Minggu, 27 Mei 2018

JAMPI-JAMPI SYEKH BURAQ PENGHULU SANGGAU

JAMPI-JAMPI SYEKH BURAQ
PENGHULU SANGGAU

Dalam Thariqat Melayu Penghulu Sanggau, Syekh Buraq dipercaya sebagai Rajanya Panglima Burung. Syekh Buraq dipanggil jika situasi memang akan dilakukan perang besar. Tanda-tanda akan terjadinya perang besar yaitu dengan terlihatnya Petuong yang beredar.
Jika Temenggung Penghulu melihat kehadiran Petuong di parak-parak teras rumahnya yang memang disediakan untuk tanda-tanda seperti ini, maka sebagai isyarat untuknya memanggil Syekh Buraq. Temenggung Penghulu yang melihat kehadiran Petuong itu langsung berniat puasa saat itu juga.
Selanjutnya Temenggung Penghulu segera melaksanakan mandi hadats besar, kemudian memberi tanda pada pintu rumah dan pintu kamarnya dengan daun Menjuang serta mempersiapkan seperangkat sirih pinang lengkap dengan mayang pinangnya serta pembakaran wangi-wangian berupa kayu Gaharu atau kulit kayu Lukai dan satu koin Syekh Buraq sebagai syarat pengerasnya.
Setelah itu Temenggung Penghulu akan berdiam di dalam kamar yaitu dalam sebuah kelambu khusus yang diperuntukan untuk ritual Jampi-Jampi Syekh Buraq ini. Temenggung Penghulu akan berdiam dalam kelambu ini hingga tengah malam. Ketika Maghrib, Temenggung Penghulu berbuka puasa dengan memakan sirih di dalam kelambu tersebut, dengan tetap tidak keluar dari dalam kelambu.
Ketika tengah malam, Temenggung Penghulu menunggu tanda berupa suara kokok ayam pada waktu lewat tengah malam. Jika sudah terdengar suara kokok ayam tersebut, Temenggung Penghulu keluar dari dalam kelambunya menuju keluar rumah yaitu menuju ke tengah hutan yang terdapat aliran air yang membelah hutan tersebut sambil membawa seperangkat sirih pinang dan pembakaran wangi-wangian. Tempat yang dituju adalah tempat berpasir dan banyak batu-batuannya. Ketika menuju ke tempat tersebut, tidak diperkenankan membawa penerangan. Tempat berpasir itu adalah tempat khusus yang jika malam hari terlihat pasirnya meskipun tidak ada cahaya.
Sesampainya di tempat itu, Temenggung Penghulu duduk dengan khusuk dan mengambil dua buah batu kerikil, kemudian memakan sirih dan mulai membaca jampi-jampi memanggil Syekh Buraq sambil memukul-mukulkan kedua batu kerikil tersebut. Adapaun jampi-jampinya yaitu sebagai berikut :
Kua adana topalanroe’
Engka tumatunamalebbo wanuwae
Mancaji ale’ lipue masola lolange’nge
Leceni unga panase
Masobuni lempue ripasalani tujue
Tenripagetteng bencie
Sianre bale tauwe
Sibalu balu sibelle bellea
Niga riataiyana ribalu
Natuwoini seri-seri dapurengnge
Temmadumpu apie
Riselore’ alue
Risapea patapie
Iyapatu natetepa kerena nanrepi api ide temajulekaie pabatampulaweng
Narekko moloiko musu
aja mume’tau mamase’iwi tobaranie masuro nare’we
Nasaba rekko siduppai balina napagankani ritu kedona tobaranie
naiya tomamusue
Nawanawa malempu sibawa acca
iyatonaritu palamperi sunge
A’pangarao sangka batara nari’legari calikerra’na langi’e’
Narireddu te’ma gonratung pa’sulu’na tange’ batara rakile’e’
Risenne’ dua langi’e’
Ripatingoang pitung lapi batarae’”.

Pada bagian jampi-jampi
A’pangarao sangka batara nari’legari calikerra’na langi’e’
Narireddu te’ma gonratung pa’sulu’na tange’ batara rakile’e’
Risenne’ dua langi’e’
Ripatingoang pitung lapi batarae’
Diulang-ulang hingga terdengar bunyi burung.

Tanda-tanda kehadiran Syekh Buraq yaitu terdengar bunyi burung dari pelan hingga semakin nyaring dan ramai dengan diikuti angin yang berputar di sekitar tempat tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...