Jumat, 25 Oktober 2019

Mitos Layengka di Mungguk Keramat Sanggau


MITOS LAYENGKA
DI MUNGGUK KERAMAT SANGGAU

Di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, terdapat sebuah kawasan yang memiliki misteri bernama Mungguk Keramat di Kampung Sebemban Kabupaten Sanggau. Bagi penduduk setempat, kawasan ini dianggap sebagai tempat keramat. Karena sering memperlihatkan fenomena-fenomena aneh pada waktu-waktu tertentu.
Di Mungguk Keramat ini terdapat sejenis altar batu besar kuno. Altar batu besar tersebut membentuk simbol yang memiliki kemiripan dengan simbol kuno Horus.  Simbol Horus secara gambaran kuno selalu digambarkan sebagai manusia yang berkepala burung, dan simbol ini identik pada kepercayaan Agama Nasrani. Hal tersebut tergambar pada bentuk desain kota Vatikan yang merupakan kota suci Umat Nasrani.
Adanya fenomena-fenomena aneh yang penuh misteri pada kawasan Mungguk Keramat ini juga dihubungkan dengan keberadaan mitos negeri Layengka yang disebutkan sebagai negeri tempat orang-orang gaib. Negeri ini dikisahkan sebagai negeri yang tertutupi kabut tebal, namu ada juga yang menyebutnya sebagai negeri di atas awan karena posisi negerinya yang berada di puncak mungguk yang tertutupi kabut. Selain itu ada juga yang mengisahkan bahwa negeri Layengka ini adalah negeri gaib yang tertutupi abu gelap sehingga disebut negeri Abu Gelap. Negeri ini tidak terlihat oleh mata, namun sering terdengar bunyi aktivitas masyarakat dan suara binatang-binatang ternak di kawasan misteri ini.
Secara mitosnya, Layengka merupakan sebuah negeri yang diduga menghilang setelah terjadinya letusan gunung berapi secara serentak di muka bumi pada periode tahun 934-930 Sebelum Masehi. Sebelum periode ini, pulau Kalimantan masih menyatu dengan pulau Sulawesi, pulau Jawa, pulau Sumatera, Benua Asia dan Australia. Akibat letusan gunung berapi itu, sehingga memisahkan daratan di asia dan eropa. Termasuk memisahkan daratan Kalimantan dengan Sulawesi, Jawa dan Sumatera. Bahkan menciptakan keretakan kerak bumi yang kemudian terciptalah segitiga bermuda, termasuk pada kawasan segitiga bermuda di wilayah perairan pulau Majene dan pulau Bawean.
Negeri Layengka dikisahkan juga sebagai Negeri Kayangan atau Negeri diatas awan karena lokasi negerinya yang tertutup kabut atau berada di puncak tertinggi pegunungan pada masa itu. Layengka dipimpin oleh seorang ratu yang disebutkan bergelar Ratu Layengka, atau ada yang menyebutnya sebagai “The Queen of San” atau “Ratu Matahari”. Negeri ini menyembah matahari, dan memuja Dewa Horus dengan simbol segitiga dan terdapat simbol mata didalamnya.
Negeri Layengka dikisahkan telah membangun negerinya dari kecil hingga negeri tersebut besar, dan sangat besar. Negeri yang berhasil menjadikan lautan menjadi daratan. Bangsanya diberi anugerah kemampuan telepati sehingga setiap usahanya hanya mengandalkan kemampuan telepatinya. Ketika pada masa sekarang, dunia barat diributkan oleh kehadiran Alien di bumi, maka Bangsa di Negeri Layengka dikisahkan telah melakukan hubungan ribuan tahun yang lalu dengan berbagai makhluk di luar bumi yang tersebar di tujuh lapis langit ini. Kemajuan teknologi pada masa ini, belum setara dengan kemajuan teknologi Bangsa di Negeri Layengka ini. Ketika terjadinya letusan gunung berapi di bumi, Negeri Layengka tertutupi abu vulkanik sehingga kemudian disebut sebagai Negeri Abu Gelap yang kemudian menghilang secara misterius namun kadangkala terdengar suara hiruk pikuk aktivitas masyarakat pada sebuah negeri.
Dalam mitos lainnya, Negeri Layengka ini disebutkan sebagai Negeri Tullah Benua atau disebut juga Negeri Banua Raya, yang keberadaannya sezaman dengan kejayaan Negeri Thang Raya yang juga ikut hancur pada periode meletusnya gunung berapi tersebut. Dan Altar kuno yang terdapat pada mungguk Keramat diidentikkan sebagai Pintu Ruang dan Waktu yang dapat membuka tabir Waktu yang telah lalu ataupun Waktu yang akan datang, termasuk alat komunikasi dengan bumi lainnya yang bertebaran di tujuh lapis langit.
Meskipun secara ilmiahnya bahwa bentuk dari altar batu di Mungguk Keramat memiliki kemiripan dengan temuan batu Dolmen di Kelabit Serawak Selatan dan batu Dolmen di Bahau, yang merupakan tempat penguburan kuno pada masa Megalitikum. Pada tempat penguburan kuno tersebut terdapat tempayan atau kendi besar dari batu sebagai tempat menyimpan jasad manusia yang telah mati. Dan ini merupakan ciri khas dari peninggalan peradaban pada masa Megalitikum di Kalimantan.
Mungguk Keramat di Kabupaten Sanggau ini juga memiliki kisah historis, yaitu ketika masa Kerajaan Sanggau terjadi perlawanan rakyat Sanggau terhadap penjajah Belanda pada tahun 1816 – 1821 Masehi dan tahun 1830 – 1833 Masehi. Perlawanan rakyat Sanggau pada masa itu menciptakan perang terbuka dengan penjajah Belanda yang berakibat banyaknya masyarakat Sanggau yang Syahid membela Marwah Negerinya.
Pada masa itu, Mungguk Keramat dipergunakan oleh Pasak Sanggau dari Jalur Emas / Mas Sanggau untuk menembakkan Lela atau Meriam Kecil guna memberikan sinyal atau isyarat kepada masyarakat Sanggau yang tersebar diseluruh pelosok negeri untuk melakukan perlawanan secara serentak kepada penjajah Belanda.
Posisi puncak Mungguk Keramat yang sangat strategis dengan kondisi tempatnya yang dapat melihat berbagai kawasan yang jauh tanpa terhalang apa pun, dipergunakan oleh kelompok Pasak Mas Sanggau untuk menembakkan Lela guna media komunikasi rahasia kepada pejuang-pejuang lainnya. Lela dibunyikan dengan irama tertentu yang mengandung kode-kode atau isyarat rahasia yang tidak diketahui oleh penjajah Belanda, sehingga mereka mengira bahwa itu adalah bunyi guntur dilangit.
Lela tersebut dibunyikan pada puncak di Mungguk Keramat tersebut hingga terdengar jawaban bunyi Lela di berbagai tempat lainnya yang sangat jauh jaraknya. Setelah terdengar jawaban, maka mereka saling berkomunikasi untuk menyampaikan pesan perang terbuka secara serentak terhadap penjajah Belanda. Sehingga kemudian bergeloralah perang terbuka dengan penjajah Belanda pada masa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...