Selasa, 30 Januari 2018

MENGENAL PASKIBRAKA


SEJARAH BENDERA MERAH PUTIH

Menurut riwayatnya bahwa penggunaan bendera berwarna merah dan putih yang kini dipergunakan oleh Indonesia sebagai bendera negara berdasarkan pada lambang-lambang kebesaran kerajaan-kerajaan yang pernah ada di Nusantara pada masa dahulunya. Beberapa Kerajaan yang telah mempergunakan bendera berwarna merah dan putih diantaranya yaitu  Kerajaan Wilwatikta atau Majapahit yang mempergunakan bendera berwarna merah dan putih sebagai lambang kebesaran kerajaan sebagai panji atau pataka Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur pada abad ke-13 Masehi.
Akan tetapi ada pendapat yang menyatakan bahwa pemuliaan terhadap simbol berwarna merah dan putih dapat ditelusuri akar asal mulanya dari mitologi bangsa Austronesia mengenai Bunda Bumi dan Bapak Langit. Keduanya dilambangkan dengan warna merah yang artinya Tanah dan putih yang artinya Langit. Karena hal inilah maka warna merah dan putih kerap muncul dalam lambang-lambang Austronesia seperti dari Tahiti, Indonesia termasuk Kalimantan, sampai Madagaskar. Warna Merah dan putih kemudian dipergunakan untuk melambangkan dualisme alam yang saling berpasangan. Catatan paling awal yang menyebut penggunaan bendera Merah dan Putih dapat ditemukan dalam Pararaton, yang menurut beberapa sumber disebutkan bahwa balatentara Jayakatwang dari Gelang-gelang mengibarkan panji-panji berwarna Merah dan Putih saat menyerang Singhasari.
Hal ini berarti sebelum masa Majapahit pun warna merah dan putih telah dipergunakan sebagai panji-panji kebesaran kerajaan, mungkin sejak masa Kerajaan Kediri. Artinya pembuatan panji-panji kerajaan berwarna merah dan putih pada masa itu sudah dimungkinkan dalam teknik pewarnaan tekstil di Indonesia purba. Warna putih adalah warna alami kapuk atau kapas katun yang ditenun menjadi selembar kain, sementara zat pewarna merah alami diperoleh dari daun Pohon Jati, Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi), atau dari kulit buah Manggis.
Selain itu, bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak pun memakai bendera merah putih sebagai warna benderanya, yaitu bergambar dua pedang kembar yang melambangkan Pisogaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII, berwarna putih dengan dasar merah menyala dan putih.
Ketika terjadi perang di Aceh, pejuang – pejuang Aceh telah menggunakan bendera perang berupa umbul-umbul dengan warna merah dan putih, dengan di bagian belakang diaplikasikan gambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Quran. Pada jaman kerajaan Bugis Bone, Sulawesi Selatan sebelum Arung Palakka, bendera merah putih, adalah simbol kekuasaan dan kebesaran kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
Pada tahun 1394 Masehi, terjadi perang di Sekayam yang melibatkan 112 Raja dan Demong dari seluruh Borneo dan pada perang tersebut pasukan Bangsa Ribun yang dipimpin oleh Singa Patee Soju, yaitu anak Raja Ribun yang bergelar Patee Semarong, membawa panji-panji Kerajaan Ribun berbentuk bendera-bendera berwarna merah dan putih sebagai simbol bahwa Pasukan Ribun merupakan pasukan dari Langit dan Bumi. Kerajaan Ribun pada masa itu bertempat di Gunung Semarong yang kini masuk dalam wilayah Sosok. Perang besar yang melibatkan 112 Raja dan Demong tersebut berlangsung sangat lama dan semakin meluas. Perang besar itu berakhir dengan diadakannya pertemuan di Segumon Tampun Juah yang digagas oleh Raja Sempulang Gana atau Raja Segana yang pada masa itu bergabung dalam pasukan dari Kenyalang atau Serawak. Raja Sempulang Gana adalah anaknya Abang Merakai dan Ratu Pingan Pelangka.
Ke-112 Raja dan Demong yang terlibat peperangan kemudian berikrar untuk menghentikan peperangan dan berdamai dengan dasar bahwa mereka memiliki garis Nenek Moyang yang sama. Untuk memperkuat ikrar tersebut maka masing-masing Raja dan Demong sepakat membangun Tiang Sandong sebagai tanda ikrar perdamaian. Sehingga berdirilah seratus dua belas Tiang Sandong sebagai tanda dari seratus dua belas kelompok. Sebanyak seratus dua belas Tiang Sandong tersebut berdiri mengelilingi Rumah Betang yang mereka bangun bersama-sama. Selanjutnya tempat itu mereka namakan dengan Tampun Juah yang berarti Ibu Pertiwi tempat untuk berdamai atau Ibu Pertiwi yang Damai, yaitu mengikuti nama yang sama terhadap negeri yang pernah dibangun oleh Nenek Moyang mereka dahulunya.
Ketika terjadinya Perang Sanggau tahun 1622 Masehi, Bangsa Hakka yang dipimpin oleh Jong Pak Kung Kung bergabung dalam Laskar Negeri Kapuhas berperang dengan pasukan Mataram dan Landak. Bangsa Hakka pada masa itu membawa panji-panji berbentuk bendera berwarna merah dan putih. Dalam Perang Sanggau ini, Laskar Negeri Kapuhas mengalami kekalahan, sehingga Negeri Kapuhas yang pada masa itu berpusat di Tanah Sanggau dikuasai Kesultanan Mataram. Setelah Perang Sanggau, Jong Pak Kung Kung bersama Bangsa Hakka pindah ke wilayah yang sekarang disebut Bodok.
Pada waktu perang Jawa yang terjadi pada tahun 1825-1830 Masehi, Pangeran Diponegoro memakai panji-panji berwarna merah dan putih dalam perjuangannya melawan tentara Belanda. Kemudian, bendera warna merah dan putih dihidupkan kembali oleh para pelajar, mahasiswa dan kaum nasionalis di awal abad ke-20 sebagai ekspresi nasionalisme terhadap penjajahan Belanda. Selanjutnya, bendera yang dinamakan Sang Merah Putih ini pertama kalinya dipergunakan pada tahun 1928 yang pada masa itu Indonesia masih di bawah kekuasaan kolonialisme Belanda. Setelah Perang Dunia II berakhir, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 diumumkan pula penggunaan bendera ini sebagai bendera nasional Indonesia.

Ringkasan buku Mengenal Paskibraka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...