LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 2 ---
Setelah mendapat penjelasan dari temanku itu, selanjutnya ku
sampaikan kepada Tante Yanti dan Tante Linda bahwa orang yang mereka maksud
belum datang. Mendengar penjelasanku itu, mereka kemudian duduk di deretan meja
bar tidak jauh dari meja kasirku. Sambil merokok mereka menunggu orang yang
mereka maksud datang. Terlihat mereka sangat akrab bahkan bisa dikatakan sangat
intim. Bagi mataku yang baru melihat pemandangan demikian sangat ganjil. Tapi
temanku yang berkerja sebagai Bartender dan Waitress tidak hirau dengan
perilaku kedua wanita itu yang sangat ganjil bagiku. Bagi teman-temanku ini
pemandangan demikian sudah bukan lagi pemandangan aneh karena sudah sering
mereka lihat.
Aku yang merasa aneh dengan perilaku kedua wanita itu, sering
mencuri-curi lirikan. Mereka sepertinya tahu bahwa aku sedang memperhatikan
mereka, namun mereka tidak peduli. Mereka terus bercanda dengan intim,
bercengkrama seakan-akan tidak ada orang lain di sekitar mereka.
Hampir 15 menit kemudian, orang yang mereka maksud datang. Langsung
saja Tante Yanti dan Tante Linda merangkul dan menciumnya. Mereka tidak risih
melakukan hal tersebut, justru aku yang merasa malu melihat tingkah mereka. Selanjutnya
mereka langsung menuju salah satu ruangan Karaoke yang rupanya telah di
persiapkan karena ruangan tersebut merupakan ruangan langganan yang selalu
dipesan orang itu. Sambil merangkul Tante Yanti dan Tante Linda di kiri dan
kanannya, orang itu menuju ruangan Karaoke yang tertutup dan tidak bisa
terlihat dari luar.
Sekitar dua jam didalam ruangan Karaoke itu, ku lihat orang
itu keluar sambil digandeng Tante Yanti dan Tante Linda. Mereka langsung menuju
lift, dan naik ke tingkat atas Hotel. Dari temanku yang Bartender, baru ku
ketahui bahwa mereka pergi ke kamar Hotel di tingkat atas yang sering di
booking oleh orang tersebut.
----------
Minggu kedua bulan Oktober 1996, untuk kesekian kalinya aku
bertugas di Bar & Karaoke. Jika hari biasa, karyawan yang bertugas sebanyak
empat orang yaitu satu orang Bartender, dua orang Waitress dan satu Kasir yaitu
aku. Namun jika hari libur atau malam-malam yang ramai, karyawan yang bertugas
ditambah dua yaitu dua orang Waitress sehingga menjadi empat orang Waitress.
Malam itu karena kurang ramai pengunjungnya sehingga satu
orang Waitress izin tidak masuk. Namun pada malam itu, ruangan Karaoke nomor 5
memesan banyak makanan dan minuman. Temanku Waitress yang hanya bertugas
seorang diri itu menjadi kelabakan membawakan pesanan makanan dan minuman ke
ruangan nomor 5 itu. Ia pun meminta kesediaanku untuk membantunya membawakan
makanan dan minuman yang banyak itu ke ruangan nomor 5. Aku yang sedang tidak
sibuk pada saat itu tidak keberatan membantunya. Kami kemudian menuju ruangan
nomor 5.
Setiap ruangan Karaoke terdapat tombol yang berada di dinding
samping pintu ruangan untuk memberitahukan bahwa karyawan Bar & Karaoke
akan masuk untuk mengantarkan makanan dan minuman. Karena pintu-pintu ruangan
Karaoke jika ada pengunjungnya selalu dikunci dari dalam oleh pengunjung yang memakai
ruangan Karaoke itu. Sehingga orang lain tidak bisa langsung masuk ke ruangan
tersebut.
Setelah memencet tombol yang ada di dinding samping pintu
ruangan itu, tidak lama kemudian pintu ruangan itu terbuka. Temanku yang Waitress
kemudian masuk ke dalam ruangan dan aku mengikutinya dari belakang. Sesampainya
di dalam, jantungku langsung berdebar kencang, karena ku lihat ada delapan
wanita dengan kondisi hampir telanjang sedang berpesta pora dan bernyanyi. Bau alkohol
dan asap rokok tercium memenuhi ruangan. Dan ku lihat ada Tante Yanti dan Tante
Linda dalam ruangan itu yang juga dengan kondisi hampir telanjang sedang
berjoget dengan girang. Bahkan beberapa wanita ku lihat sedang asyik bercumbu
di ruangan itu. Tanpa menghiraukan keberadaan ku dan temanku yang mengantarkan
makanan dan minuman, mereka tetap asyik dengan kesenangan mereka.
Ku lihat temanku biasa-biasa saja dengan pemandangan seperti
itu, aku yang merasakan risih dan canggung karena baru kali itu ku lihat
pemandangan yang seperti itu. Setelah meletakkan makanan dan minuman pesanan kedelapan
wanita itu, kami langsung ke luar ruangan. Temanku kemudian melanjutkan
tugasnya melayani pengunjung yang lainnya, aku langsung duduk di tempat Kasir
dengan pikiranku yang dipenuhi hal-hal macam-macam karena telah melihat
pemandangan yang tidak pernah ku duga.
Lewat jam 3 subuh, kedelapan wanita dalam ruangan nomor 5 itu
terlihat keluar sudah menggunakan pakaian mereka. Salah seorang wanita kemudian
menghampiri meja Kasirku dan bertanya berapa biaya pemakaian ruangan Karaoke serta
makanan dan minuman yang telah mereka pesan. Aku segera mencetak bill tagihan
dan kuberikan kepada wanita itu, yang kemudian menandatangan bill tagihan itu
dan mencantumkan nomor kamarnya. Selanjutnya wanita itu berkata bahwa bill
tagihan itu dimasukkan dalam tagihan kamar hotel atas namanya.
Setelah memberikan kembali bill tagihan itu kepadaku, wanita
tersebut langsung menuju lift dan diikuti teman-temannya yang lain. Mereka bergiliran
masuk ke dalam lift, empat wanita termasuk Tante Linda masuk terlebih dahulu
dan lift naik menuju ke tingkat atas hotel. Tidak lama kemudian lift terbuka,
dan empat wanita lainnya termasuk Tante Yanti masuk ke dalam lift dan menuju ke
tingkat atas hotel.
----------
Akhir Oktober 1996, aku kembali bertugas di Bar &
Karaoke. Saat itu pengunjung Bar & Karaoke tidak begitu ramai. Sekitar jam
1 malam, ku lihat Tante Linda masuk ke Bar & Karaoke dan menghampiri meja
Kasirku. Kepadaku Tante Linda meminta ditelponkan kamar nomor 210 untuk
disampaikan kepada orang di kamar itu bahwa ia telah berada di Bar &
Karaoke. Aku segera menelpon kamar nomor 210 dan menyampaikan bahwa Tante Linda
telah menunggunya di Bar & Karaoke. Namun orang yang menerima telponku itu
mengatakan bahwa Tante Linda dimintanya langsung naik ke kamarnya yang berada
di lantai tiga. Aku pun mengiyakan perkataan orang itu dan langsung menutup
telponku.
Selanjutnya ku sampaikan kepada Tante Linda bahwa orang di
kamar hotel nomor 210 itu memintanya langsung naik ke kamarnya di lantai tiga. Tapi
rupanya Tante Linda meminta diantarkan menuju kamar nomor 210 itu, alasannya
karena ia merasa tidak nyaman dan takut melewati lorong yang berada di lantai
tiga itu seorang diri. Karena situasi saat itu tidak begitu ramai pengunjung
dan aku juga tidak begitu sibuk, maka setelah ku berpesan kepada temanku Bartender
yang bertugas tidak jauh dari meja ku, aku segera mengantarkan Tante Linda naik
ke lantai tiga menggunakan lift.
