ORANG MANGKIT
Orang
Mangkit adalah kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah Gunung Tiong Kandang, Desa Temiang
Mali Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau. Orang Mangkit menempati dusun yang
bernama Dusun Mangkit. Orang-orang Mangkit dahulunya merupakan Bangsa Gholiks
yang bermukim di negeri Thang Raya, yang pada zaman dahulunya terletak di kaki
Gunung Niut. Ketika periode tahun 934 – 930 SM, terjadi letusan gunung berapi secara
serempak pada beberapa tempat di bumi, termasuk salah satunya Gunung Niut.
Letusan gunung api ini menyebabkan terjadinya gempa yang dahsyat dan banjir
besar sehingga menghancurkan semua negeri di bumi, termasuk negeri yang berada
diwilayah naungan Tampun Roban yaitu negeri Thang Raya yang pada masa itu
menaungi dua bangsa yaitu Bangsa Gholiks dan Bangsa Sambas.
Orang Mangkit pada masa sebelum terjadinya
letusan Gunung Niut merupakan salah satu armada perangnya Tampun Roban yang
terkenal handal dan sangat ditakuti. Orang Mangkit memiliki kemampuan dalam
memanjat. Mereka sangat cekatan dalam melakukan pemanjatan, meski tempat
tersebut sangat tinggi. Karena kehandalan mereka dalam memanjat inilah sehingga
disebut Mangkit yang artinya Pemanjat. Orang Mangkit ketika berperang
selalu mengendarai seekor gajah atau Elephas
maximus borneensis, sehingga Orang Mangkit disebut juga sebagai Pasukan Bergajah Mangkit
miliknya Tampun Roban karena setiap berperang selalu mengendarai gajah.
Pasukan bergajah Mangkit ketika menyerang
wilayah musuh, akan menghancurkan apa saja hingga rata dengan tanah. Sangat
sulit sekali mengalahkan pasukan bergajah ini, karena sangat kuat dan handal
dalam berperang. Ketika meletusnya Gunung Niut, Pasukan bergajah Mangkit bersama
keluarganya menyelamatkan diri di sekitar wilayah Gunung Tiong Kandang, yang pada
masa itu banyak ditumbuhi pohon kelapa. Mereka akhirnya memutuskan untuk
menetap di sekitar wilayah Gunung Tiong Kandang. Pohon kelapa yang banyak
tumbuh dikawasan Gunung Tiong Kandang menjadi sumber penghidupan mereka. Tidak
sulit bagi mereka untuk memanjat pohon-pohon kelapa ini yang pada masa tersebut
ukurannya cukup tinggi, karena mereka sangat handal memanjat. Tempat pemukiman
mereka kemudian berkembang dari generasi ke generasi hingga saat sekarang ini.
Pada abad ke-2 Masehi, Prameswari Tampun
Roban pada masa itu pernah mengirim Pasukan bergajah Mangkit ke wilayah Baekje
atau yang sekarang disebut Korea. Tampun Roban pada masa tersebut sedang
bersengketa dengan Raja Goguryeo. Karena tidak ada penyelesaian permasalahan
diantara mereka dengan cara damai, maka Prameswari Tampun Roban kemudian
mengirim Pasukan bergajah Mangkit dalam jumlah yang sangat banyak ke Baekje
karena pusat kekuatan pemerintahan Goguryeo berada di Baekje.
Menurut beberapa riwayat ada yang mengatakan
bahwa pengiriman Pasukan bergajah Mangkit tersebut setelah Prameswari Tampun
Roban mendapat kabar bahwa suaminya telah menikahi Putri Raja Goguryeo. Karena
tidak rela suaminya menikah lagi, dan didorong kecemburuan yang sangat besar,
sehingga dikirimlah Pasukan bergajah Mangkit dalam jumlah yang sangat banyak ke
Baekje.
Pasukan bergajah Mangkit mengamuk di Baekje.
Negeri ini luluh lantak akibat serangan Pasukan bergajah Mangkit yang tidak
terbendung. Sesuai perintah Prameswari Tampun Roban agar suaminya itu dibunuh,
maka Pasukan bergajah Mangkit mencarinya sampai ketemu. Namun Pasukan bergajah
Mangkit tidak menemukan suami Prameswari Tampun Roban di Baekje. Suaminya itu
telah menyelamatkan diri ke wilayah Silla bersama Raja Goguryeo dan Putrinya.
Selanjutnya, Pasukan bergajah Mangkit pergi ke wilayah Silla. Negeri tersebut
bernasib sama dengan Baekje, luluh lantak diterjang amukan Pasukan bergajah
Mangkit. Akhirnya suami Prameswari ditemukan di perbatasan negeri Silla. Ia pun
tewas diinjak-injak oleh Gajah Orang Mangkit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar