Selasa, 29 Mei 2018

ANTARA ZAHARA, ELISA, DAN KEMATIAN : JILID 2

ANTARA ZAHARA, ELISA, DAN KEMATIAN
--- JILID 2 ---

Pada giliran perkenalan oleh peserta kegiatan, kembali aku menjadi tertawaan oleh Zahara. Ia berulang kali menyuruhku untuk memperkenalkan diri hanya untuk mendengar logat “R” ku yang berkarat, apalagi setelah tahu bahwa aku masih kelas 1 SMP. Logat “R” ku yang berkarat itu menjadi hiburan baginya. Meski malu sekali rasanya menjadi bahan tertawaan tapi aku berusaha menahankan diri untuk betah dengan kondisi demikian karena hari itu baru hari pertama dan masih ada empat hari kedepan yang harus ku lewati.
Kegiatan pesanteren kilat yang di selenggarakan oleh Remaja Masjid Al-Falah dilaksanakan dari jam 8 pagi hingga selesai Sholat Tarawih. Selesai kegiatan hari itu aku langsung pulang. Sepanjang pulang ke rumah, masih terbayang di benakku kejadian ditertawakan oleh Zahara. Sesampainya di rumah aku langsung mandi, kemudian bersiap akan tidur. Dan seperti biasa sebelum tidur aku selalu menulis buku diariku jika ada kejadian penting yang ku alami.
Hobby ku menulis buku diari ku lakukan ketika di kelas 6 SD. Saat itu teman-teman perempuan sekelasku sedang suka-sukanya membawa buku diari dan menulis biodata teman-teman satu kelas dengan masing-masing teman menuliskan kata-kata mutiara. Aku yang saat itu juga ikut mengisi buku diari teman-temanku itu mulai menyenanginya dan meminta dibelikan sebuah buku diari kepada orangtuaku. Maka sejak inilah aku mulai hobby menulis buku diari.
Ketika akan menulis di buku diariku, barulah aku sadar bahwa buku diariku itu sudah hampir habis lembaran halamannya. Dengan lembaran yang tersisa, kutuliskan kisahku hari itu. Selesai aku menulis kisahku hari itu, aku bersiap-siap untuk tidur dan berencana besok akan membeli buku diari yang baru.

----------

Selasa, 3 April 1990, sebelum jam 7 pagi aku turun dari rumahku menuju Masjid Al-Falah menggunakan sepedaku. Selama kegiatan pesanteren kilat ini, orangtuaku telah meminta izin untuk tidak masuk sekolah kepada wali kelasku yaitu Bu Theresia Farida di kelas 1 SMP yang lokasinya di Jalan Tebu Jeruju.
Ketika melewati pasar di Gertak Tiga Sungai Jawi, ku sempatkan singgah ke sebuah toko buku untuk membeli buku diari baru. Sebelum turun dari rumah tadi, aku membawa uang simpananku sebesar 2 ribu rupiah untuk membeli buku diari baru. Dan di toko buku itu ku lihat ada buku diari yang bagus kulitnya seharga 1.700. Buku diari itu pun ku beli. Setelah itu aku menuju ke Masjid Al-Falah.
Sesampainya di Masjid Al-Falah, ku lihat Zahara sedang duduk di meja panitia di teras Masjid, aku berusaha menghindar darinya dan masuk melalui pintu samping kemudian menuju ke ruangan kegiatan. Aku berdiam diri saja didalam ruangan hingga kegiatan dimulai pada pukul 8 pagi.
Pada kegiatan hari kedua itu, rupanya Zahara yang menjadi pemandu kegiatannya. Pada sesi pertama disampaikan materi tentang Organisasi Remaja Masjid dari Ketua Remaja Masjid Al-Falah. Selanjutnya pada sesi kedua berisi materi penyampaian tentang kondisi dan kegiatan Organisasi Remaja Masjid dari masing-masing utusan. Pada kegiatan ini diselingi dengan diskusi dan Tanya jawab dari peserta dan panitia.
Ketika giliranku menyampaikan kondisi dan kegiatan Organisasi Remaja di tempatku yaitu organisasi Persatuan Remaja Islam Surau Al-Ilham, aku sangat gerogi karena takut menjadi tertawaan lagi dengan logat “R” ku yang berkarat. Dan apa yang ku takutkan memang terjadi. Zahara yang menjadi pemandu kegiatan sengaja memperpanjang giliran penyampaianku karena ingin mendengar “R” ku yang berkarat. Zahara banyak bertanya yang sebenarnya ia hanya ingin mendapat hiburan saja. Pada sesi ini kembali aku jadi bahan tertawaan karena Zahara sengaja memunculkan pertanyaan yang membuatku harus berbicara banyak, dan apa yang ku sampaikan itu menjadi kelucuan oleh Zahara yang membuat peserta yang hadir juga ikut tertawa.

