AKSARA BATU SAMPAI SANGGAU
Aksara Batu Sampai Sanggau merupakan aksara
yang terpahatkan pada Batu Sampai di Tanjung Sekayam Kabupaten
Sanggau. Aksara tersebut memiliki kemiripan dengan Aksara yang terdapat dalam
Jimat milik warisan orang-orang tua Tobak’ng. Jimat tersebut disebut sebagai
Gholiks karena Aksara atau tulisan Jimatnya disebut tulisan Gholiks. Metode dan
bentuk penulisan Jimatnya disebutkan sebagai metode penulisan dari warisan
Bangsa atau Orang Gholiks pada masa dahulu sehingga Jimat dan tulisannya
disebut sebagai Aksara Gholiks. Dengan kata lain bahwa Aksara Gholiks merupakan
salah satu dari sisa-sisa peninggalan bangsa Gholiks.
Gholiks kata dasarnya berasal
dari kata Gholij yang memiliki makna Batu atau Darat, kemudian terlogatkan
menjadi Gholiks. Gholiks merupakan nama salah satu kelompok suku tertua di
Kalimantan. Suku ini dahulunya adalah suku terbesar di negeri Thang Raya.
Mereka membangun tempat tinggal di wilayah bebatuan, pemukiman mereka menjulang
tinggi dan terbuat dari batu.
Untuk sekarang ini, orang Gholiks mayoritas
bermukim di Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau. Di Kecamatan Beduai juga
terdapat salah satu peninggalan orang Gholiks yaitu sebuah gua yang disebut Gua
Thang Raya. Gua itu berlokasi di Desa Thang Raya. Gua Thang Raya merupakan
sisa-sisa pemukiman bangsa Gholiks di negeri Thang Raya yang hancur ketika
terjadinya letusan Gunung Niut. Gua Thang Raya hingga kini masih terpelihara
dengan baik.
Adapun cara membaca Aksara Batu Sampai Sanggau
mengikuti cara membaca jimat orang Tobak’ng yang dibunyikan sebagai Pomang atau
Mantra yang diucapkan adalah dari kiri ke kanan dengan terdapat tanda bacanya berbunyi
“Diing’
d’oo’, Hyaa Kaiinangaxaii
zaa’oona’ rhiinayith”. Diing’ berarti Langit dan Bumi, dan D’oo’ berarti Keduanya,
dan menurut keyakinan bahwa kehidupan di alam semesta ini tidak lepas dari
hubungan yang harmonis antara Langit dan Bumi. Hubungan tersebut tidak bisa
terpisahkan sehingga terdapat kata D’oo’ yang berarti keduanya. Artinya
terdapat hubungan timbal balik atau sebab akibat, yaitu segala sesuatu dibumi
ini merupakan pemberian dari Langit sehingga wajib di syukuri. Langit meminta
manusia untuk menjaga kehidupan di bumi sehingga terpelihara ketentraman dan
kedamaian. Tulisan berikutnya yaitu “Hyaa Kaiinangaxaii zaa’oona’
rhiinayith” yang memiliki arti “Tuhan Yang Maha Permulaan dan Maha Berkuasa Menciptakan
Kehidupan”.
Aksara Batu Sampai Sanggau ini memiliki
hubungan dengan Aksara Batu Pahat Sekadau karena pada salah satu Aksaranya
memiliki bunyi dan makna yang sama serta merujuk pada suatu maksud yang hanya
ada di Kalimantan. Pada Aksara Batu Sampai Sanggau bermakna sebagai Pujian dan
Pengakuan sedangkan pada Aksara Batu Pahat Sekadau bermakna sebagai Perintah
Kepada masyarakat pada kawasan tersebut pada masa itu.
Kedua bentuk Aksara ini
bukanlah Pallawa maupun Sansekerta, karena tidak memiliki kemiripan dengan
bentuk Pallawa dan Sansekerta. Kedua bentuk Aksara ini merupakan Aksara milik
masyarakat Kalimantan. Aksaranya yang terpahatkan pada bongkahan batu besar
yang tidak bisa dipindah-pindahkan memperkuat bahwa pada masa dahulu kawasan
tersebut memiliki peradaban yang tinggi karena telah memiliki Aksara atau
Budaya Tulis Menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar