MITOS LAYENGKA
DI MUNGGUK KERAMAT SANGGAU
Di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, terdapat sebuah kawasan
yang memiliki misteri bernama Mungguk Keramat di Kampung Sebemban Kabupaten
Sanggau. Bagi penduduk setempat, kawasan ini dianggap sebagai tempat keramat.
Karena sering memperlihatkan fenomena-fenomena aneh pada waktu-waktu tertentu.
Di Mungguk Keramat ini terdapat sejenis altar batu besar kuno.
Altar batu besar tersebut membentuk simbol yang memiliki kemiripan dengan simbol
kuno Horus. Simbol Horus secara gambaran kuno selalu digambarkan sebagai manusia
yang berkepala burung, dan simbol ini identik pada kepercayaan Agama Nasrani. Hal tersebut
tergambar pada bentuk desain kota Vatikan yang merupakan kota suci Umat Nasrani.
Adanya fenomena-fenomena aneh yang penuh misteri pada kawasan
Mungguk Keramat ini juga dihubungkan dengan keberadaan mitos negeri Layengka
yang disebutkan sebagai negeri tempat orang-orang gaib. Negeri ini dikisahkan
sebagai negeri yang tertutupi kabut tebal, namu ada juga yang menyebutnya
sebagai negeri di atas awan karena posisi negerinya yang berada di puncak
mungguk yang tertutupi kabut. Selain itu ada juga yang mengisahkan bahwa negeri
Layengka ini adalah negeri gaib yang tertutupi abu gelap sehingga disebut
negeri Abu Gelap. Negeri ini tidak terlihat oleh mata, namun sering terdengar
bunyi aktivitas masyarakat dan suara binatang-binatang ternak di kawasan
misteri ini.
Secara mitosnya, Layengka merupakan sebuah negeri yang diduga
menghilang setelah terjadinya letusan gunung berapi secara serentak di muka
bumi pada periode tahun 934-930 Sebelum Masehi. Sebelum periode ini, pulau
Kalimantan masih menyatu dengan pulau Sulawesi, pulau Jawa, pulau Sumatera,
Benua Asia dan Australia. Akibat letusan gunung berapi itu, sehingga memisahkan
daratan di asia dan eropa. Termasuk memisahkan daratan Kalimantan dengan
Sulawesi, Jawa dan Sumatera. Bahkan menciptakan keretakan kerak bumi yang
kemudian terciptalah segitiga bermuda, termasuk pada kawasan segitiga bermuda di
wilayah perairan pulau Majene dan pulau Bawean.
Negeri Layengka dikisahkan juga sebagai Negeri Kayangan atau
Negeri diatas awan karena lokasi negerinya yang tertutup kabut atau berada di
puncak tertinggi pegunungan pada masa itu. Layengka dipimpin oleh seorang ratu
yang disebutkan bergelar Ratu Layengka, atau ada yang menyebutnya sebagai “The
Queen of San” atau “Ratu Matahari”. Negeri ini menyembah matahari, dan memuja
Dewa Horus dengan simbol segitiga dan terdapat simbol mata didalamnya.
Negeri Layengka dikisahkan telah membangun negerinya dari kecil hingga negeri tersebut besar, dan sangat
besar. Negeri yang berhasil menjadikan lautan menjadi daratan. Bangsanya diberi
anugerah kemampuan telepati sehingga setiap usahanya hanya mengandalkan
kemampuan telepatinya. Ketika pada masa sekarang, dunia barat diributkan oleh
kehadiran Alien di bumi, maka Bangsa di Negeri Layengka dikisahkan telah
melakukan hubungan ribuan tahun yang lalu dengan berbagai makhluk di luar bumi
yang tersebar di tujuh lapis langit ini. Kemajuan teknologi pada masa ini,
belum setara dengan kemajuan teknologi Bangsa di Negeri Layengka ini. Ketika terjadinya letusan gunung
berapi di bumi, Negeri Layengka tertutupi abu vulkanik sehingga kemudian
disebut sebagai Negeri Abu Gelap yang kemudian menghilang secara misterius
namun kadangkala terdengar suara hiruk pikuk aktivitas masyarakat pada sebuah
negeri.
Dalam mitos lainnya, Negeri Layengka ini disebutkan sebagai
Negeri Tullah Benua atau disebut juga Negeri Banua Raya, yang keberadaannya
sezaman dengan kejayaan Negeri Thang Raya yang juga ikut hancur pada periode
meletusnya gunung berapi tersebut. Dan Altar kuno yang
terdapat pada mungguk Keramat diidentikkan sebagai Pintu Ruang dan Waktu yang dapat
membuka tabir Waktu yang telah lalu ataupun Waktu yang akan datang, termasuk
alat komunikasi dengan bumi lainnya yang bertebaran di tujuh lapis langit.
Meskipun secara ilmiahnya bahwa bentuk dari altar batu di
Mungguk Keramat memiliki kemiripan dengan temuan batu Dolmen di Kelabit Serawak
Selatan dan batu Dolmen di Bahau, yang merupakan tempat penguburan kuno pada
masa Megalitikum. Pada tempat penguburan kuno tersebut terdapat tempayan atau
kendi besar dari batu sebagai tempat menyimpan jasad manusia yang telah mati.
Dan ini merupakan ciri khas dari peninggalan peradaban pada masa Megalitikum di
Kalimantan.
Mungguk Keramat di Kabupaten Sanggau ini juga memiliki kisah
historis, yaitu ketika masa Kerajaan Sanggau terjadi perlawanan rakyat Sanggau
terhadap penjajah Belanda pada tahun 1816 – 1821 Masehi dan tahun 1830 – 1833 Masehi.
Perlawanan rakyat Sanggau pada masa itu menciptakan perang terbuka dengan
penjajah Belanda yang berakibat banyaknya masyarakat Sanggau yang Syahid
membela Marwah Negerinya.
Pada masa itu, Mungguk Keramat dipergunakan oleh Pasak
Sanggau dari Jalur Emas / Mas Sanggau untuk menembakkan Lela atau Meriam Kecil
guna memberikan sinyal atau isyarat kepada masyarakat Sanggau yang tersebar
diseluruh pelosok negeri untuk melakukan perlawanan secara serentak kepada
penjajah Belanda.
Posisi puncak Mungguk Keramat yang sangat strategis dengan
kondisi tempatnya yang dapat melihat berbagai kawasan yang jauh tanpa terhalang
apa pun, dipergunakan oleh kelompok Pasak Mas Sanggau untuk menembakkan Lela
guna media komunikasi rahasia kepada pejuang-pejuang lainnya. Lela dibunyikan
dengan irama tertentu yang mengandung kode-kode atau isyarat rahasia yang tidak
diketahui oleh penjajah Belanda, sehingga mereka mengira bahwa itu adalah bunyi
guntur dilangit.
Lela tersebut dibunyikan pada puncak di Mungguk
Keramat tersebut hingga terdengar jawaban bunyi Lela di berbagai tempat lainnya
yang sangat jauh jaraknya. Setelah terdengar jawaban, maka mereka saling
berkomunikasi untuk menyampaikan pesan perang terbuka secara serentak terhadap
penjajah Belanda. Sehingga kemudian bergeloralah perang terbuka dengan penjajah
Belanda pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar