Jumat, 13 April 2018

HIKAYAT PENCIPTAAN MANUSIA DALAM KITAB RISALATUL MAJARROH PENGHULU SANGGAU 3

HIKAYAT PENCIPTAAN MANUSIA
DALAM KITAB RISALATUL MAJARROH PENGHULU SANGGAU

Bagian Ketiga :

Setelah tentara Malaikat meninggalkan bumi, sisa-sisa Bangsa Jin yang bersembunyi di pulau-pulau kecil yang beriklim tropis dan merubah bentuk mereka menyerupai hewan dan tumbuhan-tumbuhan rimbun, kembali berkumpul. Bangsa Jin yang merubah bentuk itu pun kembali ke bentuk semula. Di pulau-pulau kecil beriklim tropis inilah mereka membangun kembali peradaban mereka. Sisa-sisa Bangsa Jin ini mulai berkembang biak dan semakin banyak hingga membangun peradaban baru yang disebut Bangsa Banul Jan.
Bangsa Banul Jan ini tidak sekuat dan secerdas Bangsa Jin sebelumnya, namun mereka memiliki perilaku yang sangat licik melebihi Bangsa Jin sebelumnya. Untuk memperkuat peradaban mereka, Bangsa Banul Jan berusaha menyelinap ke Kerajaan Para Malaikat di langit. Ketika menyelinap ini Bangsa Banul Jan merubah bentuk mereka menyerupai hewan atau menyerupai tumbuhan rimbun agar tidak diketahui oleh Para Malaikat. Di Kerajaan para Malaikat ini Bangsa Banul Jan mencuri berbagai informasi dan rahasia teknologi Bangsa Malaikat.
Usaha menyelinap dari Bangsa Banul Jan membuahkan hasil, mereka dapat menembus Kerajaan Para Malaikat hingga ke langit ketujuh. Berbagai informasi penting dan rahasia-rahasia teknologi Bangsa Malaikat berhasil mereka curi, yang kemudian mereka bawa kepada Bangsa mereka untuk mereka pelajari.
Masa demi masa akhirnya Bangsa Banul Jan berhasil mempelajari dan menguasai rahasia teknologi yang dimiliki Bangsa Malaikat. Bangsa Banul Jan yang bersembunyi di pulau-pulau kecil beriklim tropis selanjutnya berani keluar dari tempat-tempat tersebut. Mereka semakin berkembang biak dan semakin banyak jumlahnya hingga ke penjuru bumi. Hingga akhirnya Bangsa Banul Jan berkembang menjadi 28 kerajaan, jumlah kerajaan yang lebih banyak dari kerajaan sebelumnya.
Namun ke 28 kerajaan tersebut tidak sama dengan delapan kerajaan sebelumnya yang saling berperang dan membantai satu sama lainnya. Ke 28 kerajaan tersebut telah berikrar untuk tidak saling serang karena mereka memiliki satu tujuan yaitu membalas dendam terhadap Bangsa Malaikat yang telah membinasakan Bangsa mereka sebelumnya. Bahkan Bangsa Banul Jan juga telah berencana untuk menguasai kerajaan-kerajaan Bangsa Malaikat yang berada di tujuh lapis langit.
Hingga pada masa ketika Bangsa Banul Jan telah yakin bahwa peradaban teknologi yang dimilikinya lebih unggul dari peradaban teknologi yang dikuasai Bangsa Malaikat, mulailah mereka melancarkan penyerangan ke kerajaan-kerajaan Bangsa Malaikat di langit. Sebelum aksi penyerangan, Bangsa Banul Jan telah terlebih dahulu membangun pelabuhan dan benteng yang kokoh di perbatasan atmosfer bumi. Pelabuhan dan benteng tersebut mereka sembunyikan sehingga yang terlihat adalah kumpulan awan.
Adapun salah satu cara mereka menciptakan awan yang menutupi pelabuhan dan benteng-benteng mereka adalah dengan menempatkan batu-batu petir ke berbagai penjuru perbatasan atmosfer bumi. Batu-batu petir adalah batu yang terbentuk dari sambaran petir ke bumi. Kemudian ditengah batu-batu petir tersebut mereka tempatkan Induk Batu Es atau yang sering disebut dengan Batu Kecubung Es. Batu-batu petir yang ditempatkan berkeliling diberbagai sudut itu, akan mengeluarkan energi satu sama lainnya yang selanjutnya akan menyerap energi Batu Kecubung Es yang berada di tengahnya sehingga terciptalah awan tebal yang kemudian menutupi pelabuhan dan benteng mereka. Teknologi seperti ini Bangsa Banul Jan dapatkan ketika mereka berhasil menyelinap ke kerajaan Bangsa Malaikat di langit ketujuh. Teknologi seperti ini kelak yang juga ditiru oleh Bangsa Manusia atau anak ketrurunan Adam di bumi ketika mereka membangun negeri.
