Kamis, 18 Januari 2018

AKSARA GHOLIKS


AKSARA GHOLIKS

Aksara Gholiks yang berarti Tulisan Batu merupakan aksara yang terpahatkan pada Batu Sampai di Kabupaten Sanggau. Aksara Gholiks merupakan salah satu dari sisa-sisa peninggalan bangsa Gholiks atau Orang Batu. Untuk sekarang ini, orang Gholiks mayoritas bermukim di Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau. Di Kecamatan Beduai juga terdapat salah satu peninggalan orang Gholiks yaitu sebuah gua yang disebut Gua Thang Raya. Gua itu berlokasi di Desa Thang Raya. Gua Thang Raya merupakan sisa-sisa pemukiman bangsa Gholiks di negeri Thang Raya yang hancur ketika terjadinya letusan Gunung Niut. Gua Thang Raya hingga kini masih terpelihara dengan baik.
Pada pahatan Aksara Gholiks di Batu Sampai, terdapat tulisan dalam bahasa Sangen atau bahasa Sangiang, yang berbunyi “Diing’ d’oo’... Hyaa Kaiinangaxaii zaa’oona’ rhiinayith”. Dalam bahasa Sangen, Diing’ berarti Langit dan Bumi, dan D’oo’ berarti Keduanya, dan menurut keyakinan dalam bahasa Sangen atau Sangiang bahwa kehidupan di alam semesta ini tidak lepas dari hubungan yang harmonis antara Langit dan Bumi. Hubungan tersebut tidak bisa terpisahkan sehingga terdapat kata D’oo’ yang berarti keduanya. Artinya terdapat hubungan timbal balik atau dalam hal ini berarti sebab akibat, yaitu segala sesuatu yang terdapat dibumi ini merupakan pemberian dari Langit sehingga wajib di syukuri oleh semua makhluk yang menghuni Bumi. Langit meminta manusia sebagai makhluk yang diturunkan Langit ke muka bumi, untuk dapat menjaga kelestarian alam dan kehidupan di muka bumi sehingga tetap terpelihara ketentraman dan kedamaian di bumi.
Pada pahatan tulisan atau aksara Gholiks yang kedua di Batu Sampai bertuliskan kalimat “Hyaa Kaiinangaxaii zaa’oona’ rhiinayith” yang dalam bahasa Sangen atau bahasa Sangiang memiliki arti Tuhan Yang Maha Permulaan dan Maha Berkuasa Menciptakan Kehidupan”.
Dalam keyakinan bahasa Sangen atau Sangiang, bahwa Hyaa atau Hyang merupakan nama yang mengacu kepada Zat Tunggal yang mutlak yaitu Ranying Mahatalla Langit atau Tuhan Yang Maha Esa. Ranying Mahatalla Langit telah ada sebelum terciptanya Langit dan Bumi. Selanjutnya Ranying Mahatalla Langit menciptakan alam semesta yaitu Langit dan Bumi, sehingga disebut Yang Maha Permulaan dan Maha Berkuasa Menciptakan Kehidupan.
Makna secara lengkap Diing’ D’oo’ Hyaa Kaiinangaxaii zaa’oona’ rhiinayith adalah tentang pencapaian kehidupan yang abadi bagi manusia yang telah diturunkan ke bumi atau disebut sebagai Batang Haring atau Batang Garing yang berarti Pohon Kehidupan. Pohon Kehidupan ini memiliki makna filosofis yaitu keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam.
Kalimat yang terpahatkan Aksara Gholiks ini secara tegas memberi panduan kepada manusia bahwa meskipun dunia atas dan dunia bawah merupakan dua dunia yang berbeda tetapi keduanya terikat oleh satu kesatuan yang berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Kemudian manusia yang telah tercipta berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tersebut merupakan kelompok besar dari umat manusia dan sebagai buah-buah kehidupan.
Dalam hal berhubungan antara sesama manusia adalah untuk senantiasa menghargai sesama manusia meskipun terdapat perbedaan. Dan hubungan manusia dengan alam adalah sebagai pengingat bahwa bumi merupakan tempat tinggal sementara yang kelak akan ditinggalkan manusia untuk menempati tempat yang abadi yaitu dunia atas, sehingga manusia wajib menjaga kelestarian alam dengan sebaik-baiknya sebagai warisan bagi anak cucuk manusia.
Makna Aksara Gholiks yang terpahat pada Batu Sampai memberi informasi bahwa sejak zaman dahulu masyarakat Kalimantan dalam setiap kehidupannya selalu berhubungan erat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu contohnya adalah dalam pemberian nama raja-raja Kalimantan seperti Rahadyan Bunu, Rahadyan Sangen dan Rahadyan Sangiang merupakan nama dari Langit yang diyakini bahwa pada awal penciptaan bumi ini, Langit menurunkan leluhur mereka bernama Raja Bunu, Raja Sangen dan Raja Sangiang, dan nama-nama dari Langit ini diabadikan kepada nama raja-raja Kalimantan yang diyakini merupakan titisan dari Langit.

Ringkasan buku Aksara Gholiks

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...