----------
Selepas Sholat Zhuhur, ada waktu 30 menit untuk peserta istirahat. Pada kegiatan hari kedua itu aku duduk berdekatan dengan utusan dari Remaja Nurul Jannah bernama Ridwan dan Sueb. Mereka berdua duduk di kelas dua di sekolah SMA Islam Swasta. Ketika waktu istirahat, Ridwan dan Sueb bersandar nyantai pada sudut ruangan. Dan tidak jauh di hadapan sebelah kananku, terlihat Zahara sedang mengobrol santai dengan teman-temannya. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa ketika istirahat itu, terpikir untuk menulis buku diari yang baru ku beli tadi pagi. Maka buku diari itu pun ku keluarkan dari dalam tasku, dan mulai ku tulis tentang kisahku hari itu terutama tentang kisah diskusi yang menjengkelkan dengan Zahara.
Untuk beberapa saat aku hanyut dalam tulisanku. Hingga tiba-tiba, buku diari yang sedang ku tulis itu ditarik oleh seseorang. Aku sempat kaget, dan ketika ku lihat ternyata Zahara yang menarik buku diariku itu. Rupanya Zahara yang sedang mengobrol bersama teman-temannya itu sempat memperhatikan aku sibuk menulis sebuah buku diari. Ia menjadi sangat penasaran dan tanpa ku sadari mendekati tempatku duduk, yang selanjutnya langsung menarik buku diariku itu.
Aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa saat itu. Aku hanya terpaku saja melihat Zahara yang secara mendadak menarik buku diariku, dan kemudian membacanya. Ketika membaca apa yang telah ku tulis, Zahara terlihat beberapa kali tersenyum. Selanjutnya ia berkata untuk meminjam buku diariku itu. Tanpa menunggu jawabanku, Zahara langsung pergi dan kembali ke tempatnya semula dengan meninggalkan aku yang hanya bisa terdiam melihat ulahnya itu. Kembali perasaanku tidak karuan saat itu akibat ulah Zahara.
Hari itu pun ku lewati dengan pikiranku yang masih memikirkan buku diariku yang diambil oleh Zahara. Ketika selepas Tarawih dan akan pulang ke rumah, aku berusaha mencari Zahara untuk meminta kembali buku diariku itu. Tapi Zahara tidak ku temukan. Dengan perasaan tak karuan, aku terpaksa pulang ke rumah dengan pikiran yang masih memikirkan buku diariku yang telah diambil Zahara.

----------

Rabu, 4 April 1990, hari ketiga kegiatan pesanteren kilat di Masjid Al-Falah. Aku menemui Zahara untuk meminta kembali buku diariku, tapi Zahara berkata bahwa ia belum membaca semua yang telah ku tulis dan berjanji akan mengembalikannya nanti pada hari terakhir kegiatan. Kembali aku tidak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa harus mempercayainya bahwa nanti hari terakhir kegiatan ia akan mengembalikan buku diairiku. Meski hatiku berkecamuk karena memikirkan buku diariku, namun aku berusaha menenangkan diri bahwa nanti buku diariku itu akan dikembalikan Zahara.
Jum’at, 6 April 1990, hari terakhir kegiatan pesanteren kilat di Masjid Al-Falah. Beberapa hari kegiatan aku semakin akrab dengan Ridwan dan Sueb. Selepas acara penutupan, aku menemui Zahara untuk meminta kembali buku diariku. Tapi dengan santainya Zahara berkata bahwa ia lupa membawa buku diariku itu, dan tanpa rasa bersalah sedikitpun ia pergi begitu saja meninggalkanku. Perasaanku sangat kesal saat itu, tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan hati yang berkecamuk, terpaksa ku ikhlaskan buku diariku dan tidak ingin ku ingat lagi. Aku pun membeli buku diari yang baru dan menulis lagi kisahku selama kegiatan di pesanteren kilat di Masjid Al-Falah.
Setelah kegiatan pesanteren kilat di Masjid Al-Falah. Aku sering bertemu Ridwan dan Sueb, terutama jika ada kegiatan-kegiatan besar Islam yang melibatkan Remaja Masjid. Kami menjadi sahabat yang akrab. Ridwan dan Sueb juga beberapa kali bermain ke rumahku.
Pada tahun 1992, terjadi tragedi Bosnia Herzegovina. Konflik perang di Bosnia menjadi pembicaraan hangat sehari-hari di kalangan remaja Masjid dan Majelis Taklim. Pada bulan Juli 1992, Ridwan dan Sueb datang ke rumahku. Pada saat itu mereka telah tamat dari SMA. Ridwan dan Sueb mengajakku untuk mendaftar sebagai sukarelawan berjihad ke Bosnia yang pendaftarannya di lakukan di Masjid Mujahidin. Pembukaan pendaftaran sukarelawan Jihad ke Bosnia ini sebelumnya telah ku ketahui di Majelis Taklim Ash-Habul Kahfi.
Namun ku katakan kepada Ridwan dan Sueb bahwa aku tidak bisa ikut mendaftar karena aku masih sekolah, dan barusan masuk ke SMA di Jurusan Pariwisata. Mendengar jawabanku itu, Ridwan dan Sueb memakluminya. Kami pun sempat berbincang-bincang tentang konflik perang di Bosnia. Selanjutnya mereka berpamitan pulang sambil berkata bahwa besok mereka akan pergi ke Masjid Mujahidin untuk mendaftarkan diri sebagai sukarelawan Jihad ke Bosnia. Aku pun hanya bisa mendoakan agar apa yang mereka inginkan tercapai. Selanjutnya mereka pulang dari rumahku.
Sejak kepulangan mereka dari rumahku saat itu, aku tidak pernah bertemu Ridwan dan Sueb lagi. Dan tidak tahu bagaimana nasib mereka setelah itu.

----------

Bersambung.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...