Kamis, 09 November 2017

KALIMANTAN DALAM SEJARAH KUNO DUNIA 3

KALIMANTAN DALAM SEJARAH KUNO DUNIA 3

Sekitar tahun 956 Masehi, seorang ahli sejarah dan geografi dari Arab yang bernama al-Mas’udi menulis tentang identifikasi wilayah geografis Tampun Roban. Al-Mas’udi telah mengunjungi berbagai negeri di Asia Tenggara. Pada periode ini Tampun Roban telah disebut sebagai Tampun Juah. Penyebutan negeri Tampun Roban dengan istilah Tampun Juah telah dimulai sejak abad ke-5 Masehi.
Pada tahun 1154 Masehi, salah seorang geografer Arab yang bernama al-Idrisi mengumpulkan informasi tentang Samudera Hindia dan wilayah Timur Jauh, termasuk Tampun Roban dari para pedagang dan penjelajah Arab yang mewarisi informasi geografi klasik dan peta dunia yang paling akurat pada waktu itu. Berdasarkan informasi-informasi tersebut, al-Idrisi menggambar ulang peta dunia yang kemudian diserahkannya kepada Raja Normandy, Roger II dari Sisilia. Peta yang digambar oleh al-Idrisi ini kemudian menjadi peta dunia yang paling akurat untuk tiga abad berikutnya. Peta yang ditulis dalam bahasa Arab itu memuat informasi-informasi dan komentar-komentar dari para pedagang dan para penjelajah Arab.
Dalam informasi-informasi dan komentar-komentar tersebut terdapat penjelasan tentang kondisi negeri-negeri di wilayah Asia Tenggara, dan salah satunya adalah tentang Tampun Juah yang merupakan penyebutan untuk Tampun Roban, yang disebutkan sebagai negeri lumbung energi dan banyak menghasilkan kamfer, lilin dan sarang burung walet.
Informasi-informasi dan komentar-komentar tersebut juga menyebutkan bahwa pada abad ke-5 Masehi, Tampun Roban atau Tampun Juah telah mengatur sistim pemerintahan dengan beberapa gelar jabatan negerinya, yaitu :
1.         Miharaja, adalah penyebutan penguasa pusat negeri Tampun Roban atau Tampun Juah. Gelar Miharajanya adalah Rahadyan, sedangkan ratu atau permaisurinya disebut Miharatu dengan gelar Prameswari.
2.         Anak-anak raja atau putra mahkota ataupun pangeran bergelar Urya atau Arya.
3.         Dibawah Miharaja terdapat beberapa raja dengan gelar Patee dan Radyan. Patee menguasai negeri diwilayah daratan, sedangkan Radyan menguasai negeri wilayah air atau lautan.
4.         Dibawah Patee dan Radyan terdapat penguasa wilayah yang bergelar Demung atau Demong dan Kiyai. Demung bertanggungjawab terhadap wilayah daratan, dan Kiyai bertanggungjawab terhadap wilayah air atau lautan.
5.         Demung dan Kiyai membawahi beberapa jabatan yaitu Tamanggung atau Temenggung, Kanduran dan Rangga.
6.         Bidang pertahanan dan keamanan, jabatan tertingginya bergelar Pangkal Lima atau Panglima.
7.         Pangkal Lima atau Panglima membawahi beberapa jabatan yaitu Cinga’ atau Singa, Ria, Macan dan Jaga.
8.         Bidang hukum dan pengadilan adat serta agama, jabatan tertingginya bergelar Mangku dan membawahi beberapa jabatan yaitu Ngabeh atau Ngabehi ataupun Mas Ngabehi dan Dambung.

Dalam catatan-catatan kuno para penjelajah dan pedagang, menyebut Tampun Roban atau Tampun Juah dengan sebutan Warunadwipa yang artinya pulau Dewa Laut. Pulau ini dikatakan banyak menyimpan harta karun. Dalam berita-berita China atau T’ai P’ing Huan Yu Chi disebut dengan nama Chin Li P’i Shih, atau yang berarti Nusa Kencana atau P’ulo Chung atau Pulau Hujung Tanah. Para pedagang biasanya juga melakukan barter dengan para penduduk, dan mereka mendapatkan guci-guci keramik yang bernilai sangat tinggi. Disebutkan juga bahwa para penduduknya telah lama mengenal sistim baca tulis atau aksara, yang dikatakan begitu banyak jenisnya tersebut.


Ringkasan Buku Nan Sarunai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...