Setelah tiba waktunya, maka Bangsa Banul Jan melakukan penyerangan ke Kerajaan Bangsa Malaikat yang bertebaran di tujuh langit. Kerajaan Bangsa Malaikat ini berada di atas garis langit yang terlindung dibalik lubang yang membentuk spiral. Lubang spiral tersebut berada di depan, belakang, sisi kiri dan kanan Kerajaan Bangsa Malaikat. Lubang spiral tersebut akan mengeluarkan petir jika didapati makhluk asing yang bukan Bangsa Malaikat yang mencoba memasuki Kerajaan Bangsa Malaikat. Selain itu terdapat juga lubang spiral berwarna hitam yang terus bergerak tanpa henti mengitari luar Kerajaan Bangsa Malaikat dan akan menghisap makhuk asing yang mencoba mendekati wilayah Kerajaan Bangsa Malaikat.
Namun karena Bangsa Banul Jan telah mengetahui jalan masuk ke Kerajaan Bangsa Malaikat sehingga dengan mudah mereka memasuki Kerajaan tersebut. Maka diseranglah kerajaan di langit pertama tersebut yang kemudian berhasil dikuasai oleh Bangsa Banul Jan. Selanjutnya Bangsa Banul Jan bergerak ke langit kedua, dan berhasil mereka kuasai. Kemudian mereka bergerak lagi ke langit ketiga dan keempat, yang juga dapat mereka kuasai.
Ketika Bangsa Banul Jan akan memasuki langit kelima, mereka mendapat perlawanan sengit dari Bangsa Malaikat yang dipimpin oleh Malaikat Mikail dan Malaikat Jibril. Ketika dibatas langit kelima ini Bangsa Banul Jan tidak sanggup membendung perlawanan Bangsa Malaikat. Bangsa Banul Jan bahkan terdesak dan mundur turun hingga ke langit pertama. Adapun tidak sanggupnya Bangsa Banul Jan menembus pertahanan Bangsa Malaikat di langit kelima kemudian menjadi Isyarat Wajibnya Sholat Lima Waktu bagi Umat Nabi Muhammad kelak. Sehingga orang yang lengkap Sholat Lima Waktunya tidak akan dapat di ganggu oleh Bangsa Jin.
Bangsa Malaikat yang telah mendesak Bangsa Banul Jan hingga ke langit pertama terus melancarkan serangan, sehingga membuat Bangsa Banul Jan kocar kacir dan berlindung di dalam pelabuhan dan benteng-benteng mereka di perbatasan atmosfer bumi. Bangsa Malaikat yang sangat geram dengan Bangsa Banul Jan kemudian menyerang pelabuhan dan benteng-benteng yang tersembunyi dibalik awan itu dari berbagai arah.
Pelabuhan dan benteng-benteng itu pun luluh lantak. Api berkobar-kobar dengan dahsyat sehingga ikut juga membakar atmosfer bumi. Kondisi bumi pada saat itu tertutupi kobaran api yang dahsyat sehingga menimbulkan cahaya merah menyala di alam semesta yang mengalahkan cahayanya matahari.
Melihat bumi yang telah tertutupi kobaran api tersebut, tidak menghentikan serangan Bangsa Malaikat, mereka terus melancarkan serangan sehingga berguguranlah pelabuhan dan benteng-benteng Bangsa Banul Jan jatuh ke bumi. Serpihan-serpihan pelabuhan dan benteng-benteng yang terbakar itu kemudian membakar muka bumi. Total menyeluruh muka bumi terbakar dengan hebat, sehingga makin dahsyatlah kobaran api dari bumi yaitu terbakarnya muka bumi dan atmosfer bumi. Kobaran cahaya merah menyala semakin besar hingga ikut menghanguskan berbagai benda yang ada di sekitar bumi. Kobaran api yang melanda bumi berlangsung cukup lama. Hingga akhirnya padam juga kobaran api tersebut.
Setelah kobaran api itu padam, Bangsa Malaikat kemudian turun ke bumi untuk mencari sisa-sisa Bangsa Banul Jan yang masih hidup. Bangsa Banul Jan yang didapati selamat langsung di tangkap dan dikumpulkan. Bangsa Banul Jan ini kemudian dipenjarakan oleh Bangsa Malaikat dibawah gunung-gunung dibumi. Penjara dibawah gunung-gunung tersebut dibuat oleh Bangsa Malaikat untuk memasung sisa-sisa Bangsa Banul Jan yang masih hidup agar tidak lagi berbuat kerusakan di muka bumi. Namun masih ada juga sisa-sisa Bangsa Banul Jan yang masih hidup yang terlepas dari tangkapan Bangsa Malaikat karena mereka bersembunyi dibawah tanah yaitu dilapisan bumi pertama. Sisa-sisa Bangsa Banul Jan ini tidak berani keluar dari dalam tanah karena jika terlihat oleh Bangsa Malaikat maka akan ditangkap dan dipasung dibawah gunung.
Agar kejadian penyerangan Bangsa Banul Jan ke langit tidak terulang, Bangsa Malaikat kemudian membangun benteng-benteng penjagaan di atmosfer bumi. Benteng-benteng ini akan mengeluarkan petir dan menyambar sisa-sisa Bangsa Banul Jan yang terlihat muncul di permukaan bumi.

Bersambung .....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...