Selama berada dalam lift, aku diam dan tidak berani melihat ke
Tante Linda. Kepalaku menunduk dan terasa sekali aku sangat tegang saat itu. Melihat
aku begitu tegang, Tante Linda berkata agar aku santai saja karena ia seorang
Lesbian, dan tidak tertarik dengan laki-laki. Ia menjadi pelayan nafsu
laki-laki hanya untuk mencari uang. Mendengar perkataan Tante Linda itu, aku
berusaha membuat diriku sesantai mungkin, meskipun usaha ku itu gagal.
Sekeluarnya dari lift, kami langsung menuju kamar nomor 210. Kamar
itu ku ketuk, dan pintu kamar itu terbuka. Aku terkejut bukan main setelah
melihat orang yang membuka pintu itu adalah salah seorang Dosen ku di kampus. Aku
berusaha mengalihkan wajahku agar tidak dikenali oleh Dosen ku itu. Tapi
rupanya Dosen ku itu memang tidak mengenal ku, karena di kampus aku kurang di
kenal Dosen. Setiap kuliah aku hanya datang, duduk, diam dan duduk pada barisan
belakang akibat aku tidak bersemangat kuliah saat itu. Aku juga malas
berinteraksi di kampus dan tidak peduli dengan nilai yang akan ku dapatkan. Setiap
kuliah yang ku tunggu hanya waktu habis, kemudian meminta paraf Dosen pada DHK
ku sebagai bukti aku hadir kuliah, selanjutnya aku pergi meninggalkan kampus.
Setelah yakin bahwa Dosen ku itu tidak mengenaliku, aku
menjadi lega. Selanjutnya ku tinggalkan Tante Linda di kamar nomor 210 itu. Aku
kembali turun ke meja Kasirku di Bar & Karaoke.
----------
Sekitar jam 5 subuh, telpon di meja Kasirku berbunyi. Telpon itu
pun ku angkat, dan rupanya telpon dari kamar nomor 210 yang meminta agar aku
menjemput Tante Linda untuk dibawa turun. Setelah telpon di tutup, aku segera pergi
ke kamar 210 yang berada di lantai tiga itu melalui lift. Ketika melewati
lorong menuju kamar nomor 210 itu seorang diri, ku rasakan sangat tidak nyaman.
Memang benar kata Tante Linda bahwa melewati lorong itu seorang diri terasa
sangat mencekam. Seakan-akan aku ingin berlari saja agar cepat sampai di kamar
nomor 210.
Dengan mempercepat langkahku, sampai juga aku di depan kamar
210. Kamar itu ku ketuk. Aku sempat menunggu beberapa waktu, hingga pintu kamar
terbuka dan Tante Linda keluar dari kamar itu, pintu kamar itu pun langsung di
tutup. Aku dan Tante Linda segera melewati lorong dan menuju ke lift untuk
turun ke Bar & Karaoke. Ketika di dalam lift, Tante Linda mengeluarkan
selembar uang 50.000 dan memberikannya kepada ku sambil berkata bahwa ia
barusan mendapat rezeki banyak karena telah melayani tamu di Kamar 210 itu
sebanyak tiga Rate. Istilah Rate adalah penyebutan pelayanan untuk sekali main
bagi tamu hotel yang menggunakan jasa wanita panggilan. Tiga Rate berarti Tante
Linda telah melayani tamu di kamar 210 itu sebanyak tiga kali main.
Aku menolak uang yang diberikan Tante Linda itu, namun Tante
Linda terus memaksa, tetapi aku tetap menolaknya. Hingga akhirnya Tante Linda
memasukkan uang itu ke saku bajuku. Setelah kami keluar dari lift, Tante Linda
langsung pergi keluar dari Bar & Karaoke, dan aku kembali ke meja Kasirku
untuk mempersiapkan laporan keuanganku hari itu. Setelah selesai, aku menunggu
waktunya pulang jam 7 pagi, untuk kemudian bersiap-siap ke kampus karena aku
ada kuliah jam 7:30 hari itu.
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar