Kamis, 17 Mei 2018

LINDA DALAM BINGKAI DURJANA : EPISODE 2

LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 2 ---

Setelah mendapat penjelasan dari temanku itu, selanjutnya ku sampaikan kepada Tante Yanti dan Tante Linda bahwa orang yang mereka maksud belum datang. Mendengar penjelasanku itu, mereka kemudian duduk di deretan meja bar tidak jauh dari meja kasirku. Sambil merokok mereka menunggu orang yang mereka maksud datang. Terlihat mereka sangat akrab bahkan bisa dikatakan sangat intim. Bagi mataku yang baru melihat pemandangan demikian sangat ganjil. Tapi temanku yang berkerja sebagai Bartender dan Waitress tidak hirau dengan perilaku kedua wanita itu yang sangat ganjil bagiku. Bagi teman-temanku ini pemandangan demikian sudah bukan lagi pemandangan aneh karena sudah sering mereka lihat.
Aku yang merasa aneh dengan perilaku kedua wanita itu, sering mencuri-curi lirikan. Mereka sepertinya tahu bahwa aku sedang memperhatikan mereka, namun mereka tidak peduli. Mereka terus bercanda dengan intim, bercengkrama seakan-akan tidak ada orang lain di sekitar mereka.
Hampir 15 menit kemudian, orang yang mereka maksud datang. Langsung saja Tante Yanti dan Tante Linda merangkul dan menciumnya. Mereka tidak risih melakukan hal tersebut, justru aku yang merasa malu melihat tingkah mereka. Selanjutnya mereka langsung menuju salah satu ruangan Karaoke yang rupanya telah di persiapkan karena ruangan tersebut merupakan ruangan langganan yang selalu dipesan orang itu. Sambil merangkul Tante Yanti dan Tante Linda di kiri dan kanannya, orang itu menuju ruangan Karaoke yang tertutup dan tidak bisa terlihat dari luar.
Sekitar dua jam didalam ruangan Karaoke itu, ku lihat orang itu keluar sambil digandeng Tante Yanti dan Tante Linda. Mereka langsung menuju lift, dan naik ke tingkat atas Hotel. Dari temanku yang Bartender, baru ku ketahui bahwa mereka pergi ke kamar Hotel di tingkat atas yang sering di booking oleh orang tersebut.

----------

Minggu kedua bulan Oktober 1996, untuk kesekian kalinya aku bertugas di Bar & Karaoke. Jika hari biasa, karyawan yang bertugas sebanyak empat orang yaitu satu orang Bartender, dua orang Waitress dan satu Kasir yaitu aku. Namun jika hari libur atau malam-malam yang ramai, karyawan yang bertugas ditambah dua yaitu dua orang Waitress sehingga menjadi empat orang Waitress.
Malam itu karena kurang ramai pengunjungnya sehingga satu orang Waitress izin tidak masuk. Namun pada malam itu, ruangan Karaoke nomor 5 memesan banyak makanan dan minuman. Temanku Waitress yang hanya bertugas seorang diri itu menjadi kelabakan membawakan pesanan makanan dan minuman ke ruangan nomor 5 itu. Ia pun meminta kesediaanku untuk membantunya membawakan makanan dan minuman yang banyak itu ke ruangan nomor 5. Aku yang sedang tidak sibuk pada saat itu tidak keberatan membantunya. Kami kemudian menuju ruangan nomor 5.
Setiap ruangan Karaoke terdapat tombol yang berada di dinding samping pintu ruangan untuk memberitahukan bahwa karyawan Bar & Karaoke akan masuk untuk mengantarkan makanan dan minuman. Karena pintu-pintu ruangan Karaoke jika ada pengunjungnya selalu dikunci dari dalam oleh pengunjung yang memakai ruangan Karaoke itu. Sehingga orang lain tidak bisa langsung masuk ke ruangan tersebut.
Setelah memencet tombol yang ada di dinding samping pintu ruangan itu, tidak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka. Temanku yang Waitress kemudian masuk ke dalam ruangan dan aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya di dalam, jantungku langsung berdebar kencang, karena ku lihat ada delapan wanita dengan kondisi hampir telanjang sedang berpesta pora dan bernyanyi. Bau alkohol dan asap rokok tercium memenuhi ruangan. Dan ku lihat ada Tante Yanti dan Tante Linda dalam ruangan itu yang juga dengan kondisi hampir telanjang sedang berjoget dengan girang. Bahkan beberapa wanita ku lihat sedang asyik bercumbu di ruangan itu. Tanpa menghiraukan keberadaan ku dan temanku yang mengantarkan makanan dan minuman, mereka tetap asyik dengan kesenangan mereka.
Ku lihat temanku biasa-biasa saja dengan pemandangan seperti itu, aku yang merasakan risih dan canggung karena baru kali itu ku lihat pemandangan yang seperti itu. Setelah meletakkan makanan dan minuman pesanan kedelapan wanita itu, kami langsung ke luar ruangan. Temanku kemudian melanjutkan tugasnya melayani pengunjung yang lainnya, aku langsung duduk di tempat Kasir dengan pikiranku yang dipenuhi hal-hal macam-macam karena telah melihat pemandangan yang tidak pernah ku duga.
Lewat jam 3 subuh, kedelapan wanita dalam ruangan nomor 5 itu terlihat keluar sudah menggunakan pakaian mereka. Salah seorang wanita kemudian menghampiri meja Kasirku dan bertanya berapa biaya pemakaian ruangan Karaoke serta makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Aku segera mencetak bill tagihan dan kuberikan kepada wanita itu, yang kemudian menandatangan bill tagihan itu dan mencantumkan nomor kamarnya. Selanjutnya wanita itu berkata bahwa bill tagihan itu dimasukkan dalam tagihan kamar hotel atas namanya.
Setelah memberikan kembali bill tagihan itu kepadaku, wanita tersebut langsung menuju lift dan diikuti teman-temannya yang lain. Mereka bergiliran masuk ke dalam lift, empat wanita termasuk Tante Linda masuk terlebih dahulu dan lift naik menuju ke tingkat atas hotel. Tidak lama kemudian lift terbuka, dan empat wanita lainnya termasuk Tante Yanti masuk ke dalam lift dan menuju ke tingkat atas hotel.

----------

Akhir Oktober 1996, aku kembali bertugas di Bar & Karaoke. Saat itu pengunjung Bar & Karaoke tidak begitu ramai. Sekitar jam 1 malam, ku lihat Tante Linda masuk ke Bar & Karaoke dan menghampiri meja Kasirku. Kepadaku Tante Linda meminta ditelponkan kamar nomor 210 untuk disampaikan kepada orang di kamar itu bahwa ia telah berada di Bar & Karaoke. Aku segera menelpon kamar nomor 210 dan menyampaikan bahwa Tante Linda telah menunggunya di Bar & Karaoke. Namun orang yang menerima telponku itu mengatakan bahwa Tante Linda dimintanya langsung naik ke kamarnya yang berada di lantai tiga. Aku pun mengiyakan perkataan orang itu dan langsung menutup telponku.
Selanjutnya ku sampaikan kepada Tante Linda bahwa orang di kamar hotel nomor 210 itu memintanya langsung naik ke kamarnya di lantai tiga. Tapi rupanya Tante Linda meminta diantarkan menuju kamar nomor 210 itu, alasannya karena ia merasa tidak nyaman dan takut melewati lorong yang berada di lantai tiga itu seorang diri. Karena situasi saat itu tidak begitu ramai pengunjung dan aku juga tidak begitu sibuk, maka setelah ku berpesan kepada temanku Bartender yang bertugas tidak jauh dari meja ku, aku segera mengantarkan Tante Linda naik ke lantai tiga menggunakan lift.
Selama berada dalam lift, aku diam dan tidak berani melihat ke Tante Linda. Kepalaku menunduk dan terasa sekali aku sangat tegang saat itu. Melihat aku begitu tegang, Tante Linda berkata agar aku santai saja karena ia seorang Lesbian, dan tidak tertarik dengan laki-laki. Ia menjadi pelayan nafsu laki-laki hanya untuk mencari uang. Mendengar perkataan Tante Linda itu, aku berusaha membuat diriku sesantai mungkin, meskipun usaha ku itu gagal.
Sekeluarnya dari lift, kami langsung menuju kamar nomor 210. Kamar itu ku ketuk, dan pintu kamar itu terbuka. Aku terkejut bukan main setelah melihat orang yang membuka pintu itu adalah salah seorang Dosen ku di kampus. Aku berusaha mengalihkan wajahku agar tidak dikenali oleh Dosen ku itu. Tapi rupanya Dosen ku itu memang tidak mengenal ku, karena di kampus aku kurang di kenal Dosen. Setiap kuliah aku hanya datang, duduk, diam dan duduk pada barisan belakang akibat aku tidak bersemangat kuliah saat itu. Aku juga malas berinteraksi di kampus dan tidak peduli dengan nilai yang akan ku dapatkan. Setiap kuliah yang ku tunggu hanya waktu habis, kemudian meminta paraf Dosen pada DHK ku sebagai bukti aku hadir kuliah, selanjutnya aku pergi meninggalkan kampus.
Setelah yakin bahwa Dosen ku itu tidak mengenaliku, aku menjadi lega. Selanjutnya ku tinggalkan Tante Linda di kamar nomor 210 itu. Aku kembali turun ke meja Kasirku di Bar & Karaoke.

----------

Sekitar jam 5 subuh, telpon di meja Kasirku berbunyi. Telpon itu pun ku angkat, dan rupanya telpon dari kamar nomor 210 yang meminta agar aku menjemput Tante Linda untuk dibawa turun. Setelah telpon di tutup, aku segera pergi ke kamar 210 yang berada di lantai tiga itu melalui lift. Ketika melewati lorong menuju kamar nomor 210 itu seorang diri, ku rasakan sangat tidak nyaman. Memang benar kata Tante Linda bahwa melewati lorong itu seorang diri terasa sangat mencekam. Seakan-akan aku ingin berlari saja agar cepat sampai di kamar nomor 210.
Dengan mempercepat langkahku, sampai juga aku di depan kamar 210. Kamar itu ku ketuk. Aku sempat menunggu beberapa waktu, hingga pintu kamar terbuka dan Tante Linda keluar dari kamar itu, pintu kamar itu pun langsung di tutup. Aku dan Tante Linda segera melewati lorong dan menuju ke lift untuk turun ke Bar & Karaoke. Ketika di dalam lift, Tante Linda mengeluarkan selembar uang 50.000 dan memberikannya kepada ku sambil berkata bahwa ia barusan mendapat rezeki banyak karena telah melayani tamu di Kamar 210 itu sebanyak tiga Rate. Istilah Rate adalah penyebutan pelayanan untuk sekali main bagi tamu hotel yang menggunakan jasa wanita panggilan. Tiga Rate berarti Tante Linda telah melayani tamu di kamar 210 itu sebanyak tiga kali main.
Aku menolak uang yang diberikan Tante Linda itu, namun Tante Linda terus memaksa, tetapi aku tetap menolaknya. Hingga akhirnya Tante Linda memasukkan uang itu ke saku bajuku. Setelah kami keluar dari lift, Tante Linda langsung pergi keluar dari Bar & Karaoke, dan aku kembali ke meja Kasirku untuk mempersiapkan laporan keuanganku hari itu. Setelah selesai, aku menunggu waktunya pulang jam 7 pagi, untuk kemudian bersiap-siap ke kampus karena aku ada kuliah jam 7:30 hari itu.

----------

Bersambung.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...