PANGERAN CAKRADHARA 2
Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi pada masa itu telah lewat
umurnya untuk menikah, karena ketika Raja Sri Jayanegara masih hidup, ia
melarang kedua adik perempuan tirinya yang bernama Dyah Gitarja atau Tribhuana
Wijayatunggadewi dan Dyah Wiyat untuk menikah, karena takut tahta Majapahit
direbut oleh suami adik-adiknya itu, bahkan Raja Sri Jayanegara berniat
menikahi kedua adik tirinya itu.
Paman Patih Dyah Halayhuda yang tidak lagi menjabat Maha
Patih kembali menghasut pihak kerabat Istana Majapahit dengan menyampaikan
bahwa tidak layak seorang Ratu Majapahit belum lagi bersuami. Apalagi Ratu
Tribhuana Wijayatunggadewi telah menjadi perawan tua dan hal tersebut akan
menjatuhkan wibawa Majapahit. Pihak kerabat Istana Majapahit termakan hasutan
Paman Patih Dyah Halayudha, dan mendesak Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi untuk
secepatnya menikah. Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi yang telah didesak oleh
kerabat istana menyampaikan bahwa ia telah jatuh hati pada Gajah Mada dan hanya
ingin menikah dengan Gajah Mada.
Maka gemparlah
kerabat istana mendengar keinginan Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi itu. Kerabat
istana tidak menyetujui keinginan Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi karena Gajah
Mada hanya seorang prajurit biasa yang pada saat itu menjabat sebagai Bekel
Bhayangkara. Selain itu Gajah Mada bukan keturunan Singasari dan bukan orang
Majapahit. Umurnya jauh lebih muda dari Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi. Namun
Ratu Majapahit itu tetap berkeras ingin menikah dengan Gajah Mada.
Kerabat istana
akhirnya tidak bisa lagi menahan keinginan Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi dan
mengabulkan keinginan tersebut. Namun karena dihasutan Paman Patih Dyah
Halayudha, kerabat istana memberikan syarat bahwa Ratu Tribhuana
Wijayatunggadewi diperkenankan menikah dengan Gajah Mada tapi terlebih dahulu
harus mengumumkan sayembara bahwa ia akan memilih pemuda-pemuda dari kalangan
mana saja untuk dijadikan suaminya.
Pemuda-pemuda
yang ingin menjadi suami Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi nantinya akan
dikumpulkan di pesanggerahan istana untuk selanjutnya Ratu Tribhuana
Wijayatunggadewi harus menunjuknya secara langsung pemuda tersebut dihadapan
rakyat Majapahit. Persyaratan tersebut untuk menghindari cemoohan bahwa Ratu
Majapahit menikah dengan orang yang bukan keturunan Singasari dan bukan orang
Majapahit. Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi yang tidak menyadari bahwa
persyaratan itu adalah tipu daya Paman Patih Dyah Halayudha melalui kerabat
istana menyetujui persyaratan tersebut, dan ia berharap Gajah Mada dapat hadir
dalam sayembara tersebut.
Akibat siasat
licik Paman Patih Dyah Halayudha yang mempengaruhi kerabat istana sehingga
sayembara tersebut tidak di umumkan ke pelosok negeri. Kerabat istana Majapahit
sengaja mengumpulkan pemuda-pemuda dari kalangan mereka sendiri yaitu keturunan
Singasari dan anak-anak petinggi Majapahit.
Pada waktu yang
telah ditentukan, maka berkumpullah para pemuda tersebut di pesanggerahan
istana. Gajah Mada yang mengetahui sayembara tersebut dan akan menghadirinya,
namun pada saat itu terhalang untuk hadir ke pesanggerahan istana. Paman Patih
Dyah Halayudha menyuruh Arya Kembar untuk menugaskan Gajah Mada bersama pasukan
Bhayangkara untuk mengontrol keamanan di perbatasan Trowulan.
Ketika semua
pemuda telah berkumpul di pesanggerahan istana, dan tanpa diketahui oleh
kerabat istana, Paman Patih Dyah Halayudha menyusupkan anak angkatnya
Cakradhara yang sosok dan penampilannya mirip Gajah Mada itu dalam kumpulan
para pemuda tersebut. Pada saat para pemuda itu telah berkumpul di pesanggeran
istana, maka terlihatlah oleh Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi Gajah Mada dalam
kumpulan para pemuda tersebut. Ia serta merta menunjuk Gajah Mada yang
dilihatnya itu yang sebenarnya adalah Cakradhara sebagai calon suaminya
dihadapan kerabat istana, para petinggi Majapahit dan rakyat Majapahit. Maka
pada saat itu juga diumumkanlah calon suami Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi
yaitu Cakradhara, anak angkatnya Paman Patih Dyah Halayudha. Setelah pengumuman
itu, barulah Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi menyadari bahwa ia telah
diperdaya, karena yang dilihatnya itu bukan Gajah Mada.
Ratu Tribhuana
Wijayatunggadewi sangat marah ketika itu, akan tetapi ia juga tidak berdaya
karena pemuda yang telah ditunjuknya itu telah diumumkan dihadapan rakyat
Majapahit sebagai calon suaminya. Dengan berat hati dan kemarahan yang luar
biasa, ia terpaksa mematuhi kesepakatannya dengan kerabat istana. Maka
menikahlah Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi dengan Cakradhara yang tidak di
cintainya itu.
Setelah
pernikahannya dengan Cakradhara, Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi memerintahkan
untuk menarik Gajah Mada dan pasukan Bhayangkara yang bertugas di perbatasan
Trowulan untuk kembali ke pusat kota. Karena kekecewaan dan marahnya pada
kerabat istana, Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi tanpa berkonsultasi dengan
kerabat istana dan tanpa persetujuan para petinggi Majapahit, langsung saja menunjuk
Gajah Mada sebagai Maha Patih Majapahit menggantikan Maha Patih Arya Tadah yang
mengundurkan diri akibat sakit-sakitan.
Penunjukan
langsung itu menimbulkan kegaduhan dalam lingkungan Kerajaan Majapahit. Gajah
Mada yang dianggap oleh para petinggi Majapahit masih muda dan ingusan itu
langsung di angkat begitu saja menjadi Maha Patih oleh Ratu Tribhuana
Wijayatunggadewi. Kerabat istana juga terang-terangan menolak keputusan Ratu
Tribhuana Wijayatunggadewi itu karena Gajah Mada bukan keturunan Singasari. Namun
apa pun situasinya Ratu Tribhuana Wijayatunggadewi tetap dengan keputusannya
yaitu mengangkat Gajah Mada sebagai Maha Patih Majapahit untuk menggantikan
Maha Patih Arya Tadah. Maka pada tahun 1334 Masehi, Gajah Mada dinobatkan
sebagai Maha Patih Majapahit.
Ratu Tribhuana
Wijayatunggadewi karena tidak menyukai Cakradhara dan terpaksa harus menikah
sehingga lama ia memiliki anak. Setelah sekian tahun menikah, barulah ia
memperoleh anak yang bernama Raja Hayam Wuruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar