Jumat, 26 Januari 2018

KAJIAN ASAL USUL ORANG CUPANG DESA


ASAL KATA DAN MAKNA “CUPANG DESA”

Orang Cupang Desa di Desa Meranggau merupakan sub suku Dayak Desa. Pelafalan bunyi [e] pada suku Dayak Desa ini adalah [e] pepet seperti pada kata “depan”. Jadi, tidak dilafalkan sebagai bunyi [e] seperti bunyi [e] pada kata “meja”. Nama Cupang Desa terdiri dari penggabungan dua kata yang memiliki keterkaitan satu dengan lainnya. Dua kata tersebut terdapat dalam kutipan ayat di Kitab Suci Keagamaan Kaharingan. Agama Kaharingan merupakan agama asli masyarakat Kalimantan sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan diriwayatkan merupakan Agama Permulaan ketika diturunkannya manusia ke muka bumi.
Dalam Kitab Suci Agama Kaharingan terdapat perintah Kewajiban bagi keluarga untuk menghayati dan melaksanakan Upacara Ritual Keagamaan berupa ‘Pitra Yajna’, yaitu Upacara Persembahan Kepada Leluhur. Didalam perintah Upacara Ritual Pitra Yajna, terdapat suatu istilah yang disebut dengan “Desa, Kala, Patra”, yang berarti Tanah atau Tempat, Masa atau Waktu, Keadaan atau Kondisi. “Desa, Kala, Patra” merupakan Doktrin Luhur yang telah ditanamkan sejak ribuan tahun yang lampau kepada masyarakat di pulau Kalimantan.
Desa, Kala, Patra ditafsirkan yaitu Desa artinya tanah tempat berpijak atau tempat kita berada, Kala artinya masa perputaran matahari dan bulan atau waktu pada saat kita berada, Patra artinya keadaan atau situasi, kondisi dimana kita berada. Doktri Luhur yang telah ada sejak zaman dahulu tersebut menekankan kepada masyarakat Kalimantan untuk selalu melaksanakan Upacara Ritual Pitra Yajna sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan atau situasi dimanapun berada.
Upacara Ritual Keagamaan berupa ‘Pitra Yajna’, dengan Doktri Luhur ‘Desa, Kala, Patra’, dilanjutkan dengan perintah dalam ayat yang berbunyi :
“Curvang daharahah craddham annadvena daakena wa, Payo mula phalairwapi pitrbhyah pritimawaham”. Artinya yaitu, “Upacara suci pitra yajna harus kamu lakukan, hendaknya setiap harinya melakukan sradha dengan mempersembahkan nasi atau dengan air atau susu dengan ubi-ubian dan buah-buahan dengan demikian menyenangkan para leluhur”.
Pada permulaan ayat terdapat kata ‘Curvang’ yang artinya ‘Upacara Suci’. Tafsir pada makna ‘Upacara Suci’ ini adalah agar mendapatkan kedudukan yang mulia karena selalu menghormati dan menyenangkan arwah para leluhur.
Berdasarkan hal tersebut maka nama Cupang Desa berasal dari kutipan Kitab Suci Agama Kaharingan yaitu ‘Curvang’ yang kemudian terlogatkan menjadi ‘Cuvang’ atau ‘Cupang’ dan ‘Desa’ yang dapat diartikan sebagai ‘Tanah atau Tempat Upacara Suci’ atau dapat dikatakan sebagai ‘Tanah Suci’. Artinya bahwa Orang Cupang Desa merupakan Orang Asli Kalimantan yang dahulunya menganut Agama Kaharingan serta taat melaksanakan Ritual Pitra Yajna yaitu Ritual menyenangkan arwah para Leluhur. Keberadaan Orang Cupang Desa ini telah ada sejak ribuan tahun yang lalu bersamaan dengan keberadaan Agama Kaharingan yang merupakan Agama Asli Kalimantan.
Istilah ‘Tanah atau Tempat Upacara Suci’ ataupun ‘Tanah Suci’ dapat dibuktikan dengan keberadaan ‘Tanah Bisa’ yang merupakan ‘Tanah Suci dan di sakralkan’ bagi masyarakat Cupang Desa. ‘Tanah Bisa’ ini berada di wilayah Gunung Cupang, Desa Meranggau. Di wilayah ‘Tanah Bisa’ ini masyarakat Cupang Desa sering melaksanakan ritual penghormatan kepada arwah leluhur yang merupakan warisan ritual turun temurun sejak dahulu sebagaimana yang telah diperintahkan pada ayat di Kitab Suci Kaharingan. Ritual Keagamaan dalam Agama Kaharingan tersebut kemudian menjadi Ritual Adat yang terus dilaksanakan hingga sekarang ini. Artinya kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang masyarakat Cupang Desa masih dipelihara oleh anak cucuknya pada saat ini. Keterkaitan istilah Cupang Desa atau Tanah Suci dengan keberadaan ‘Tanah Bisa’ di Gunung Cupang mengindikasikan bahwa kawasan tersebut dahulunya merupakan kawasan sakral yang ditempati oleh orang-orang suci.

Ringkasan buku Kajian Asal Usul Orang Cupang Desa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...