KALIMANTAN
DALAM SEJARAH KUNO DUNIA 3
Sekitar tahun 956 Masehi, seorang ahli
sejarah dan geografi dari Arab yang bernama al-Mas’udi menulis tentang
identifikasi wilayah geografis Tampun Roban. Al-Mas’udi telah mengunjungi
berbagai negeri di Asia Tenggara. Pada periode ini Tampun Roban telah disebut
sebagai Tampun Juah. Penyebutan negeri Tampun Roban dengan istilah Tampun Juah
telah dimulai sejak abad ke-5 Masehi.
Pada tahun 1154 Masehi, salah seorang
geografer Arab yang bernama al-Idrisi mengumpulkan informasi tentang Samudera
Hindia dan wilayah Timur Jauh, termasuk Tampun Roban dari para pedagang dan
penjelajah Arab yang mewarisi informasi geografi klasik dan peta dunia yang
paling akurat pada waktu itu. Berdasarkan informasi-informasi tersebut,
al-Idrisi menggambar ulang peta dunia yang kemudian diserahkannya kepada Raja
Normandy, Roger II dari Sisilia. Peta yang digambar oleh al-Idrisi ini kemudian
menjadi peta dunia yang paling akurat untuk tiga abad berikutnya. Peta yang
ditulis dalam bahasa Arab itu memuat informasi-informasi dan komentar-komentar
dari para pedagang dan para penjelajah Arab.
Dalam informasi-informasi dan
komentar-komentar tersebut terdapat penjelasan tentang kondisi negeri-negeri di
wilayah Asia Tenggara, dan salah satunya adalah tentang Tampun Juah yang
merupakan penyebutan untuk Tampun Roban, yang disebutkan sebagai negeri lumbung
energi dan banyak menghasilkan kamfer, lilin dan sarang burung walet.
Informasi-informasi dan komentar-komentar
tersebut juga menyebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, Tampun Roban atau Tampun
Juah telah mengatur sistim pemerintahan dengan beberapa gelar jabatan
negerinya, yaitu :
1.
Miharaja, adalah penyebutan penguasa pusat negeri Tampun Roban atau Tampun
Juah. Gelar Miharajanya adalah Rahadyan, sedangkan ratu atau permaisurinya
disebut Miharatu dengan gelar Prameswari.
2.
Anak-anak raja atau putra mahkota ataupun pangeran bergelar Urya atau Arya.
3.
Dibawah Miharaja terdapat beberapa raja dengan gelar Patee dan Radyan.
Patee menguasai negeri diwilayah daratan, sedangkan Radyan menguasai negeri
wilayah air atau lautan.
4.
Dibawah Patee dan Radyan terdapat penguasa wilayah yang bergelar Demung
atau Demong dan Kiyai. Demung bertanggungjawab terhadap wilayah daratan, dan
Kiyai bertanggungjawab terhadap wilayah air atau lautan.
5.
Demung dan Kiyai membawahi beberapa jabatan yaitu Tamanggung atau
Temenggung, Kanduran dan Rangga.
6.
Bidang pertahanan dan keamanan, jabatan tertingginya bergelar Pangkal Lima
atau Panglima.
7.
Pangkal Lima atau Panglima membawahi beberapa jabatan yaitu Cinga’ atau
Singa, Ria, Macan dan Jaga.
8.
Bidang hukum dan pengadilan adat serta agama, jabatan tertingginya bergelar
Mangku dan membawahi beberapa jabatan yaitu Ngabeh atau Ngabehi ataupun Mas
Ngabehi dan Dambung.
Dalam
catatan-catatan kuno para penjelajah dan pedagang, menyebut Tampun Roban atau
Tampun Juah dengan sebutan Warunadwipa
yang artinya pulau Dewa Laut. Pulau ini dikatakan banyak menyimpan harta karun.
Dalam berita-berita China atau T’ai P’ing
Huan Yu Chi disebut dengan nama Chin
Li P’i Shih, atau yang berarti Nusa
Kencana atau P’ulo Chung atau Pulau Hujung Tanah. Para pedagang
biasanya juga melakukan barter dengan para penduduk, dan mereka mendapatkan
guci-guci keramik yang bernilai sangat tinggi. Disebutkan juga bahwa para
penduduknya telah lama mengenal sistim baca tulis atau aksara, yang dikatakan
begitu banyak jenisnya tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar