PENYEBARAN ISLAM KE HULU KAPUAS 2
Berdasarkan dokumen dari Pangeran Ratu Idris Kesuma Negara
Ibnu Almaarhum Raden Mahmud Menteri Negeri Sintang pada tahun 1241 Hijriah bersamaan dengan
tahun 1825 Masehi, bahwa pada permulaan tahun 1600-an Masehi agama Islam telah
berkembang di wilayah Hulu Kapuas, yang pada masa tersebut berpusat di Negeri
Sintang.
Perkembangan
agama Islam itu ditandai dengan dikirimnya seorang ulama dari Kesultanan Banjar
yang bernama Penghulu Muhammad Shaman pada tahun 1025 Hijriah atau bertepatan
tahun 1616 Masehi. Penghulu Muhammad Shaman merupakan keturunan Sultan Banjar.
Beliau merupakan anaknya Pangeran Demang Banjarmasin.
Pangeran
Demang Banjarmasin adalah anaknya Raden Rahmatullah. Raden Rahmatullah adalah
anaknya Raden Samudera atau Sultan Surya Syah ataupun Sultan Suryansyah. Raden
Samudera adalah anaknya Raden Mantri Jaya. Raden Mantri Jaya adalah anaknya
Raden Bangawan. Pada masa Raden Bangawan ini, Kesultanan Banjar membuat mata
uang yang disebut Mata Uang Bangawan Bawi karena dibalik mata uang tersebut
terdapat tulisan Bahasa Sangen Kaharingan yang berbunyi ‘ BANGAWAN BAWI’. Bangawan
dalam bahasa Sangen Kaharingan berarti Pertapa / Tokoh Masyarakat / Ulama.
Sedangkan Bawi dalam bahasa Sangen Kaharingan berarti Orang Suci Yang Tubuhnya
Penuh Gambar atau Orang Suci Bertato.
Kemudian
terdapat juga tulisan Arab di koin tersebut. Tulisan Arab ini jangan dimaknai
bahwa ini Mata Uang Islam ataupun Mata Uang Arab. Sebagai contoh saat ini
Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional sehingga semua produk dunia dan
Indonesia banyak yang menggunakan tulisan Bahasa Inggris. Hal tersebut bukan
berarti Indonesia sebagai Negara Inggris. Penggunaan Tulisan Bahasa Inggris dalam
semua produk Internasional sebagai wujud hubungan Dagang Internasional.
Sehingga tulisan Arab dalam Mata Uang tersebut bukan berarti ini milik Islam
atau milik Arab tetapi Mata Uang ini sebagai alat tukar perdagangan pada masa
itu karena pada masa dahulu Kalimantan sangat erat hubungannya dengan saudagar-saudagar
dari Tanah Arab.
Keeratan
hubungan tersebut berupa perdagangan atau jual beli Gaharu yang ada di
Kalimantan. Karena bagi masyarakat Arab pada masa itu Gaharu dari Kalimantan
memiliki kualitas sangat tinggi. Bahkan pada masa berjayanya kaum Quraisy, yang
dahulunya menguasai Ka’bah di Mekkah, didalam Ka’bah ini mereka beri Gaharu
yang berasal dari Kalimantan. Mereka menyampaikan bahwa Tuhan-Tuhan mereka pada
masa itu yaitu sebelum datangnya Agama Islam, sangat menyenangi wangian Gaharu.
Sehingga pada masa itu di dalam Ka’bah dipenuhi wangian Gaharu dari Kalimantan.
Pernah
pada suatu ketika mereka memberikan wangian yang bukan Gaharu didalam Ka’bah,
maka marahlah Tuhan-Tuhan mereka yang berujung pada salah satunya peristiwa
penyerangan Abrahah terhadap
orang-orang Quraisy di Mekkah yang terjadi sekitar tahun 570 Masehi.
Penyerangan Abrahah ini diyakini mereka karena Tuhan-Tuhan mereka tidak mau
melindungi Mekkah karena mereka tidak memberi wangian Gaharu di dalam Ka’bah. Itu
lah sebabnya para Saudagar Tanah Arab memiliki hubungan yang erat dengan Orang
Kalimantan. Dan mereka telah mengenal Kalimantan sejak sebelum datangnya Islam. Dan pembelian Gaharu Kalimantan oleh Orang-orang dari Tanah
Arab masih terjadi hingga sekarang ini sehingga membuat harga Gaharu melambung
tinggi, namun mulai sulit didapatkan Gaharu yang berkualitas tinggi di
Kalimantan karena telah berkurang keberadaannya.
Adapun Raden Bangawan adalah
anaknya Pangeran Sakar Sungsang. Pangeran Sakar
Sungsang adalah anaknya Pangeran Carang Lalean. Pangeran Carang Lalean adalah
anaknya Pangeran Surya Wangsa. Pangeran Surya Wangsa adalah anaknya Arya Jamban atau Gajah Gemala Johari
yang bergelar Mahapatih Gajah Surya Nata atau Mahapatih Gajah Mada ataupun
Pangeran Surya Nata, yang menikah dengan Masari atau bergelar Putri Tunjung
Buih, anaknya Raja Anyan Nan Sarunai.
Penghulu Muhammad Shaman, menyebarkan Agama Islam di Melawi,
Sintang, Kapuas Hulu dan Sanggau. Penghulu Muhammad Shaman datang dari Banjar
Masin melaui Melawi bersama Encik Shomad
dari Serawak pada permulaan tahun 1600-an Masehi. Kedua Ulama ini menetap cukup
lama di Melawi. Selanjutnya Penghulu Muhammad Shaman hijrah ke Sintang, hingga
pada tahun 1025 Hijriah atau bertepatan tahun 1616 Masehi, atas perintah Sultan
Banjar, Penghulu Muhammad Shaman pergi ke Tanah Sanggau yang pada masa itu
masih disebut sebagai Kampung Kantu’ untuk menobatkan Abang Awal atau Abang Terka menjadi
Sultan Negeri Kapuas yang pada masa itu berpusat di Tanah Sanggau pada tanggal 16
Rabi’ul Awwal 1025 Hijriah atau bertepatan tanggal 3 April 1616 Masehi.
Setelah penobatan tersebut,
Abang Awal bergelar Sultan Awwaludin. Abang Awal adalah anaknya Demong Minyak.
Demong Minyak adalah anaknya Demong Karang. Demong Karang adalah anaknya Demong
Nutub atau Adipati Sumintang dari Embau Hulu Kapuas. Demong Nutub adalah
anaknya Demong Irawan atau Jubair Irawan I, pendiri Kerajaan Sintang. Demong
Irawan adalah anaknya Aji Melayu dari Kerajaan Sangkra yang menikah dengan
Putong Kempat.
Adapun Penghulu Muhammad Shaman kemudian menjadi Penghulu
Negeri Kapuas. Anak-anak keturunan Penghulu Muhammad Shaman ini selanjutnya
menjadi Penghulu di Kerajaan Sintang dan Kerajaan Sanggau. Dari silsilah
Penghulu Muhammad Shaman inilah kemudian menjadi jalur silsilah Pasak Sanggau
yang pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar