LINDA DALAM BINGKAI DURJANA
--- EPISODE 3 ---
Selasa, 29 Oktober 1996, hari kedua di penghujung bulan
Oktober aku bertugas di Bar & Karaoke. Sebelum jam 11 malam telah tiba di
Bar & Karaoke, aku langsung mempersiapkan meja Kasirku, agar jika ada
pengunjung yang masuk ke Bar & Karaoke bisa segera aku layani. Namun malam
itu belum ada seorang pengunjung pun yang masuk ke Bar & Karaoke. Sambil
menunggu pengunjung yang masuk, aku mengobrol santai dengan temanku Bartender
yang meja tempatnya bertugas menyatu dengan meja Kasirku. Sedangkan
teman-temanku lainnya yang bertugas sebagai Waitress asyik menonton TV yang ada
di ruangan Bar & Karaoke.
Sekitar jam setengah dua belas malam lewat, ku lihat Tante
Linda keluar dari lift. Sepertinya ia barusan turun dari kamar di lantai atas
hotel. Setelah keluar dari lift, Tante Linda langsung menghampiri meja
Bartender. Aku dan temanku Bartender yang sedang mengobrol santai seketika itu
juga menghentikan obrolan kami.
Sesampainya di meja Bartender, Tante Linda bertanya kepada
temanku Bartender apakah Tante Yanti sudah turun apa belum. Temanku menjawab
bahwa ia belum ada melihat Tante Yanti turun. Mendapat jawaban demikian, Tante
Linda kemudian duduk di deretan meja Bartender dan memesan segelas Draught Beer
sambil menyalakan sebatang rokok. Temanku Bartender segera mengambilkannya
segelas Draught Beer dan memberikannya ke Tante Linda. Sambil menikmati rokoknya,
Tante Linda meneguk Draught Beer itu. Untuk beberapa saat Tante Linda terlihat
asyik dengan rokok dan Draught Beernya itu. Hingga kemudian ia melihatku duduk
terdiam di meja Kasirku yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya duduk dan
bertanya apakah aku sudah punya pacar atau belum. Maka ku jawab bahwa aku sudah
punya pacar.
Tente Linda selanjutnya berkata denga nada sepertinya marah
dan aku tidak tahu ia marah kepada siapa bahwa aku jangan merusak pacarku itu.
Jangan menjadi laki-laki bajingan yang bisanya merusak perempuan. Aku hanya
bisa menganggukkan kepalaku saja dengan senyum yang ku paksa, karena terlihat
sekali nada perkataannya sangat marah. Setelah berkata demikian, Tante Linda
kembali diam dan asyik menghisap rokoknya sambil meneguk Draught Beernya.
Tak lama kemudian ia kembali bertanya, selain berkerja apa
saja kegiatanku. Maka ku jawab bahwa aku berkerja sambil kuliah. Mendengar
jawabanku itu Tante Linda terlihat sedikit mengangguk. Dan tahu-tahu ia
berpindah duduk mendekati meja Kasirku. Posisinya berhadapan denganku, dengan
hanya terpisahkan meja Kasirku. Melihat Tante Linda berpindah duduk di
hadapanku, temanku Bartender langsung pergi bergabung dengan teman-temanku
lainnya yang sedang asyik menonoton TV karena belum juga ada pengunjung lain yang
masuk ke Bar & Karaoke saat itu.
Sesampainya di hadapanku, Tante Linda menawarkan rokoknya
kepadaku, ku jawab bahwa aku tidak merokok. Tante Linda tertawa mendengar
jawabanku itu. Selanjutnya sambil terus menghisap rokok dan meneguk Draught
Beernya, Tante Linda berkata bahwa ia dulu pernah kuliah, tapi berantakan.
Tante Linda kemudian menceritakan kisahnya kepadaku.
Tante Linda lahir tahun 1968, ia berumur 28 tahun saat tahun
1996 ini. Bintangnya Taurus. Ia berasal dari Sumatera Barat, dan merupakan anak
orang terpandang disana. Tahun 1987 ia kuliah ke Jogja, pada sebuah Perguruan
Tinggi ternama di Jogja, dan mengambil Jurusan Ekonomi. Di Jogja ia ngekost.
Pada semester 4 ia berkenalan dengan kakak tingkatnya yang beda jurusan
dengannya. Kakak tingkatnya ini kuliah di jurusan Sospol. Dan berasal dari
Jakarta. Pada saat itu kakak tingkatnya ini sedang menyusun skripsi. Setelah
berkenalan ia kemudian berpacaran dengan kakak tingkatnya ini.
Pacaran yang dijalaninya sudah terlalu jauh, karena ia sangat
mencintai kakak tingkatnya sehingga apa pun yang diinginkan kakak tingkatnya itu
selalu dituruti dan diberikannya. Karena perasaan cintanya sehingga ia pindah
kost dan tinggal sekamar dengan kakak tingkatnya itu dan berhubungan seperti
suami istri. Tempat kost kakak tingkatnya itu berupa deretan kamar-kamar petak
sehingga penghuni kamar bisa bebas membawa siapa saja untuk tinggal di kamar
itu, karena pemilik kost tidak tinggal di kawasan itu.
Memasuki semester 5, ia hamil. Kakak tingkatnya bernama Arifin
yang disebutnya “Si Bajingan” sedang persiapan ujian Skripsi. Ia kemudian
menyampaikan kepada Arifin bahwa ia telah hamil dan meminta pertanggung
jawabannya. Arifin berjanji akan menikahinya. Tapi beberapa hari setelah Arifin
selesai ujian Skripsi, tahu-tahu Arifin tidak ada pulang ke kost tempat mereka
tinggal. Hampir seminggu ia menunggu Arifin pulang ke kost, tapi tidak kunjung
pulang. Ia kemudian mencari Arifin dengan bertanya kepada teman-teman Arifin
yang masih ada di kampus. Dari teman-temannya itu, ia mendapat informasi bahwa Arifin
telah pulang ke Jakarta beberapa hari yang lalu.
Berkecamuk perasaannya saat itu setelah mendapat informasi
itu. Rasa kecewa dan marah yang teramat sangat karena telah dicampakkan dan
ditinggal pergi “Si Bajingan” Arifin begitu saja setelah ia hamil. Ia kemudian
memberanikan diri pergi ke Jakarta untuk mencari alamat Arifin yang didapatnya
dari salah seorang teman Arifin. Sesampainya di Jakarta, dengan bersusah payah
ia berhasil menemukan rumah Arifin. Rupanya Arifin adalah anak seorang Pejabat
Tinggi di Jakarta saat itu. Rumahnya sangat megah dengan pagar tinggi di
depannya. Dan terdapat penjaga rumah yang berada di pos penjagaan di depan
rumahnya.
Setelah sempat dipersulit oleh penjaga rumah, dan ia berkeras
untuk bertemu dengan Arifin sebentar saja, ia akhirnya diperbolehkan masuk
melewati pagar yang tinggi itu untuk bertemu Arifin tetapi hanya di pos
penjagaan saja. Setelah cukup lama menunggu, Arifin keluar dan menemuinya di
pos penjagaan. Ketika bertemu, Tante Linda menagih janji Arifin yang akan
bertanggung jawab atas kehamilannya dan akan menikahinya. Tapi Arifin mengelak
dan tidak mau menikahi Tante Linda. Arifin bahkan menyuruh penjaga rumahnya
untuk mengusir Tante Linda dari tempatnya. Tanpa rasa bersalah dan berdosa,
Arifin pergi begitu saja masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Tante Linda
di pos penjagaan. Tante Linda berusaha mengejar Arifin, tapi di tahan oleh si penjaga
rumah, bahkan ia diseret keluar dari tempat itu.
Tante Linda berusaha berontak dari tarikan si penjaga rumah
yang memaksanya untuk keluar dari tempat itu dan terus menerus berteriak
meminta pertanggung jawaban Arifin, tapi Arifin tidak memperdulikannya. Dalam
kondisi terseret, Tante Linda berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan
si penjaga rumah yang menyeretnya, tapi sia-sia saja. Ia kemudian di dorong
keluar dari pagar yang tinggi itu. Setelah ia berada di luar pagar, pintu pagar
itu pun langsung tertutup. Tante Linda hanya bisa berteriak sejadi-jadinya
memanggil nama Arifin sambil menggedor-gedor pagar tinggi yang pintunya telah
tertutup itu. Setelah cukup lama ia berada di luar pagar, akhirnya ia menyerah
dan pasrah dengan nasib yang menimpanya. Tante Linda pun pulang kembali Jogja.
Hari-hari berikutnya ia lewati dengan kesuraman. Ia tidak
berani memberitahukan kepada orangtuanya di Sumatera Barat, apalagi harus
pulang dengan kondisinya sedang hamil. Karena tidak ingin mengingat
kepedihannya terhadap perlakuan Arifin, Tante Linda kemudian pindah kost dari
tempat kostnya bersama Arifin. Dua minggu setelah ia pindah kost, Tante Linda
menggugurkan kandungannya melalui seorang bidan yang dibayarnya sebesar 650
ribu. Ketika menggugurkan kandungannya itu, Tante Linda sakit hampir sebulan
lamanya. Namun setelah itu ia pulih kembali. Semester itu pun dilaluinya dengan
mata kuliah yang hampir semua tidak lulus sehingga ia harus mengulang mata
kuliah yang banyak tidak lulus itu.
Setelah pengalaman perihnya dengan Arifin, Tante Linda
seperti menutup hati untuk laki-laki. Ia menjauh setiap ada laki-laki yang akan
mengenalnya dan akan mengakrabkan diri dengannya. Namun memasuki semester 7,
hatinya mulai sedikit terbuka lagi setelah ia berkenalan dengan seseorang
bernama Rinto.
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar