Sabtu, 17 Februari 2018

PANGKAL LIMA

PANGKAL LIMA

Ketika wafatnya Miharaja Rahadyan Manyamai, raja di Kerajaan Nan Sarunai, yang seharusnya menggantikannya sebagai raja adalah Paninting Tarung, namun karena Paninting Tarung telah menjadi raja di Kerajaan Sangkra, sehingga adik Paninting Tarung yang bernama Andung Prasap naik menjadi raja di Kerajaan Nan Sarunai menggantikan Rahadyan Manyamai dengan gelar Rahadyan Andung Prasap.
Ketika masa kepemimpinan raja Rahadyan Andung Prasap, nama Nan Sarunai semakin tenar dan selalu ramai dikunjungi orang dari berbagai penjuru dunia untuk membeli emas dan intan yang juga merupakan barang perdagangan yang utama di Nan Sarunai. Kiprah Kerajaan Nan Sarunai dalam percaturan politik dunia pada masa tersebut sangat diperhitungkan. Beberapa kali Nan Sarunai terlibat peperangan dengan kerajaan-kerajaan lain, hal tersebut tidak lepas dari sepak terjang kelima putra Rahadyan Andung Prasap.
Rahadyan Andung Prasap menikah dengan Dara Antang Langit, putri Raja Menggaling Langit. Raja Menggaling Langit adalah anaknya Raja Petara Seniba’, Raja di Negeri Bengkayang. Dari pernikahan Rahadyan Andung Prasap dengan Dara Antang Langit dianugerahi lima orang putra. Kelimanya terkenal sangat handal dalam berperang dan memiliki kelebihan masing-masing, yaitu :
1. Abal, sangat mahir dalam meracik mesiu dan membuat peralatan perang. Abal meracik mesiu dari tumbukan arang dan campuran garam dengan lada hitam. Abal kemudian menjadi leluhur bagi Dayak Abal di Tabalong.
2. Ma’ Anyan, sangat mahir dalam berdiplomasi dan sangat mahir dalam bersilat yang disebut Kuntau Bungkui. Kuntau Bungkui merupakan beladiri warisan leluhur Nan Serunai berupa gerakan pertarungan menggunakan gerakan-gerakan binatang. Selain itu Ma’ Anyan juga sangat handal dalam pertarungan menggunakan tongkat dari rotan. Ma’ Anyan kemudian menjadi leluhur bagi Dayak Ma’ Anyan.
3. Aban, sangat menguasai strategi berperang “Mengayau” yang terwariskan dari leluhurnya yaitu Babariang Langit. Aban kemudian menjadi leluhur Dayak Iban. Untuk diwilayah hulu Kalimantan Barat sebagian keturunan dari Aban telah terlogatkan menjadi Abang.
4. Anum, sangat mahir dalam strategi peperangan dalam air, ia sanggup menyelam dalam waktu yang sangat lama. Anum kemudian menjadi leluhur Dayak Ot Danum.
5. Aju, menguasai ilmu supranatural dan pengobatan. Selain itu ia juga menguasai beladiri Kuntau Bungkui. Aju kemudian menjadi leluhur Dayak Ngaju.

Kelima saudara ini mempunyai pasukan masing-masing, dan setiap berperang, mereka bersama-sama mengomandoi pasukan mereka sehingga mendapat gelar Pangkal Lima. Pangkal lima dan pasukannya beberapa kali terlibat peperangan dengan kerajaan lain. Pada tahun 1182 Masehi, Pangkal Lima terlibat dalam peperangan di Kerajaan Panjalu. Pangkal Lima membantu Sri Kameswara dan pasukannya merebut tahta Kerajaan Panjalu dari tangan Sri Gandra.
Aju memasuki istana Kerajaan Panjalu seorang diri dan melumpuhkan para pengawal istana. Kerajaan Panjalu menjadi kalut karena banyak ditemukan para pengawal istana tewas tanpa luka. Semua pasukan Panjalu kemudian dikerahkan menuju istana karena dikira banyak musuh telah menyusup ke dalam istana. Kesempatan tersebut dipergunakan oleh Pasukan Sri Kameswara dan pasukan Pangkal Lima untuk menyerang pusat kota Kerajaan Panjalu, peperanganpun terjadi. Pasukan Panjalu akhirnya dapat di taklukkan. Setelah pasukan Panjalu berhasil ditaklukkan, Sri Kameswara naik menjadi raja di Kerajaan Panjalu menggantikan Sri Gandra.
Pada tahun 1189 Masehi, Pangkal Lima bersama pasukannya menyerang Kerajaan Galuh. Serangan itu dilakukan bersama Pasukan Sang Lumahing Tanjung. Pangkal Lima dan pasukannya menyerang Kerajaan Galuh karena telah merampas armada dagang milik Nan Sarunai. Aban mengamuk di Kerajaan Galuh. Tidak terhitung banyaknya pasukan Kerajaan Galuh yang telah terpenggal oleh amukan Aban.
Kerajaan Galuh pada masa itu dipimpin oleh seorang raja yang bernama Sang Lumahing Taman. Pada masa itu juga sedang terjadi sengketa antara Sang Lumahing Taman dengan Sang Lumahing Tanjung. Nan Sarunai pada masa itu memiliki hubungan dagang dengan pihak Sang Lumahing Tanjung. Ketika armada dagang Nan Sarunai berada di Kerajaan Galuh, Sang Lumahing Taman merampas armada dagang tersebut dengan alasan bahwa armada dagang Nan Sarunai telah bersekutu dengan pihak Sang Lumahing Tanjung untuk melengserkan kekuasaannya.
Tindakan sewenang-wenang dari Raja Galuh itu memancing kemarahan Pangkal Lima, sehingga terjadi penyerangan Pangkal Lima dan pasukannya ke Kerajaan Galuh. Bersama pasukan Sang Lumahing Tanjung, Pangkal Lima dan pasukannya mengamuk di Kerajaan Galuh. Aban banyak memenggal kepala pasukan Galuh dan mengumpulkan kepala-kepala yang telah dipenggalnya.
Setelah pasukan Sang Lumahing Taman ditaklukkan, Sang Lumahing Tanjung naik menjadi raja di Kerajaan Galuh. Armada dagang Nan Sarunai kemudian dibawa kembali ke Nan Sarunai bersama pasukan Pangkal Lima. Ketika pulang ke Nan Sarunai, Aban membawa sebuah kapal yang didapatnya dari menaklukkan pasukan Kerajaan Galuh. Kapal yang dibawa Aban dipenuhi oleh kepala-kepala pasukan Kerajaan Galuh yang telah dipenggalnya. Aban sendirian saja didalam kapal yang dipenuhi oleh kepala pasukan Kerajaan Galuh tersebut. Ia mengemudi kapal tersebut seorang diri hingga tiba di Nan Sarunai.
Pada tahun 1195 Masehi, Pangkal Lima berhasil mengusir armada laut Sriwijaya yang hendak menyerang Kerajaan Tanjung Pura. Serangan Sriwijaya ke Tanjung Pura dikarenakan Tanjung Pura telah bersekutu dengan Kerajaan Dharmasraya. Armada laut Sriwijaya banyak yang tenggelam karena kapal-kapalnya dirusak oleh Anum dari dalam air. Beberapa armada laut yang sempat selamat akhirnya berbalik ke Sriwijaya.
Pada permulaan tahun 1200-an Masehi, datang utusan dari Kerajaan Tibojong untuk memohon bantuan Pangkal Lima karena Kerajaan Tibojong hendak diserang oleh Kerajaan Tanete Riattang dan Kerajaan Macege. Pada masa itu kondisi sedang memanas antara tujuh kerajaan yaitu Kerajaan Ujung, Kerajaan Tibojong, Kerajaan Ta’, Kerajaan Tanete Riattang, Kerajaan Tanete Riawang, Kerajaan Ponceng dan Kerajaan Macege. Ketujuh kerajaan ini saling serang satu sama lainnya. Selain itu pihak Kerajaan Tibojong juga memohon bantuan Pangkal Lima untuk membantu melepaskan armada lautnya yang telah ditawan oleh Bangsa Yolngu. Kerajaan Tibojong memang memiliki hubungan yang akrab dengan Pangkal Lima.
Pada masa tersebut, armada dagang dari Kerajaan Tibojong, Kerajaan Ujung dan Kerajaan Ponceng sering berkunjung ke pelabuhan Nan Sarunai. Armada dagang dari ketiga kerajaan ini datang untuk melakukan transaksi perdagangan dengan Nan Sarunai, namun dari ketiga kerajaan ini hanya Kerajaan Tibojong yang memiliki hubungan kedekatan dengan Pangkal Lima.
Pangkal Lima mengabulkan permohonan Kerajaan Tibojong, dan langsung pergi ke Kerajaan Tibojong bersama pasukannya. Tidak berapa lama berada di Kerajaan Tibojong, datang serangan dari Kerajaan Tanette Riattang dan Kerajaan Macege. Serangan dari kedua kerajaan tersebut berhasil dipatahkan. Pasukan dari kedua kerajaan tersebut dapat dipukul mundur dan kembali ke kerajaannya masing-masing.
Selanjutnya Pangkal Lima dan pasukannya bersama pasukan dari Kerajaan Tibojong pergi ke negeri Bangsa Yolngu. Kedua pasukan ini hendak membebaskan armada laut milik Kerajaan Tibojong yang telah ditawan oleh Bangsa Yolngu. Dalam negosiasi dengan pihak negeri Bangsa Yolngu tidak ditemukan titik temu, armada laut milik Kerajaan Tibojong tetap tidak mau dilepaskan oleh Bangsa Yolngu.
Karena tidak ada solusi damai dalam negosiasi tersebut, sehingga memancing kemarahan Pangkal Lima. Pasukan Pangkal Lima dan pasukan Tibojong menyerbu negeri Bangsa Yolngu. Abal yang telah mempersiapkan racikan mesiu dan membawa meriam yang kemudian disebut dengan Cetbang menghancurkan apa saja milik Bangsa Yolngu. Negeri Bangsa Yolngu luluh lantak akibat kemarahan Abal yang sudah tidak terkendali itu. Bangsa Yolngu akhirnya takluk dan melepaskan armada laut milik Kerajaan Tibojong.
Beberapa tahun berikutnya, Pangkal Lima bersama pasukannya menyerang negeri Visaya yang pada masa itu sedang dikuasai oleh Kerajaan Butuan. Negeri Visaya merupakan salah satu negeri yang telah dibentuk oleh Kerajaan Sriwijaya sehingga banyak orang-orang Sriwijaya yang menetap disana. Penyerangan Pangkal Lima dan pasukannya ke negeri Visaya bermula dari tidak kembalinya beberapa armada dagang milik Nan Sarunai yang pada waktu itu membawa barang-barang dari Nan Sarunai ke Kerajaan Lusung. Sekian lama ditunggu ternyata didapatkan kabar bahwa armada dagang milik Nan Sarunai telah ditangkap oleh Raja Butuan yang pada waktu itu sedang berada di negeri Visaya.
Setelah mendapatkan berita demikian, Pangkal Lima dan pasukannya segera pergi ke negeri Visaya. Sesampainya pasukan Pangkal Lima di pelabuhan negeri Visaya, Ma’ Anyan menyuruh Pangkal Lima dan pasukannya tetap berada di atas kapal, ia akan datang sendiri menemui Raja Butuan agar melepaskan armada dagang Nan Sarunai yang telah ditangkapnya.
Ma’ Anyan segera turun ke daratan, namun ia tidak langsung pergi ke tempat Raja Butuan. Ma’ Anyan ternyata pergi ke sebuah rawa dan mencari seekor buaya yang paling besar disana. Buaya yang besar tersebut diserangnya hingga mati, dan kepalanya ia penggal kemudian dibawanya ke tempat Raja Butuan.
Ma’ Anyan akhirnya tiba di tempat kediaman Raja Butuan sambil memanggul kepala seekor buaya yang besarnya berkali lipat melebihi besar tubuhnya itu. Tak seorangpun pengawal Raja Butuan yang berani menghentikan Ma’ Anyan. Para pengawal Raja Butuan terdiam ketakutan ketika melihat Ma’ Anyan datang dengan membawa kepala buaya yang sangat besar.
Pada saat itu sedang berlangsung jamuan di kediaman Raja Butuan. Semua bangsawan Kerajaan Butuan berkumpul disana. Ma’ Anyan tanpa basa basi langsung saja masuk, kemudian meletakkan kepala buaya yang sangat besar itu ditengah-tengah tempat berlangsungnya jamuan tersebut. Semua bangsawan yang ada di tempat jamuan tersebut terdiam ketakutan, termasuk Raja Butuan. Tanpa banyak bicara, Ma’ Anyan langsung mendekati Raja Butuan dan meminta agar armada dagang milik negeri Nan Sarunai dilepaskan. Raja Butuan tanpa dapat berbicara lagi hanya mampu mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda bahwa ia menyetujui permintaan Ma’ Anyan.
Setelah mendapatkan jawaban dari Raja Butuan, Ma’ Anyan dengan santainya langsung pergi meninggalkan tempat kediaman Raja Butuan. Ma’ Anyan meninggalkan Raja Butuan dan para bangsawan serta pengawal Kerajaan Butuan masih dalam kondisi terdiam ketakutan. Sesampainya di kapal pasukan Pangkal Lima, Ma’ Anyan menyampaikan bahwa Raja Butuan telah setuju untuk segera melepaskan armada dagang Nan Sarunai. Dan betul saja, beberapa waktu kemudian, armada dagang milik Nan Sarunai dilepaskan oleh Raja Butuan.
Setelah mendapatkan kembali armada dagang milik Nan Sarunai, Pangkal Lima dan pasukannya langsung meninggalkan pelabuhan Visaya. Mereka pulang ke negeri Nan Sarunai dengan membawa armada dagang milik Nan Sarunai yang telah lama tidak kembali. Setelah peristiwa tersebut dikabarkan bahwa Raja Butuan dan para bangsawan serta pengawal Kerajaan Butuan meninggalkan negeri Visaya, mereka kembali ke negerinya yaitu ke Kerajaan Butuan.
Sepak terjang putra-putra Rahadyan Andung Prasap yang bergelar Pangkal Lima membuat Nan Sarunai semakin disegani. Ketika Rahadyan Andung Prasap wafat, maka salah seorang putranya yang bernama Ma’ Anyan menggantikan kedudukannya sebagai raja di Nan Sarunai, dan bergelar Miharaja Rahadyan Ma’ Anyan. Pada masa-masa berikutnya, Pangkal Lima kemudian terlogatkan menjadi Panglima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...