Minggu, 28 Januari 2018

NAPAK TILAS ISLAM DI BUMI DARA NANTE


PENYEBARAN ISLAM KE HULU KAPUAS 1

Berdasarkan hikayat Aji Melayu yang diperkuat juga dengan laporan seorang Gubernur Portugis di Malaka bernama Rui de Brito kepada Raja Manoel pada tahun 1514 Masehi dan tulisan seorang penulis Italia bernama Duerte Barbosa pada tahun 1518 Masehi juga memberitakan hal yang sama dalam tulisannya yaitu rombongan Aji Melayu adalah rombongan orang Islam yang datang dari Kerajaan Sangkra pada tahun 1298 Masehi. Rombongan ini memasuki wilayah Hulu Kapuas untuk mencari Kerajaan Tanjung Pura. Artinya bahwa agama Islam telah masuk ke Hulu Kapuas sejak periode tahun 1298 Masehi, yang ditandai dengan masuknya rombongan Aji Melayu ke Hulu Kapuas.
Dalam laporan Rui de Brito dan tulisan Duerte Barbosa selanjutnya diungkap bahwa semakin berkembangnya Islam di Hulu Kapuas terjadi pada periode tahun 1500-an Masehi yaitu ketika terjadinya ekspansi Adipati Unus dari Kesultanan Demak yang juga dikenal sebagai Raden Surya atau Pangeran Sabrang Lor ke Kerajaan Tanjung Pura, Kerajaan Lawai dan negeri Kapuas. Adipati Unus inilah yang menyapu bersih pengaruh Majapahit di Nusantara.
Adipati Unus adalah anaknya Raden Fatah atau Pangeran Jimbun yang mendirikan Kesultanan Demak yaitu Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Raden Fatah merupakan anak Raja Majapahit yang bernama Prabu Brawijaya Kertabhumi atau Brawijaya V. Ibu Raden Fatah adalah Putri Kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China yang bernama Tan Eng Kian. Dalam Babad Tanah Jawi dan Serat Kanda juga disebutkan hal yang sama bahwa Raden Fatah adalah anaknya Prabu Brawijaya dengan Puteri China.
Bahkan dalam Purwaka Caruban Nagari disebutkan dengan jelas bahwa Raden Fatah, pendiri dan Sultan pertama Demak, adalah anaknya Prabu Brawijaya Kertabhumi dari perkawinannya dengan Putri China sebagaimana yang berbunyi “...tumuli hana pwa ya sang Patah ika anak ira Sang Prabhu Brawijaya Kretabhumi kang rumuhun mastri lawan putri Cina...”.
Ketika Raden Fatah masih dalam kandungan, Ibunya yaitu Tan Eng Kian dihibahkan kepada Adipati Palembang, Arya Damar oleh ayahnya sendiri yaitu Brawijaya V. Adipati Arya Damar adalah peranakan China Muslim yang memiliki nama China yaitu Swan Liong.
Raden Fatah juga memiliki nama China yaitu Tan Eng Hwat. Dan sebelum bergelar Raden Fatah, nama awalnya adalah Hassan. Raden Fatah juga memiliki adik dari lain ayah yaitu dari perkawinan Tan Eng Kian dengan Adipati Arya Damar yang bernama Hussein atau nama Chinanya yaitu Kin Shan. Hussein ini kemudian bergelar Adipati Pecattandha atau Adipati Terung.
Ketika dewasa, Raden Fatah yang juga dikenal dengan sebutan Pangeran Jimbun mendirikan Kesultanan Demak dengan dukungan dari para Saudagar China Muslim dan Para Wali. Dukungan juga datang dari utusan China yaitu Laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-Jin. Raden Fatah kemudian menumbangkan kekuasaan Majapahit. Setelah Raden Fatah wafat, tahta Kesultanan Demak dilanjutkan oleh anaknya yaitu Adipati Unus yang juga dikenal sebagai Raden Surya atau Pangeran Sabrang Lor. Adipati Unus selanjutnya menyerang Kerajaan Majapahit.
Adapun sebab musabab Adipati Unus menyerang Kerajaan Majapahit adalah sebagai balas dendam atau sebagai akibat rangkaian perang saudara dalam memperebutkan kekuasaan atas tahtah Kerajaan Majapahit, yang bermula dari ulah Kakeknya Adipati Unus yaitu Bhre Brawijaya Kertabhumi atau Brawijaya V yang telah merebut kekuasaan tahtah Kerajaan Majapahit dari tangan Bhre Pandan Salas dengan menyingkirkannya dari Kedhaton pada tahun 1468 Masehi. Akan tetapi pada tahun 1478 Masehi atau 1400 Saka, kekuasaan tahtah Kerajaan Majapahit dapat direbut kembali oleh anaknya Bhre Pandan Salas yang bernama Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yaitu dengan melakukan penyerangan ke Majapahit yang mengakibatkan Bhre Brawijaya Kertabhumi gugur di Kedhaton. Peristiwa gugurnya Bhre Kertabhumi inilah yang dilambangkan dengan ‘Candra-sengkala ‘sirna ilang kertining bumi’.
Hingga pada tahun 1518 Masehi, Adipati Unus memimpin pasukan Kesultanan Demak menyerang Majapahit sebagai serangan balasan terhadap Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya yang telah membunuh Kakek Adipati Unus. Selain perjuangan Adipati Unus untuk menghilangkan segala pengaruh Majapahit, Adipati Unus juga berjuangan untuk mengusir pengaruh Portugis yang mulai menguasai Nusantara.

Ringkasan buku Napak Tilas Islam di Bumi Dara Nante

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...