke-79 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Sedangkan Penghulu
Abang H. Ahmad merupakan keturunan ke-76 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Adapun
jarak tahun Penghulu Haji Mas Saleh dan Penghulu Abang H. Ahmad dengan Nabi
Adam yaitu 17.460 tahun.
Ibunya Long Kayi yaitu Dayang Masni memiliki beberapa saudara
perempuan yaitu Dayang Masluyah dan Dayang Maslijah. Dayang Masluyah menikah
dengan Haji Abang Daud, anaknya Penghulu Haji Mas Saleh. Ketika Dayang Masluyah
meninggal dunia, Haji Abang Daud menikah lagi dengan adik kandungnya Dayang Masluyah
yaitu Dayang Maslijah, maka lahirlah Lau Ratna. Lau Ratna kemudian menikah
dengan sepupunya yaitu Abang Yunus, anaknya Abang Machmud, yang juga merupakan
saudara kandung Haji Abang Daud.
Selanjutnya Long Kayi menjelaskan bahwa pada masa
kerajaan, Para Penghulu ini lah yang selalu di payungi, bukannya Raja Sanggau.
Long Kayi kemudian menunjukkan sebuah photo yang diambil di depan Istana. Dalam
photo itu terlihat rombongan Penghulu Abang H. Ahmad dan Panembahan Gusti
Muhammad Thahir III. Dalam photo itu juga terlihat bahwa yang di payungi adalah
Penghulu Abang H. Ahmad, sedangkan Panembahan Gusti Muhammad Thahir III malah
tidak di payungi. Ini memperlihatkan bahwa kedudukan Para Penghulu lebih tinggi
dari Raja Sanggau.
Long Kayi kemudian menjelaskan pakaian yang
dipergunakan oleh Para Penghulu Sanggau yaitu berbentuk Jubah dan Sorban
sebagaimana yang terlihat dalam photo tersebut. Bahwa pakaian Para Penghulu ini
bukan karena pengaruh dari Arab, tetapi begitulah sejak dahulu dari nenek
moyang mereka telah seperti itu pakaiannya. Bentuk pakaian berjubah dan
bersorban itu telah dipakai turun temurun sejak sebelum adanya Islam. Bentuk
pakaian seperti ini menjadi ciri khas keturunan Para Penghulu Sanggau.
Berikutnya Long Kayi menjelaskan bahwa pada tahun 1940
Masehi, yaitu pada masa Panembahan Gusti Muhammad Thahir III, Kerajaan Sanggau pernah
mengembangkan pendidikan Agama Islam yang jika disamakan dengan sekarang maka
pendidikan tersebut setingkat dengan Pendidikan Tinggi. Maka oleh Penghulu
Abang H. Ahmad di datangkan lah delapan Ulama dari luar sebagai pengajar-pengajarnya
yaitu :
1. Haji Abdul
Jalil dari Sumatera.
2. Haji Muhammad
Arsyad dari Banjar Masin.
3. Haji Thaha dari
Pontianak.
4. Haji Umar dari Banten
Jawa Barat.
5. Ustadz Djunaidi
dari Betawi.
6. Haji Abdul
Hamid Hajjir dari Sekayu Palembang Sumatera Selatan, yang kemudian menikah di
Sanggau.
7. Ustadz Saman
Tayib.
8. Haji Sulaiman
Sa’ie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar