Senin, 09 April 2018

SINGGASANA PELIAS DALAM ILMU FALAK MELAYU HULU

SINGGASANA PELIAS
DALAM ILMU FALAK MELAYU HULU

Pelias adalah seorang pemuka agama di negeri Morduli atau negeri Pamalaya. Dalam Ilmu Falak Melayu Hulu dan Ilmu Perbintangan Bangsa Dayak disebutkan bahwa manusia yang menempati bumi yang ke-70 disebut Daya yang berarti manusia yang berakal sempurna. Manusia Daya ini memeluk agama yang mewajibkan umatnya untuk selalu berpuasa sambil melaksanakan perjalanan yang disebut Morduli atau Pamalaya yang berarti perjalanan suci.
Pelias dianugerahi Tuhan kecerdasan yang luar biasa sehingga menguasai berbagai Ilmu Pengetahuan. Pelias ketika sedang melaksanakan Ibadah Morduli atau Ibadah Pamalaya, bertemu dengan serombongan manusia berbentuk serangga yang berasal dari Dunia Suba’ di negeri Rabai. Manusia Rabai ingin belajar bagaimana cara melaksanakan Ibadah Morduli atau Ibadah Pamalaya kepada Pelias, maka diajarkanlah oleh Pelias tata cara Ibadah Morduli atau Pamalaya. Sebagai imbal balik, rombongan Manusia Rabai mengajarkan kepada Pelias berbagai hal tentang negeri mereka, termasuk tata cara untuk pergi ke negeri mereka.
Adapun salah satu pelajaran yang didapatkan untuk pergi ke negeri Rabai yaitu sebuah alat yang dapat melintas ruang dan waktu. Alat tersebut berupa singgasana yang terbuat dari medan magnet sehingga terciptalah dinding pelindung yang membuat partikel jasad manusia dapat berubah karakter, yang kemudian disebut sebagai Singgasana Pelias.
Singgasana Pelias terdiri dari empat lingkaran dari magnet yang dalam masing-masing lingkaran tersebut diisi Induk Batu Intan mengelilingi lingkaran magnet tersebut. Di tengah keempat lingkaran magnet tersebut ditempatkan singgasana atau tempat duduk dari magnet. Keempat lingkaran magnet digerakkan dengan kekuatan medan magnet yang berada didalam ruangan tersebut. Medan magnet ini menjadi dinding ruangan tersebut dan terlindungi dengan lempengan batu hitam. Untuk mengaktifkan medan magnet agar dapat menggerakkan keempat lingkaran magnet dengan menggeser lempengan batu hitam.
Keempat lingkaran magnet memiliki fungsi yaitu jika lingkaran terluar pertama bergerak terlebih dahulu kedepan atau ke kanan, maka akan membawa manusia yang duduk di singgasana atau tempat duduk dari magnet ke berbagai tempat di bumi ke-70. Jika terlebih dahulu bergerak ke belakang atau ke kiri akan membawa manusia tersebut ke berbagai tempat di luar bumi ke-70. Jika lingkaran kedua bergerak terlebih dahulu maka akan membawa manusia ke luar dimensi tujuh lapis langit.
Jika lingkaran keempat bergerak terlebih dahulu ke arah depan atau ke kanan akan membawa ke masa depan di dalam bumi ke-70, sedangkan jika bergerak ke belakang atau ke kiri akan membawa ke masa lalu di bumi ke-70. Jika bergerak lingkaran ketiga terlebih dahulu akan membawa ke masa depan atau masa lalu diluar bumi ke-70.
Keempat lingkaran magnet tersebut bergerak sangat cepat, yang kemudian terciptalah lingkaran yang selanjutnya menjadi lubang disekeliling singgasana. Lubang tersebut berjumlah 24 lubang untuk tempat masuk manusia yang duduk di singgasana. Ketika manusia tersebut memasuki salah satu lubang, akan ditemui 24 lorong. Selanjutnya penghujung dari lorong-lorong tersebut akan ditemui 24 tangga yang menuju ke atas dan 24 tangga menuju kebawah. Penghunjung dari tangga-tangga tersebut akan ditemui 24 gerbang. Masing-masing gerbang akan ditemui 24 tirai. Masing-masing 24 tirai akan ditemui 24 negeri yang terbatasi oleh garis antara sisi yang terang dan sisi yang gelap. Dari garis ini manusia tersebut akan melihat siapa saja di negeri tersebut, namun orang-orang di negeri tersebut tidak dapat melihatnya. Manusia tersebut hanya tinggal melangkahkan kakinya saja untuk memasuki negeri tersebut.
Untuk kembali ke tempat asalnya, manusia tersebut harus mengingat tempat asal ia datang ke negeri tersebut, kemudian mengikuti arah yang harus ia ingat ketika tiba di garis pemisah antara sisi yang terang dan sisi gelap. Jika ia tidak dapat mengingatnya atau lupa, maka ia akan tersesat atau terperangkap dalam alam singgasana tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...