Senin, 14 Mei 2018

H. ACHMAD ARIEF : BAGIAN KEDUA

JALAN-JALAN SEPUTAR SANGGAU
* H. ACHMAD ARIEF *
BAGIAN KEDUA

Minggu, 21 Oktober 2012, pukul 10:00, pertemuan kedua saya dengan Bapak H. Achmad Arief atau Long Kayi. Pada pertemuan minggu lalu Long Kayi menjelaskan tentang dokumen-dokumen kerajaan Sanggau, maka pada pertemuan kedua ini Long Kayi menjelaskan tentang dokumen-dokumen warisan Penghulu Sanggau. Long Kayi mengatakan bahwa orang-orang kurang berminat untuk mengetahui asal usul Penghulu Sanggau ini karena kurang bergengsi. Orang-orang lebih berminat untuk mengetahui hubungan silsilah mereka dengan Raja-Raja Sanggau karena lebih bergengsi, sehingga kemana-mana bisa mengatakan bahwa mereka keturunan Raja, padahal kedudukan Penghulu Sanggau lebih tinggi dari Raja-Raja Sanggau karena Para Penghulu Sanggau lah yang menobatkan Raja-Raja Sanggau yang disebut orang sebagai Pasak Sanggau. Sehingga asal usul Para Penghulu Sanggau ini tidak terangkat hingga saat ini.
Selanjutnya Long Kayi menyambung penjelasannya, bahwa Ibunya Long Kayi bernama Dayang Masni adalah anaknya Abang H. Ahmad seorang penghulu agama di Keraton Surya Negara Sanggau. Pada masa kerajaan Sanggau, terdapat dua jalur Penghulu yaitu dari jalur Penghulu Muhammad Shaman dari Banjar Masin dan Pangeran Agung Renggang dari jalur Mengkiang. Kedua jalur keturunan Penghulu ini telah turun temurun menjadi Penghulu yang memiliki tugas sebagai penyebar dan pengatur pelaksanaan Syariat Islam serta mengatur tata cara pelaksanaan adat. Namun pada perkembangan selanjutnya, pada masa Panembahan Gusti Muhammad Thahir II, jumlah Penghulu di Kerajaan Sanggau ditambah orangnya, yaitu penambahan yang khusus mengatur tata cara pelaksanaan adat. Sedangkan kedua jalur keturunan Penghulu sebelumnya bertugas sebagai penyebar dan pengatur pelaksanaan Syariat Islam atau disebut Penghulu Agama.
Pada masa Panembahan Sulaiman, kedua jalur keturunan Penghulu tersebut ditambah lagi orangnya yaitu membantu tugas-tugas Penghulu Agama. Orang tersebut disebut sebagai Ketib, yang sering bertugas sebagai pengurus Masjid dan pengumandang azan.
Penghulu Muhammad Shaman adalah Ulama dari Banjar yang menyebarkan Agama Islam di Melawi, Sintang, Kapuas Hulu dan Sanggau yang kemudian di utus oleh Kesultanan Banjar untuk menobatkan Sultan Sanggau pertama yaitu Abang Terka atau Abang Awal yang bergelar Sultan Awwaludin pada tanggal 16 Rabi’ul Awwal 1025 Hijriah atau bertepatan tanggal 3 April 1616 Masehi. Penobatan itu diberikan juga oleh Pangeran Agung Renggang dari Mengkiang.
Penghulu Muhammad Shaman dan Pangeran Agung Renggang inilah yang disebut sebagai Pasak Sanggau, dan keduanya merupakan anak keturunan Pasak Sanggau yang selanjutnya menurunkan juga keturunan-keturunan Penghulu sebagai Penobat Raja-Raja Sanggau berikutnya.
Dalam dokumen warisan Penghulu Sanggau yang turun temurun sambung-menyambung catatannya terlihat Silsilah leluhur Penghulu yang sampai ke puncak paling atas yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa. Jika diurutkan dari Penghulu Muhammad Shaman maka bertemulah dengan Sultan Suryansyah Banjar, kemudian dilanjutkan keatas lagi maka bertemu dengan Pangeran Surya Nata. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Raja Mikhtab. Kemudian dilanjutkan ke atas lagi maka bertemulah dengan Iskandar Zulkarnain dan Puteri Safiya Arqiya. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Sulaiman Alaihi Salam dan Ratu Balqis. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Ibrahim Alaihi Salam. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Nuh Alaihi Salam. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Idris Alaihi Salam. Kemudian dilanjutkan lagi ke atas maka bertemulah dengan Nabi Syits dan Siti Hazurah. Selanjutnya pada puncak paling atas yaitu Nabi Adam Alaihi Salam dan Siti Hawa.
Dalam silsilah leluhur ini, Penghulu Muhammad Shaman merupakan keturunan ke-75 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Sedangkan Pangeran Agung Renggang juga memiliki jalur yang sama yang bertemu dengan Raja Mikhtab hingga sampailah pada Nabi Adam dan Siti Hawa. Pangeran Agung Renggang merupakan keturunan ke-71 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Adapun jarak tahun Penghulu Muhammad Shaman dan Pangeran Agung Renggang dari Nabi Adam yaitu 17.090 tahun.
Selanjutnya Penghulu Muhammad Shaman menurunkan para Penghulu di Kerajaan Sintang dan Sanggau yaitu memiliki anak bernama Penghulu Luwan. Penghulu Luwan memiliki anak bernama Penghulu Madil. Penghulu Madil memiliki anak bernama Penghulu Antat. Penghulu Antat memiliki anak bernama Pangeran Temenggung Penghulu Haji Mas Saleh yang kemudian menikah dengan wanita dari Dosan dan memiliki anak diantaranya bernama Haji Abang Daud dan Abang Machmud.
Sedangkan Pangeran Agung Renggang memiliki anak bernama Kiayi Mas Temenggung atau Syekh Rijalul Ghaib Itan Zul Rahmah, pendiri Masjid pertama di Mungguk Mengkiang. Kiayi Mas Temenggung memiliki anak bernama Pangeran Mas Siran Atau Syekh Abdal Ahmad. Pangeran Mas Siran memiliki anak bernama Temenggung Mas Tunggul yang bergelar Sultan Firdaus Atau Syekh Nurul Mukminin Yaa Autad Muhammad Bin Ahmad, penjaga Masjid pertama di Mungguk Mengkiang. Temenggung Mas Tunggul memiliki beberapa orang istri, dari istri yang orang Sedae memiliki anak bernama Haji Mas Yusuf, yang sering disebut sebagai Haji Muhammad Yusuf. Nama Haji Muhammad Yusuf ini ada beberapa pada masa itu, yang kebetulan juga menjabat sebagai Penghulu Sanggau tapi pada periode yang berbeda dan Raja yang berbeda.
Haji Mas Yusuf menikah dengan perempuan Dayak dari Lape bernama Dayang Apeh dan memiliki anak bernama Penghulu Abang H. Ahmad. Haji Mas Yusuf ketika Abang H. Ahmad masih kecil meninggal dunia. Dayang Apeh kemudian menikah lagi dengan Abang Umar. Sehingga orang-orang selalu mengatakan bahwa Abang H. Ahmad itu anaknya Abang Umar, padahal beliau itu anaknya Haji Mas Yusuf. Abang Umar itu adalah bapak tirinya saja.
Penghulu Haji Mas Saleh jika di urutkan hingga ke leluhurnya yaitu Nabi Adam dan Siti Hawa maka Penghulu Haji Mas Saleh ini merupakan keturunan ke-79 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Sedangkan Penghulu Abang H. Ahmad merupakan keturunan ke-76 dari Nabi Adam dan Siti Hawa. Adapun jarak tahun Penghulu Haji Mas Saleh dan Penghulu Abang H. Ahmad dengan Nabi Adam yaitu 17.460 tahun.
Ibunya Long Kayi yaitu Dayang Masni memiliki beberapa saudara perempuan yaitu Dayang Masluyah dan Dayang Maslijah. Dayang Masluyah menikah dengan Haji Abang Daud, anaknya Penghulu Haji Mas Saleh. Ketika Dayang Masluyah meninggal dunia, Haji Abang Daud menikah lagi dengan adik kandungnya Dayang Masluyah yaitu Dayang Maslijah, maka lahirlah Lau Ratna. Lau Ratna kemudian menikah dengan sepupunya yaitu Abang Yunus, anaknya Abang Machmud, yang juga merupakan saudara kandung Haji Abang Daud.
Selanjutnya Long Kayi menjelaskan bahwa pada masa kerajaan, Para Penghulu ini lah yang selalu di payungi, bukannya Raja Sanggau. Long Kayi kemudian menunjukkan sebuah photo yang diambil di depan Istana. Dalam photo itu terlihat rombongan Penghulu Abang H. Ahmad dan Panembahan Gusti Muhammad Thahir III. Dalam photo itu juga terlihat bahwa yang di payungi adalah Penghulu Abang H. Ahmad, sedangkan Panembahan Gusti Muhammad Thahir III malah tidak di payungi. Ini memperlihatkan bahwa kedudukan Para Penghulu lebih tinggi dari Raja Sanggau.
Long Kayi kemudian menjelaskan pakaian yang dipergunakan oleh Para Penghulu Sanggau yaitu berbentuk Jubah dan Sorban sebagaimana yang terlihat dalam photo tersebut. Bahwa pakaian Para Penghulu ini bukan karena pengaruh dari Arab, tetapi begitulah sejak dahulu dari nenek moyang mereka telah seperti itu pakaiannya. Bentuk pakaian berjubah dan bersorban itu telah dipakai turun temurun sejak sebelum adanya Islam. Bentuk pakaian seperti ini menjadi ciri khas keturunan Para Penghulu Sanggau.
Berikutnya Long Kayi menjelaskan bahwa pada tahun 1940 Masehi, yaitu pada masa Panembahan Gusti Muhammad Thahir III, Kerajaan Sanggau pernah mengembangkan pendidikan Agama Islam yang jika disamakan dengan sekarang maka pendidikan tersebut setingkat dengan Pendidikan Tinggi. Maka oleh Penghulu Abang H. Ahmad di datangkan lah delapan Ulama dari luar sebagai pengajar-pengajarnya yaitu :
1.    Haji Abdul Jalil dari Sumatera.
2.    Haji Muhammad Arsyad dari Banjar Masin.
3.    Haji Thaha dari Pontianak.
4.    Haji Umar dari Banten Jawa Barat.
5.    Ustadz Djunaidi dari Betawi.
6.    Haji Abdul Hamid Hajjir dari Sekayu Palembang Sumatera Selatan, yang kemudian menikah di Sanggau.
7.    Ustadz Saman Tayib.
8.    Haji Sulaiman Sa’ie.

Kedelapan Ulama tersebut di tempatkan di Rumah Balai atau disebut Balai Kuning. Dalam metode pengajarannya menggunakan Kitab Kuning yang bermazhab Syafi’i. Namun Pendidikan Tinggi Agama Islam itu terhenti akibat pecahnya Perang Dunia ke-2, yang berlanjut pada penguasaan Sanggau oleh Tentara Jepang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...