Senin, 15 Januari 2018

‘NYANGAHATN’ RITUAL ADAT KEPADA PENGUASA ALAM ATAS DAN ALAM BAWAH



‘NYANGAHATN’
RITUAL ADAT KEPADA
PENGUASA ALAM ATAS DAN ALAM BAWAH

Masyarakat Dayak secara turun-temurun meyakini bahwa dunia ini ada Penguasanya. Penguasa ini terdiri dari Penguasa Alam Atas atau Banua Mataso yang disimbolkan dengan gambar Burung Enggang, Penguasa Alam Bawah atau Banua Tindanum yang digambarkan dengan Baroae’ atau Naga, dan Penguasa Alam Tengah atau Banua Mantuari atau Manusia.
Bagi masyarakat Dayak, kedamaian dan ketentraman hidup di alam ini akan dirasakan bila di antara ketiga penguasa tersebut terjadi keharmonisan. Kekuasaan di alam ini akan menjadi bencana apabila di antara penguasa dan seluruh penghuni alam ini ingin saling menguasai.
Ketiga penguasa ini, tunduk kepada penguasa seluruh alam semesta atau Sampulo Padari atau yang disebut dengan Ranying Mahatalla Langit. Ranying Mahatalla langit adalah Yang Maha Kuasa, yang diyakini sebagai zat tertinggi penguasa alam semesta.
Menurut riwayat dalam tuturan lisan masyarakat Dayak, bahwa dahulu kala jauh sebelum alam semesta diciptakan, bertahtalah Sang Maha Pencipta yang memiliki nama-nama yang mencerminkan segala sifat Baik dan Mulia yang ada pada-NYA, yaitu :
1)        Sifatnya yang menjadi penyebab segala sesuatu, disebut dengan Jubata Nek Pajaji, artinya Jubata yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Tentang Jubata Nek Pajaji dikatakan bahwa Ia lah samula nang idup samula jaji, artinya Dialah Permulaan segala yang hidup dan segala yang ada.
2)        Sifatnya yang menciptakan. Ia menciptakan segala sesuatu dari dahulu hingga sekarang, Jubata Pencipta disebut dengan Jubata Nek Panampa’, artinya Jubata sang pencipta, yang diyakini sebagai pencipta alam semesta, manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk-makhluk lainnya.
3)        Jubata adalah Esa. Jubata disebut dengan Jubata Nek Nange, “Nange” artinya Ia hanya satu-satunya atau tersendiri, tidak ada yang lain. Jubata Nek Nange diyakini tinggal di Subayangan atau sorga, setiap orang mati nyawanya tinggal bersama Jubata Nek Nange di Subayangan.
4)        Jubata yang berfirman. Disebut dengan, Jubata Nek Panitah, artinya Jubata Yang berfirman. Ia nang nitahatn untu’ ngalakuatn nang gagas, artinya Ia yang memerintahkan untuk melakukan yang baik. Dia yang dipertuan dan yang memerintah alam semesta, siapa yang berbuat jahat tidak disenangi Jubata, karena itu setiap orang yang jahat diyakini pasti dikutuk Jubata, akan mendapat sial atau bahaya.
5)        Jubata sebagai pemimpin. Disebut dengan Jubata Nek Pangorok, mengarahkan atau memimpin manusia dengan gambaran seperti induk ayam yang memimpin anak-anaknya, menunjuk kepada sifat Jubata seperti orang tua yang mengasuh dan merawat anak-anaknya, Ia nang ngampinakng talino dalapm idupannya, artinya Dia yang menyapa dan mengasuh manusia dengan lemah lembut dalam kehidupannya.
6)        Jubata yang melindungi. Disebut dengan, Jubata Nek Pangingu, artinya Jubata yang melindungi. Dalam doa mohon perlindungan diucapkan, kami ba pinta ka’ kita Jubata ne’ Pangingu, supaya mayukngi’ kami, bare’ kami parise gunapm, nag tojekng di kita pampii’ nang tajapm di kita tumpuli’, artinya kami meminta kepada engkau Jubata yang melindungi, supaya memayungi kami, beri kami perisai pelindung, yang runcing engkau tumpulkan yang tajam engkau tumpulkan.
7)        Jubata yang mengawasi. Disebut dengan Jubata Nek Pangedokng, artinya Jubata yang melihat, mengawasi, memperhatikan, menilai, memantau. Dalam sifatnya menilai, Jubata Nek Pangedokng menilai segala sesuatu cocok atau tidak cocok, bagus atau tidak bagus, ia disebut juga nang manto’ mutusatn pakara sae nang salah sae nang banar, Jubata Ne’ Pangedokng nang nauan,” artinya yang memutuskan sengketa siapa yang salah siapa yang benar, Jubata Nek Pangedokng yang mengetahui.

Ringkasan buku ‘NYANGAHATN’ Ritual Adat Kepada Penguasa Alam Atas dan Alam Bawah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...