EKSPEDISI PAMALAYU
Ekspedisi Pamalayu bermula ketika Kerajaan Singhasari
mendapat ancaman dari Raja Mongol yaitu Khubilai Khan. Kerajaan Singhasari pada
masa tersebut dipimpin oleh Raja Kertanegara. Raja Kertanegara kemudian
mengajak Raja Melayu di Dharmasraya untuk menghadang serangan dari Raja
Khubilai Khan yang akan menaklukkan Jawa dan Sumatera. Namun ajakan dari Raja
Kertanegara tersebut ditolak oleh Raja Dharmasraya. Akibat penolakan tersebut maka
Raja Kertanegara kemudian mengutus Mahisa Anabrang atau disebut juga Lembu
Anabrang atau Kebo Anabrang untuk menghimpun pasukan menuju ke
Dharmasraya.
Mahisa Anabrang adalah orang Melayu keturunan Patih Suatang
dan berasal dari aliran Sungai Kampar, ia mengabdi di Singhasari dan diangkat
menjadi Rakryan di Kerajaan Singhasari. Sebelum pergi ke Kerajaan Dharmasraya,
terlebih dahulu Mahisa Anabrang pergi ke negeri Nan Sarunai dan bertemu dengan
Raja Nan Sarunai, Miharaja Rahadyan Japutra Layar. Kepada Miharaja Rahadyan
Japutra Layar, Mahisa Anabrang menyampaikan bahwa ia merupakan utusan Raja
Kertanegara dari Kerajaan Singhasari yang akan menghimpun kekuatan guna
membendung ancaman serangan dari Kekaisaran Mongolia, dan Miharaja Rahadyan
Japutra Layar kemudian memberi petunjuk agar Mahisa Anabrang pergi menemui Raja
Serongkah atau Demong Serongkah yang bergelar Raja Tulang Gading Darah
Puteh, Raja Hulu Aik dan ke Angrat Batur yang sekarang ini terletak di
Kabupaten Landak. Miharaja Rahadyan Japutra Layar juga berpesan kepada Mahisa
Anabrang agar membawa banyak garam guna dibagikan kepada masyarakat di
pedalaman Kalimantan.
Mahisa Anabrang kemudian pergi menemui Raja Hulu Aik dan ke
Angrat batur. Dengan petunjuk dari Raja Hulu Aik, Mahisa Anabrang berusaha
menghimpun pasukan disepanjang Sungai Melahui yang terlogatkan olehnya sebagai
Sungai Malaya atau Sungai Melayu. Pemerintahan disepanjang Sungai Melahui pada
masa itu berpusat di wilayah yang sekarang disebut Melawi, dengan Rajanya yang
bernama Aban Merubai. Dari penduduk di sepanjang Sungai Melahui inilah kemudian
menjadi asal muasal Orang Melayu di Kalimantan Barat.
Mahisa Anabrang ketika berusaha mengumpulkan pasukan di
Kalimantan, sebanyak tujuh kali ia pulang pergi sehingga ia disebut Pulang
Pali melewati sepanjang Sungai Melahui sambil membagi-bagikan garam yang
ia bawa ke pemukiman-pemukiman penduduk yang ia temui. Hingga disuatu tempat di
wilayah Kerajaan Hulu Aik, ia terjatuh sehingga kakinya terkilir. Tempat
tersebut kemudian disebut Nek Lembu. Ketika peristiwa terjatuhnya Mahisa
Anabrang ini, ia kemudian menikah dengan anak perempuan Raja Hulu Aik yang
bernama Dara Ponya atau Dayang Ponya. Mereka memperoleh dua orang anak
yaitu Nallauda dan Dayang Salipah. Nallauda ketika dewasa
menggantikan Mahisa Anabrang menjadi petinggi di Wilwatikta atau Majapahit dan
bergelar Mpu Jatmika atau Mpu Nalla. Dayang Salipah kemudian menikah dengan Singa
Pati Bangi, yang di Kerajaan Landak bergelar Ratu Sang Nata Pulang Pali II. Dari pernikahan ini lahir anak laki-laki yang
bernama Demong Sudek. Demong Sudek kemudian memiliki putri yang bernama Dara
Ireng yang kemudian menikah dengan Patee Gumantar atau yang di hulu Mempawah
disebut sebagai Abdurahman.
Ketika di Angrat batur, Mahisa Anabrang mendirikan sebuah
kerajaan diwilayah tersebut yang bernama Kerajaan Landak, dan bergelar Ratu
Sang Nata Pulang Pali I. Setelah ribuan pasukan dari pedalaman Kalimantan telah
terkumpul, maka dibawalah ribuan pasukan tersebut untuk menundukkan
kerajaan-kerajaan di wilayah Sumatera dan Jawa yang kemudian disebut sebagai
Ekspedisi Pamalayu. Ribuan pasukan Mahisa Anabrang ini ketika Ekspedisi
Pamalayu membawa beberapa bendera yaitu bendera berwarna Merah, warna Kuning
dan warna Biru serta bendera bersimbol Matahari.
Setelah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1293 Masehi, ribuan
pasukan yang berasal dari pedalaman Kalimantan ini, tidak semuanya kembali ke
Kalimantan, beberapa kelompok ada yang tetap berada di Dharmasraya, kemudian
beberapa kelompok ada yang menetap di wilayah Kerajaan Haru Kuta Buluh,
beberapa kelompok menetap disepanjang wilayah tepian Sungai Asahan,
beberapa kelompok menetap di wilayah Kuntu Kampar, dan beberapa kelompok
menetap di Desa Loh.
Adapun beberapa kelompok yang menetap di Desa
Loh, dipimpin oleh Lang Radyan, anaknya Abang Merubai. Ketika pergi bersama
pasukan Mahisa Anabrang, Lang Radyan dibekali tanah Malahui oleh Abang Merubai.
Tanah Malahui adalah tanah dari batu granit hitam di Sungai Melahui, yang untuk
sekarang ini batu granit hitam itu disebut Bukit Kelam di Sintang. Tanah
Malahui ini kemudian terlogatkan menjadi Tanah Melayu.
Selama menetap di Desa Loh, Lang Radyan
kemudian memiliki anak yang bernama Patih Lombo atau yang bergelar Resi Arga
Giri. Patih Lombo atau Resi Arga Giri kemudian memiliki anak yang bernama Patih
Lohgender. Patih Lohgender kemudian menikah dengan Dara Juanti, adiknya Demong
Nutub.
Adapun Patih Lohgender ketika akan menikahi
Dara Juanti mendapatkan beberapa persyaratan dari Demong Nutub sebagai hantaran
pernikahan diantaranya yaitu harus membawa Tanah Melahui yang pernah dibawa
oleh Kakeknya Patih Lohgender ketika Ekspedisi Pamalayu yaitu Lang Radyan,
serta membawa 40 orang dan 20 orang
gadis yang masih suci yang merupakan kaum kerabat dari Patih Lohgender yang
merupakan anak keturunan anggota pasukan Lang Radyan. Beberapa
persyaratan dari Demong Nutub tersebut dapat disediakan oleh Patih Lohgender.
Tanah Melahui milik kakeknya tersebut dibawanya kembali ke tanah Kalimantan
yaitu ke Negeri Sintang. Tanah Melahui ini kemudian disebut sebagai tanah
Majapahit, yang sekarang ini tersimpan di Musium Sintang.
Ketika Ekspedisi Pamalayu ke Dharmasraya, Mahisa Anabrang
menikahi salah seorang Putri Srimat Tribhuwanaraja Mauliwarmadewa, Raja
Dharmasraya yang bernama Dara Jingga. Mereka memperoleh putra yang bernama
Adityawarman yang selanjutnya menjadi Raja Malayapura Swarnnabhumi yang
kemudian pusat kotanya dipindahkan ke Pagaruyung.
Selamat siang pak. Saya mahasiswa arkeologi semester awal. Dan aya tertarik buat baca buku ekspedisi pamalayu ini. Tapi ngga tau mau beli nya di mana pak. Udah coba cari online, tapi ngga ada. Kalau sama bapak yang versi pdf nya ada ngga pak? Terimakasih pak
BalasHapus