‘NYANGAHATN’
RITUAL ADAT KEPADA
PENGUASA ALAM ATAS DAN ALAM BAWAH
Masyarakat Dayak secara
turun-temurun meyakini bahwa dunia ini ada Penguasanya. Penguasa ini terdiri
dari Penguasa Alam Atas atau Banua Mataso yang disimbolkan dengan gambar
Burung Enggang, Penguasa Alam Bawah atau Banua Tindanum yang digambarkan dengan
Baroae’ atau Naga, dan Penguasa Alam Tengah atau Banua Mantuari atau Manusia.
Bagi masyarakat Dayak,
kedamaian dan ketentraman hidup di alam ini akan dirasakan bila di antara
ketiga penguasa tersebut terjadi keharmonisan. Kekuasaan di alam ini akan
menjadi bencana apabila di antara penguasa dan seluruh penghuni alam ini ingin
saling menguasai.
Ketiga penguasa ini, tunduk kepada penguasa
seluruh alam semesta atau Sampulo Padari atau yang disebut dengan Ranying
Mahatalla Langit. Ranying Mahatalla langit adalah Yang Maha Kuasa, yang
diyakini sebagai zat tertinggi penguasa alam semesta.
Menurut riwayat dalam tuturan lisan masyarakat Dayak, bahwa
dahulu kala jauh sebelum alam semesta diciptakan, bertahtalah Sang Maha
Pencipta yang memiliki nama-nama yang mencerminkan segala sifat Baik dan Mulia
yang ada pada-NYA, yaitu :
1)
Sifatnya yang menjadi
penyebab segala sesuatu, disebut dengan Jubata Nek Pajaji, artinya Jubata yang menyebabkan
segala sesuatu menjadi ada. Tentang Jubata Nek Pajaji dikatakan bahwa Ia lah samula nang idup samula jaji, artinya Dialah Permulaan
segala yang hidup dan segala yang ada.
2)
Sifatnya yang menciptakan.
Ia menciptakan segala sesuatu dari dahulu hingga sekarang, Jubata Pencipta
disebut dengan Jubata Nek Panampa’, artinya Jubata sang pencipta, yang diyakini
sebagai pencipta
alam semesta, manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk-makhluk lainnya.
3)
Jubata adalah Esa. Jubata
disebut dengan Jubata Nek Nange, “Nange” artinya Ia hanya satu-satunya atau tersendiri, tidak ada
yang lain. Jubata Nek Nange diyakini tinggal di Subayangan atau sorga, setiap orang mati nyawanya
tinggal bersama Jubata Nek Nange di Subayangan.
4)
Jubata yang berfirman.
Disebut dengan, Jubata Nek Panitah, artinya Jubata Yang berfirman. Ia nang
nitahatn untu’ ngalakuatn nang gagas, artinya Ia yang memerintahkan untuk melakukan yang
baik. Dia yang dipertuan dan yang memerintah alam semesta, siapa yang berbuat jahat tidak
disenangi Jubata, karena itu setiap orang yang jahat diyakini pasti dikutuk
Jubata, akan mendapat sial atau bahaya.
5)
Jubata
sebagai pemimpin. Disebut dengan Jubata Nek
Pangorok, mengarahkan
atau memimpin
manusia dengan gambaran seperti induk ayam yang memimpin anak-anaknya, menunjuk
kepada sifat Jubata seperti orang tua yang mengasuh dan merawat anak-anaknya, Ia nang ngampinakng talino dalapm idupannya, artinya Dia
yang menyapa dan mengasuh manusia dengan lemah lembut dalam kehidupannya.
6)
Jubata
yang melindungi. Disebut dengan, Jubata Nek
Pangingu, artinya Jubata yang
melindungi. Dalam doa mohon perlindungan diucapkan, ‘kami
ba pinta ka’ kita Jubata ne’ Pangingu, supaya mayukngi’ kami, bare’ kami parise gunapm, nag
tojekng di kita pampii’ nang tajapm di kita tumpuli’, artinya kami meminta kepada engkau
Jubata yang melindungi, supaya memayungi kami, beri kami perisai pelindung,
yang runcing engkau tumpulkan yang tajam engkau tumpulkan.
7)
Jubata yang mengawasi.
Disebut dengan Jubata Nek Pangedokng, artinya Jubata yang melihat, mengawasi, memperhatikan, menilai, memantau. Dalam sifatnya menilai, Jubata Nek Pangedokng menilai segala
sesuatu cocok atau tidak cocok, bagus atau tidak bagus, ia disebut juga “nang manto’ mutusatn pakara sae nang salah sae nang banar, Jubata Ne’
Pangedokng nang nauan,” artinya yang memutuskan sengketa
siapa yang salah siapa yang benar, Jubata Nek Pangedokng yang mengetahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar