Selasa, 14 November 2017

KALIMANTAN DALAM SEJARAH KUNO DUNIA 5

KALIMANTAN DALAM SEJARAH KUNO DUNIA 5

Oliver van Noord, seorang pedagang dari Belanda datang ke negeri Brunei pada tahun 1600 Masehi, mencatat dan membuat peta Tanjungpura dan Lawai. Ia menyatakan bahwa Tanjungpura dan Lawai dikuasai oleh anak Raja Majapahit dari permaisurinya anak Raja Melayu. Anak Raja Majapahit yang bergelar Prabujaya itu menikahi Ratu Lawai setelah suaminya wafat yang bernama Patee Bacinga, yang dahulunya sebagai Miharaja Sarunai.
Sekitar periode tahun 1691 Masehi, serombongan kapal Bangsa Portugis mencoba memasuki wilayah Kalimantan Selatan. Kapal Bangsa Portugis ini berusaha untuk memperoleh kembali pangkalan-pangkalan perdagangan Portugis didaerah tersebut. Mereka menemukan tidak semua pasukan Dangk(‘)raat yang menggunakan pakaian perang dari besi, hanya sebagian kecil kelompok atau orang-orang tertentu saja.
Kebanyakan Bangsa Dangk(‘)raat ini telah menggunakan pakaian dari bahan kulit kayu, bahkan banyak juga yang tidak memakai penutup tubuh. Bahkan mayoritas tidak beralas kaki, sedangkan pada abad-abad sebelumnya Bangsa Portugis melihat Bangsa Dangk(‘)raat selalu menggunakan alas kaki yang terbuat dari anyaman tumbuhan. Usaha Bangsa Portugis untuk merebut pangkalan perdagangannya di Kalimantan Selatan akhirnya gagal setelah seorang padri bernama Ventimiglia terbunuh.
Yamamoto, komandan Kempetai Jepang yang bertugas di Kalimantan Barat ketika periode pendudukan Jepang pada tahun 1941 – 1944 sebelum akhirnya dijatuhkan hukuman mati, sempat menjelaskan bahwa salah satu keberhasilan Jepang menguasai Kalimantan adalah Negara Jepang telah menguasai seluk beluk Kalimantan yang didapatkan dari catatan-catatan kuno Bangsa Jepang. Maka sepanjang periode perang dunia pertama hingga tahun 1941, Negara Jepang telah menyebar intelijen-intelijennya di wilayah Kalimantan, hingga akhirnya tentara Jepang berhasil pertama kali mendarat pada tanggal 11 – 12 Januari 1942 di Tarakan, Kalimantan Timur.
Menurut catatan-catatan kuno Bangsa Jepang bahwa sekitar abad ke 8 M, Kaisar pertama Jepang pernah berperang dengan pasukan dari Kalimantan. Kaisar Jepang pertama pada masa itu bernama Kaisar Jimmu mengirimkan suatu ekspedisi dari Kyushu ke arah timur untuk menguasai negeri-negeri di wilayah timur. Pasukan Kaisar Jepang bertemu dengan pasukan dari Kalimantan di perairan Mindanao dan terjadi peperangan.
Pasukan kaisar Jepang berhasil dipukul mundur oleh pasukan dari Kalimantan hingga ke teluk Mindanao. Ketika di Teluk Mindanao, pasukan Kaisar Jepang semakin terdesak oleh ketangguhan pasukan Kalimantan yang dinyatakan diengkapi dengan pakaian dari besi sehingga sulit dikalahkan. Bahkan pasukan Kalimantan ini dibawah alas kakinya terdapat senjata besi yang mampu menembus batu dan karang sehingga dengan mudah menaiki batu karang.
Teknik berperang pasukan Kalimantan disebut oleh Bangsa Jepang sangat menakutkan, dimana serangan senjatanya sangat gesit mengarah ke leher lawan, sehingga banyak pasukan Kaisar Jepang yang terpenggal kepalanya di wilayah teluk Mindanao. Pasukan Kalimantan pada masa itu dipimpin oleh seorang panglima perang yang disebut sebagai Putera Matahari atau yang bergelar Babariang Langit, putranya Miharaja Rahadyan Dapuntra Yatra.
Pasukan Kaisar Jepang ini akhirnya terpukul mundur dari wilayah perairan Mindano akibat kewalahan menghadapi teknik berperang pasukan Kalimantan. Kekalahan pasukan Kaisar Jepang di perairan Mindanao dilaporkan kepada Kaisar Jimmu, yang sangat marah dan kecewa dengan kekalahan tersebut. Namun Kaisar Jimmu sangat penasaran dengan informasi dari komandan pasukannya bahwa pasukan dari Kalimantan memiliki teknik berperang yang sangat tangguh dan sulit terbaca oleh lawan. Kaisar Jimmu akhirnya mengirim utusan untuk pergi ke Kalimantan guna berdamai dengan pasukan Kalimantan.
Ketika di bumi Kalimantan, utusan Kaisar Jimmu diterima dengan baik oleh penguasa negeri Kalimantan pada masa itu karena bertujuan untuk berdamai. Selama di bumi Kalimantan, utusan Kaisar Jepang banyak mempelajari kehidupan Bangsa Kalimantan. Mereka juga mempelajari teknik berperang Bangsa Kalimantan dengan seorang Panglima Perang bernama Babariang Langit yang mereka gelari sebagai Putera Matahari. Para utusan ini menyaksikan kegesitan pasukan Kalimantan menaiki gunung batu dengan lempengan besi dibawah alas kaki mereka. Utusan Kaisar Jimmu juga menyaksikan bahwa Bangsa Kalimantan memiliki banyak jenis metode tulisan atau aksara. Masing-masing tempat memiliki metode tulisannya masing-masing.
Berdasarkan catatan-catatan kuno Bangsa Jepang inilah yang membuat tentara Jepang dengan mudah menguasai Kalimantan. Nenek moyang Bangsa Jepang telah mengenal terlebih dahulu kehidupan dan seluk beluk orang Kalimantan, sehingga tidak menyulitkan bagi mereka untuk beradaptasi dan menguasai suku-suku di pedalaman Kalimantan pada masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...