ASAL MUASAL MELAYU
--- ASAL MUASAL ZAPIN MELAYU ---
Tomi, S.Pd.,M.E.
Asal muasal Melayu berasal dari
kata Malaya, dan permulaannya muncul yaitu dalam Prasasti Yupa Kutai dengan
nomor Invetaris D 175 atau Prasasti Muarakaman V. Dalam Prasasti itu disebutkan adanya upacara persembahan
di pegunungan tinggi (Parwatam) sebagai tempat permulaan Negeri (Pamalaya).
Jadi dalam Prasasti Muarakaman V atau Prasasti Yupa Kutai
nomor D 175 tersebut telah jelas disebutkan bahwa nama negeri tempat
pelaksanaan Persembahan di pegunungan yang tinggi atau Parwatam adalah
Pamalaya, meskipun kemudian Prasasti tersebut disebut Prasasti Kutai karena
ditemukan di Kutai. Berdasarkan Prasasti ini maka permulaan istilah Malaya atau
Melayu muncul dalam Prasasti Yupa Kutai dan pada kawasan ditemukannya Prasasti
tersebut.
Makna yang terkandung dalam Prasasti Yupa Kutai merupakan
hasil terjemahan dari JG. de Casparis, yang merujuk pada Kroniks Fa Hsien,
yaitu catatan salah seorang Pendeta Buddha berbangsa China yang melakukan perjalanan
ke Varuna Dvipa (Pulau Dewa Laut / Kalimantan) tahun 399-414 Masehi. Artinya
bahwa perkiraan tahun keberadaan Prasasti Yupa Kutai ini disebutkan sekitar 400
Masehi belum sepenuhnya dilakukan kajian sejarah yang mendalam, karena bisa
jadi bahwa keberadaan Prasasti Yupa Kutai ini lebih tua dari tahun 400 Masehi
yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, merujuk pada pendapat JG. de Casparis, yaitu
melihat dari ciri-ciri gaya penulisannya, ia menamakan aksara Kutai ini sebaga
Early Pallawa atau Pallawa Tua yang diperkirakan berasal sekitar tahun 400 M atau
setengah abad sebelumnya. Pendapat de Casparis ini belum menghitung masa
keberadaan Kudungga dan Aswawarman.
Berdasarkan Arca Perunggu yang
ditemukan di Kota Bangun, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, bahwa keberadaan
pemerintahan di kawasan ini telah ada sejak abad ke-2 Masehi. Arca ini
tersimpan di Paris, dan disebutkan sebagai peninggalan abad ke-2 Masehi. Kota
Bangun merupakan sebuah daerah yang memiliki sejarah peradaban lama. Kawasan
ini dalam sejarahnya adalah bekas wilayah Kerajaan Sri Bangun dengan Rajanya
yang paling terkenal bernama “Qeva”, atau jika dibaca untuk sekarang ini adalah
“Siwa”.
Arca ini disebutkan dalam bentuk
ritual Pardavam Pamala Pallava Palva. Sebutan yang sama dalam ritual yang tertulis
dalam Prasasti Yupa Kutai dan Batu Pahat Sekadau. Artinya, keberadaan Arca ini
pada lokasi yang sama di kawasan Kutai sebagai salah satu “Pembantah” bahwa
Prasasti Yupa Kutai merupakan peninggalan abad ke-4 Masehi, tetapi lebih tua
dari itu, yang setara dengan permulaan Masehi, bahkan sepertinya jauh sebelum
Masehi.
Pallava atau Pallawa yang menjadi
bentuk Aksara yang terpahatkan pada Prasasti Yupa Kutai, jika merujuk pada sejarah tentang
Pallava atau Pallawa itu sendiri disebutkan berasal dari Dinasti Pallawa yang
baru muncul pada abad ke-4 Masehi. Bagaimana mungkin Dinasti yang baru muncul
pada abad ke-4 bisa langsung menyebar peradabannya pada masa yang sama di
Kalimantan.
Dinasti Pallava atau Pallawa adalah
dinasti Tamil di India Selatan yang memerintah di wilayah Tamil Nadu utara dan
wilayah Andhra Pradesh selatan, dengan ibu kotanya terletak di Kanchipuram pada
abad ke-4 hingga 9 Masehi. Kaum kerabat Pallava berasal dari komunitas Kuruba
atau Kurumba. Pada mulanya menghuni di wilayah Guntur di Andhra Pradesh.
Kawasan ini kini masih dirujuk sebagai Palnadu atau Pallava Nadu.
Perkataan "Pallava"
berarti “Persia”, karena disebutkan bahwa dinasti ini asal usulnya adalah orang
Persia yang membentuk dinasti di Tamil Nadu. Pada riwayat lainnya disebutkan
bahwa “Pallava” berarti cabang. Karena lokasi negerinya di gugusan pegunungan
tinggi pada percabangan dua perairan besar. Sedangkan pada riwayat lainnya lagi
disebutkan bahwa “Pallava” atau “Palva” berarti “Berpuasa pada masa Purnama”.
Kemudian dalam sejarah lainnya,
kata Pallava juga pernah diucapkan oleh Maha Patih Gajah Mada dalam sumpahnya
yang akan menyatukan Nusantara. Pada
tahun 1334 Masehi, Gajah Mada dinobatkan
sebagai Maha Patih Wilwatikta. Ketika
penobatannya menjadi Maha Patih Wilwatikta, Gajah Mada dengan mengangkat Keris Pusaka bernama Surya
Penuluh milik Kertarajasa
Jayawardhana, pendiri Kerajaan Majapahit yang ia
dapatkan dari pemberian Putra Jaya, Raja Tanjung Pura, mengangkat sumpah bakti dan kesetiaan kepada Wilwatikta.
Dalam
sumpahnya, Gajah Mada menyatakan untuk mempersatukan Nusantara dibawah naungan
Wilwatikta. Sumpah ini dikenal dengan
Sumpah Amukti Pallava. Sumpah Gajah Mada itu sangat menggemparkan. Disebut Amukti Pallava karena merupakan kata-kata yang
menjadi penekanan utama dalam sumpahnya yang bermakna berhenti berpuasa.
Artinya kata Pallava dalam sumpah Gajah Mada ini bermakna Puasa. Makna yang
sama dengan dasar makna dari kata Pallava yang telah diuraikan sebelumnya.
Tekad
Gajah Mada yang begitu lantang menyampaikan akan berhenti berpuasa jika telah
berhasil mempersatukan Nusantara, mengisyaratkan bahwa kehidupan Gajah Mada
sudah terbiasa dengan perilaku berpuasa ini yang merupakan rutinitas ibadah
suci orang Pallava. Hal ini juga menunjukkan bahwa Gajah Mada ini berasal dari
Dinasti Pallava. Dan pada masa itu Dinasti Pallava merupakan salah satu dinasti
yang telah tersebar di berbagai penjuru dunia, sehingga dengan mudah Gajah Mada
menyatukan Nusantara.
Berdasarkan catatan Thomas Bowrey,
yaitu seorang pedagang Inggris, yang pada tahun 1701 menyusun kamus Melayu ke
Inggris pertama, menggambarkan peta penyebaran asal mula bahasa Melayu adalah
bermula dari Kalimantan. Jika dilihat pada peta yang telah dibuat oleh Bowrey
maka asal mula bahasa Melayu berasal dari kawasan keberadaan pahatan Akasara di
Batu Sampai Sanggau dan Batu Pahat Sekadau, yang kemudian menyebar ke berbagai
penjuru dunia.
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa Prasasti
Yupa Kutai adalah rekam sejarah pada masa dahulu. Prasasti Yupa Kutai merupakan
Transkrip Purbakala yang telah diakui keotentikannya dalam menjelaskan situasi
peradaban masyarakat Nusantara pada masa dahulu. Prasasti Yupa Kutai adalah
sumber tertulis tertua di Nusantara. Artinya sebagai Kerajaan tertua di Nusantara, maka
Kerajaan Kutai merupakan sumber awal proses peradaban sejarah dan kebudayaan di
Nusantara.
Bukankah demikian?
Setiap yang tertua, tentunya akan mempengaruhi proses perkembangan baik bentuk,
ciri dan perilaku bagi mereka-mereka yang lebih muda. Karena mustahil jika yang
muda-muda membawa pengaruh kepada yang lebih tua. Sehingga setiap yang ada di
Nusantara ini adalah hasil dari pengaruh peradaban Sejarah dan Kebudayaan
tertua di Nusantara yang dalam hal ini adalah Kerajaan Kutai yang telah diakui
sebagai Kerajaan tertua di Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar