Jumat, 10 April 2020

ASAL MUASAL MELAYU


ASAL MUASAL MELAYU
--- ASAL MUASAL ZAPIN MELAYU ---
Tomi, S.Pd.,M.E.

Asal muasal Melayu berasal dari kata Malaya, dan permulaannya muncul yaitu dalam Prasasti Yupa Kutai dengan nomor Invetaris D 175 atau Prasasti Muarakaman V. Dalam Prasasti itu disebutkan adanya upacara persembahan di pegunungan tinggi (Parwatam) sebagai tempat permulaan Negeri (Pamalaya).
Jadi dalam Prasasti Muarakaman V atau Prasasti Yupa Kutai nomor D 175 tersebut telah jelas disebutkan bahwa nama negeri tempat pelaksanaan Persembahan di pegunungan yang tinggi atau Parwatam adalah Pamalaya, meskipun kemudian Prasasti tersebut disebut Prasasti Kutai karena ditemukan di Kutai. Berdasarkan Prasasti ini maka permulaan istilah Malaya atau Melayu muncul dalam Prasasti Yupa Kutai dan pada kawasan ditemukannya Prasasti tersebut.
Makna yang terkandung dalam Prasasti Yupa Kutai merupakan hasil terjemahan dari JG. de Casparis, yang merujuk pada Kroniks Fa Hsien, yaitu catatan salah seorang Pendeta Buddha berbangsa China yang melakukan perjalanan ke Varuna Dvipa (Pulau Dewa Laut / Kalimantan) tahun 399-414 Masehi. Artinya bahwa perkiraan tahun keberadaan Prasasti Yupa Kutai ini disebutkan sekitar 400 Masehi belum sepenuhnya dilakukan kajian sejarah yang mendalam, karena bisa jadi bahwa keberadaan Prasasti Yupa Kutai ini lebih tua dari tahun 400 Masehi yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, merujuk pada pendapat JG. de Casparis, yaitu melihat dari ciri-ciri gaya penulisannya, ia menamakan aksara Kutai ini sebaga Early Pallawa atau Pallawa Tua yang diperkirakan berasal sekitar tahun 400 M atau setengah abad sebelumnya. Pendapat de Casparis ini belum menghitung masa keberadaan Kudungga dan Aswawarman.
Berdasarkan Arca Perunggu yang ditemukan di Kota Bangun, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, bahwa keberadaan pemerintahan di kawasan ini telah ada sejak abad ke-2 Masehi. Arca ini tersimpan di Paris, dan disebutkan sebagai peninggalan abad ke-2 Masehi. Kota Bangun merupakan sebuah daerah yang memiliki sejarah peradaban lama. Kawasan ini dalam sejarahnya adalah bekas wilayah Kerajaan Sri Bangun dengan Rajanya yang paling terkenal bernama “Qeva”, atau jika dibaca untuk sekarang ini adalah “Siwa”.
Arca ini disebutkan dalam bentuk ritual Pardavam Pamala Pallava Palva. Sebutan yang sama dalam ritual yang tertulis dalam Prasasti Yupa Kutai dan Batu Pahat Sekadau. Artinya, keberadaan Arca ini pada lokasi yang sama di kawasan Kutai sebagai salah satu “Pembantah” bahwa Prasasti Yupa Kutai merupakan peninggalan abad ke-4 Masehi, tetapi lebih tua dari itu, yang setara dengan permulaan Masehi, bahkan sepertinya jauh sebelum Masehi.
Pallava atau Pallawa yang menjadi bentuk Aksara yang terpahatkan pada Prasasti Yupa Kutai, jika merujuk pada sejarah tentang Pallava atau Pallawa itu sendiri disebutkan berasal dari Dinasti Pallawa yang baru muncul pada abad ke-4 Masehi. Bagaimana mungkin Dinasti yang baru muncul pada abad ke-4 bisa langsung menyebar peradabannya pada masa yang sama di Kalimantan.
Dinasti Pallava atau Pallawa adalah dinasti Tamil di India Selatan yang memerintah di wilayah Tamil Nadu utara dan wilayah Andhra Pradesh selatan, dengan ibu kotanya terletak di Kanchipuram pada abad ke-4 hingga 9 Masehi. Kaum kerabat Pallava berasal dari komunitas Kuruba atau Kurumba. Pada mulanya menghuni di wilayah Guntur di Andhra Pradesh. Kawasan ini kini masih dirujuk sebagai Palnadu atau Pallava Nadu.
Perkataan "Pallava" berarti “Persia”, karena disebutkan bahwa dinasti ini asal usulnya adalah orang Persia yang membentuk dinasti di Tamil Nadu. Pada riwayat lainnya disebutkan bahwa “Pallava” berarti cabang. Karena lokasi negerinya di gugusan pegunungan tinggi pada percabangan dua perairan besar. Sedangkan pada riwayat lainnya lagi disebutkan bahwa “Pallava” atau “Palva” berarti “Berpuasa pada masa Purnama”.
Kemudian dalam sejarah lainnya, kata Pallava juga pernah diucapkan oleh Maha Patih Gajah Mada dalam sumpahnya yang akan menyatukan Nusantara. Pada tahun 1334 Masehi, Gajah Mada dinobatkan sebagai Maha Patih Wilwatikta. Ketika penobatannya menjadi Maha Patih Wilwatikta, Gajah Mada dengan mengangkat Keris Pusaka bernama Surya Penuluh milik Kertarajasa Jayawardhana, pendiri Kerajaan Majapahit yang ia dapatkan dari pemberian Putra Jaya, Raja Tanjung Pura, mengangkat sumpah bakti dan kesetiaan kepada Wilwatikta.
Dalam sumpahnya, Gajah Mada menyatakan untuk mempersatukan Nusantara dibawah naungan Wilwatikta. Sumpah ini dikenal dengan Sumpah Amukti Pallava. Sumpah Gajah Mada itu sangat menggemparkan. Disebut Amukti Pallava karena merupakan kata-kata yang menjadi penekanan utama dalam sumpahnya yang bermakna berhenti berpuasa. Artinya kata Pallava dalam sumpah Gajah Mada ini bermakna Puasa. Makna yang sama dengan dasar makna dari kata Pallava yang telah diuraikan sebelumnya.
Tekad Gajah Mada yang begitu lantang menyampaikan akan berhenti berpuasa jika telah berhasil mempersatukan Nusantara, mengisyaratkan bahwa kehidupan Gajah Mada sudah terbiasa dengan perilaku berpuasa ini yang merupakan rutinitas ibadah suci orang Pallava. Hal ini juga menunjukkan bahwa Gajah Mada ini berasal dari Dinasti Pallava. Dan pada masa itu Dinasti Pallava merupakan salah satu dinasti yang telah tersebar di berbagai penjuru dunia, sehingga dengan mudah Gajah Mada menyatukan Nusantara.
Berdasarkan catatan Thomas Bowrey, yaitu seorang pedagang Inggris, yang pada tahun 1701 menyusun kamus Melayu ke Inggris pertama, menggambarkan peta penyebaran asal mula bahasa Melayu adalah bermula dari Kalimantan. Jika dilihat pada peta yang telah dibuat oleh Bowrey maka asal mula bahasa Melayu berasal dari kawasan keberadaan pahatan Akasara di Batu Sampai Sanggau dan Batu Pahat Sekadau, yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Prasasti Yupa Kutai adalah rekam sejarah pada masa dahulu. Prasasti Yupa Kutai merupakan Transkrip Purbakala yang telah diakui keotentikannya dalam menjelaskan situasi peradaban masyarakat Nusantara pada masa dahulu. Prasasti Yupa Kutai adalah sumber tertulis tertua di Nusantara. Artinya sebagai Kerajaan tertua di Nusantara, maka Kerajaan Kutai merupakan sumber awal proses peradaban sejarah dan kebudayaan di Nusantara.
Bukankah demikian? Setiap yang tertua, tentunya akan mempengaruhi proses perkembangan baik bentuk, ciri dan perilaku bagi mereka-mereka yang lebih muda. Karena mustahil jika yang muda-muda membawa pengaruh kepada yang lebih tua. Sehingga setiap yang ada di Nusantara ini adalah hasil dari pengaruh peradaban Sejarah dan Kebudayaan tertua di Nusantara yang dalam hal ini adalah Kerajaan Kutai yang telah diakui sebagai Kerajaan tertua di Nusantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...