PENYEBARAN ISLAM KE HULU KAPUAS 1
Berdasarkan hikayat Aji
Melayu yang diperkuat
juga dengan laporan seorang Gubernur Portugis di Malaka bernama Rui de Brito
kepada Raja Manoel pada tahun 1514 Masehi dan tulisan seorang penulis Italia
bernama Duerte Barbosa pada tahun 1518 Masehi juga memberitakan hal yang sama
dalam tulisannya yaitu rombongan
Aji Melayu adalah rombongan orang Islam yang datang dari Kerajaan Sangkra pada
tahun 1298 Masehi. Rombongan ini memasuki wilayah Hulu Kapuas untuk mencari
Kerajaan Tanjung Pura. Artinya bahwa agama Islam telah masuk ke Hulu Kapuas
sejak periode tahun 1298 Masehi, yang ditandai dengan masuknya rombongan Aji
Melayu ke Hulu Kapuas.
Dalam laporan Rui de Brito
dan tulisan Duerte Barbosa selanjutnya diungkap bahwa semakin berkembangnya
Islam di Hulu Kapuas terjadi pada periode tahun 1500-an Masehi yaitu ketika
terjadinya ekspansi Adipati
Unus dari Kesultanan Demak yang juga dikenal sebagai Raden Surya atau Pangeran
Sabrang Lor ke Kerajaan Tanjung Pura, Kerajaan Lawai dan negeri Kapuas. Adipati
Unus inilah yang menyapu bersih pengaruh Majapahit di Nusantara.
Adipati Unus adalah anaknya Raden Fatah atau Pangeran Jimbun
yang mendirikan Kesultanan Demak yaitu Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Fatah merupakan anak
Raja Majapahit yang bernama Prabu Brawijaya Kertabhumi atau Brawijaya V. Ibu
Raden Fatah adalah Putri Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China yang bernama
Tan Eng Kian. Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda juga disebutkan hal yang
sama bahwa Raden Fatah adalah anaknya Prabu Brawijaya dengan Puteri China.
Bahkan dalam Purwaka Caruban Nagari disebutkan dengan jelas
bahwa Raden Fatah, pendiri dan Sultan pertama Demak, adalah anaknya Prabu
Brawijaya Kertabhumi dari perkawinannya dengan Putri China sebagaimana yang
berbunyi “...tumuli hana pwa ya sang Patah ika anak ira Sang Prabhu Brawijaya
Kretabhumi kang rumuhun mastri lawan putri Cina...”.
Ketika Raden Fatah masih dalam kandungan, Ibunya yaitu Tan
Eng Kian dihibahkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar oleh ayahnya sendiri
yaitu Brawijaya V. Adipati Arya Damar adalah peranakan China Muslim yang
memiliki nama China yaitu Swan Liong.
Raden Fatah juga memiliki nama China yaitu Tan Eng Hwat. Dan
sebelum bergelar Raden Fatah, nama awalnya adalah Hassan. Raden Fatah juga
memiliki adik dari lain ayah yaitu dari perkawinan Tan Eng Kian dengan Adipati
Arya Damar yang bernama Hussein atau nama Chinanya yaitu Kin Shan. Hussein ini
kemudian bergelar Adipati Pecattandha atau Adipati Terung.
Ketika dewasa, Raden Fatah yang juga dikenal dengan sebutan
Pangeran Jimbun mendirikan Kesultanan Demak dengan dukungan dari para Saudagar
China Muslim dan Para Wali. Dukungan juga datang dari utusan China yaitu
Laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-Jin.
Raden Fatah kemudian menumbangkan kekuasaan Majapahit. Setelah Raden Fatah
wafat, tahta Kesultanan Demak dilanjutkan oleh anaknya yaitu Adipati Unus yang
juga dikenal sebagai Raden Surya atau Pangeran Sabrang Lor. Adipati Unus
selanjutnya menyerang Kerajaan Majapahit.
Adapun sebab musabab Adipati Unus menyerang Kerajaan
Majapahit adalah sebagai balas dendam atau sebagai akibat rangkaian perang
saudara dalam memperebutkan kekuasaan atas tahtah Kerajaan Majapahit, yang
bermula dari ulah Kakeknya Adipati Unus yaitu Bhre Brawijaya Kertabhumi atau
Brawijaya V yang telah merebut kekuasaan tahtah Kerajaan Majapahit dari tangan
Bhre Pandan Salas dengan menyingkirkannya dari Kedhaton pada tahun 1468 Masehi.
Akan tetapi pada tahun 1478 Masehi atau 1400 Saka, kekuasaan tahtah Kerajaan
Majapahit dapat direbut kembali oleh anaknya Bhre Pandan Salas yang bernama
Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yaitu dengan melakukan penyerangan ke
Majapahit yang mengakibatkan Bhre Brawijaya Kertabhumi gugur di Kedhaton.
Peristiwa gugurnya Bhre Kertabhumi inilah yang dilambangkan dengan
‘Candra-sengkala ‘sirna ilang kertining bumi’.
Hingga pada tahun 1518 Masehi, Adipati Unus memimpin pasukan
Kesultanan Demak menyerang Majapahit sebagai serangan balasan terhadap
Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yang telah membunuh Kakek Adipati Unus.
Selain perjuangan Adipati Unus untuk menghilangkan segala pengaruh Majapahit,
Adipati Unus juga berjuangan untuk mengusir pengaruh Portugis yang mulai
menguasai Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar