MACAN
UWI’
Tersebutlah Miharaja Rahadyan Japutra Layar yang menikah
dengan seorang putri raja negeri Thang Raya di Angrat Batur yang untuk sekarang
ini masuk dalam wilayah Banyuke Kabupaten Landak bernama Dara Gangsa Angrat Batur. Dari permaisurinya ini, Miharaja Rahadyan
Japutra Layar memiliki seorang putra yang bernama Babay Cinga’.
Ketika Babay Cinga’ masih dalam kandungan
Dara Gangsa Angrat Batur, ia beberapa kali menghilang dari dalam kandungan
Ibunya. Pertama kali terjadinya kejadian itu, Miharaja Rahadyan Japutra Layar
dan seisi istana dibuat gempar, karena tiba-tiba saja kandungan Dara Gangsa
Angrat Batur mengempes tanpa sebab. Miharaja Rahadyan Japutra Layar sangat
panik dan selama beberapa minggu
ia tidak bersemangat dan kehilangan gairah hidup.
Namun beberapa minggu kemudian,
tiba-tiba saja perut Dara Gangsa Angrat Batur membesar. Setelah diperiksa oleh
para Tabib istana, ternyata dalam perut Dara Gangsa Angrat Batur terdapat janin
bayi yang telah membesar. Rupanya kandungan sang Permaisuri telah kembali lagi
setelah menghilang beberapa minggu. Kejadian aneh tersebut terus terulang
hingga beberapa kali, sehingga janin bayi dalam perut Permaisuri Dara Gangsa
Angrat Batur mendapatkan gelar Nganyang
yang artinya sering hilang. Miharaja Rahadyan Japutra Layar tidak lagi menjadi
heran dan panik, karena ia meyakini bahwa anaknya yang sedang dalam kandungan
istrinya tersebut mendapat kelebihan seperti Leluhur-leluhurnya terdahulu.
Pada suatu malam terlihat
tanda-tanda bahwa sang Permaisuri akan melahirkan. Pada malam tersebut, langit
diatas negeri Nan Sarunai dipenuhi oleh bintang. Pemandangan pada malam itu
tidak seperti malam-malam sebelumnya. Begitu banyak bintang jatuh yang hilir
mudik dilangit sehingga membuat suatu pemandangan yang indah. Rakyat Nan
Sarunai berkeluaran dari dalam rumah untuk menyaksikan pemandangan alam yang
tidak seperti biasanya itu.
Permaisuri Dara Gangsa Angrat
Batur akhirnya melahirkan seorang bayi laki-laki pada malam yang dipenuhi oleh
bintang tersebut. Oleh Miharaja Rahadyan Japutra Layar, bayi laki-laki itu
diberi nama Berurung Bemari yang
artinya bintang bercahaya yang hilir
mudik. Sepanjang malam kelahiran Berurung Bemari, rakyat negeri Nan Sarunai
berada diluar rumah-rumah mereka untuk menyaksikan pemandangan alam yang
dipenuhi bintang dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Beberapa tahun kemudian, ketika
Berurung Bemari telah berumur anak-anak, Miharaja Rahadyan Japutra Layar
bersama beberapa orang pengawal dan didampingi oleh beberapa orang perwira
tinggi yang bergelar Cinga’ membawanya berburu macan di tempat yang biasa para
Miharaja Nan Sarunai berburu macan. Cinga’ atau Singa merupakan jabatan perwira
tinggi pasukan Nan Sarunai, posisi jabatannya dibawah Pangkal Lima atau
Panglima.
Dalam kelompok Cinga’ terdapat
empat orang Cinga’ yang sangat disegani dan ditakuti yaitu Cinga’ Tinggang, Cinga’ Mada,
Cinga’ Palangka dan Cinga’ Tangga Arong. Berurung Bemari
sejak kecil sangat dekat dengan Cinga’ Mada, karena Cinga’ Mada telah ditunjuk
oleh Miharaja Rahadyan Japutra Layar untuk menjadi pengawal pribadi anaknya
tersebut. Selain itu Cinga’ Mada juga merupakan saudara Raja Hulu Aik yang bernama
Raja Serongkah atau Demong Serongkah yang bergelar Raja Tulang Gading Darah Puteh. Begitu
dekatnya Berurung Bemari dengan Cinga’ Mada sehingga Cinga’ Mada dianggap
seperti orangtua angkatnya.
Ketika sedang asik berburu macan,
tiba-tiba saja rombongan Miharaja Rahadyan Japutra Layar diserang oleh seekor
macan yang sangat besar. Bahkan beberapa orang pengawal tewas dan menjadi mangsa macan yang sedang
mengamuk tersebut. Dua orang Cinga’ juga ikut tewas termangsa oleh macan yang sangat besar
itu, yaitu Cinga’ Tatum dan Cinga’ Salam. Dalam beberapa riwayat
menyatakan bahwa Cinga’ Salam juga disebut sebagai Cinga’ Aslam atau Cinga’
Islam karena beragama Islam.
Dalam kondisi yang sangat
berbahaya itu, Berurung Bemari dengan beraninya segera mengambil beberapa buah
batu dan langsung melempari macan yang sedang mengamuk itu untuk mengalihkan
perhatian agar tidak menyerang Ayahnya. Tindakan
berani yang dilakukan oleh Berurung Bemari yang masih anak-anak itu membuahkan
hasil, macan besar tersebut tidak jadi menyerang Miharaja Rahadyan Japutra
Layar. Macan tersebut berbalik mengejar Berurung Bemari. Berurung Bemari
kemudian berlari kedalam hutan guna menjauhkan si macan dari rombongan Ayahnya.
Pada suatu tempat ditengah hutan, Berurung
Bemari mendapatkan sebuah tongkat rotan yang kemudian dipakainya untuk melawan
macan besar tersebut. Dengan keberanian yang sangat luar biasa, Berurung Bemari
yang masih anak-anak itu dengan hanya bersenjatakan sebuah tongkat rotan,
melawan seekor macan yang ukurannya melebih ukuran beberapa orang dewasa
tersebut. Pertarungan yang tidak seimbang itu tidak membuat Berurung Bemari
terdesak, bahkan terkaman dari cakar-cakar macan itu belum dapat menyentuh
tubuh kecilnya.
Hingga
disuatu kesempatan, Berurung Bemari menusukkan tongkat rotannya ke leher macan
itu hingga membuatnya terkapar dan mati seketika. Setelah berhasil membunuh
macan yang besar itu, rupanya Berurung Bemari kelelahan karena telah melewati
pertarungan yang menegangkan dan sangat menguras tenaganya itu. Ia pun tanpa
rasa takut langsung merebahkan tubuhnya diatas mayat macan yang telah penuh
berlumuran darah itu dan tertidur dengan lelapnya.
Miharaja
Rahadyan Japutra Layar, dan para pengawal yang selamat rupanya berusaha
mengejar macan yang sedang memburu Berurung Bemari yang berlari ke dalam hutan.
Mereka berusaha mengikuti jejak pelarian Berurung Bemari, namun mereka
kehilangan jejak. Setelah sekian waktu mencari akhirnya mereka berhasil
menemukan Berurung Bemari.
Namun mereka sangat terkejut ketika melihat
Berurung Bemari sedang tertidur lelap diatas tubuh macan yang telah mati. Tubuh
macan tersebut berlumuran darah dan terlihat sebuah tongkat rotan menembus
leher macan yang besar itu. Semenjak peristiwa tersebut, Berurung Bemari
mendapat gelar Macan Uwi’ yang
berarti Tongkat Rotan Macan ataupun Penakluk Macan. Dan tongkat rotan yang
ditemukannya kemudian menjadi senjata yang selalu dipergunakannya dalam setiap
peperangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar