Minggu, 05 November 2017

ASAL MUASAL ORANG MELAYU PONTIANAK

ASAL MUASAL ORANG MELAYU PONTIANAK
Pada tahun 1305 Masehi, Raja Dharmasraya mengutus pasukan untuk menyelamatkan Raja Jambi yang kerajaannya sedang di landa peperangan. Tapi pasukannya ini salah memilih jalan, mereka malah tiba di Kerajaan Siak yang juga sedang dilanda peperangan. Rombongan pasukan Dharmasraya ini tidak pernah kembali ke Dharmasraya. Raja Dharmasraya kemudian meminta bantuan Sayyid Kubu di Kerajaan Solot. Sayyid Kubu terkenal ahli melacak jejak dan membangun benteng dari tanah yang disebut Kubu. Pasukan Dharmasraya berhasil ditemukan Sayyid Kubu di Bukit Dua Belas bersama Raja Tanjung Pura Siak Bahulun dan pasukan Siak.
Siak Bahulun adalah anaknya Raja Siak yang menikah dengan Ratu Betung, Ratu Tanjung Pura. Ratu Betung adalah keturunan Raja Tanjung Pura bernama Hyang Ta. Wafatnya Raja Hyang Ta tidak meninggalkan keturunan laki-laki sehingga untuk beberapa generasi Kerajaan Tanjung Pura di perintah oleh seorang Ratu. Ketika Ratu Betung menaiki tahta, suaminya Siak Bahulun yang lebih banyak memimpin Tanjung Pura.
Kepemimpinan seorang Ratu di Tanjung Pura bukan hanya terjadi setelah wafanya Raja Hyang Ta. Ketika Raja Tanjung Pura bernama Krisyna Pandita wafat, juga tidak mewariskan keturunan laki-laki. Pemerintahan di Kerajaan Tanjung Pura kemudian dilanjutkan oleh Putrinya Krisyna Pandita. Kemudian berlanjut kepada Cucu Perempuan Krisyna Pandita yang menikah dengan putra bungsu Sang Purba bernama Sang Satiaka.
Sang Purba merupakan anaknya Nila Pahlawan yaitu Raja Minangkabau yang menikah dengan Putrinya Nila Utama yaitu Raja Palembang. Dari pernikahan Sang Purba dan Putrinya Nila Utama di anugerahi empat orang putra, yang pertama dinamai Sang Maniaka menjadi Raja di Bintan. Putra kedua Sang Jaya Mantaka. Putra ketiga Sang Saniaka dan yang keempat Sang Satiaka yang menikah dengan Cucu perempuan Krisyna Pandita Raja Tanjung Pura.
Dari pernikahan Cucu Perempuan Krisyna Pandita dengan Sang Satiaka lahirlah seorang putri bernama Ratu Cuka yang kemudian melanjutkan memimpin Kerajaan Tanjung Pura. Ratu Cuka selanjutnya menikah dengan Pangeran Bintan Putin anaknya Sang Maniaka Raja Bintan. Setelah menikah Ratu Cuka bergelar Ratu Bintan Cuka.
Dari pernikahan Ratu Bintan Cuka dan Pangeran Bintan Putin lahirlah seorang putra bernama Hyang Ta. Dengan lahirnya Hyang Ta, Kerajaan Tanjung Pura kembali di pimpin oleh seorang Raja. Namun Raja Hyang Ta tidak memiliki keturunan laki-laki hingga ke Cicitnya, sehingga beberapa generasi Kerajaan Tanjung Pura di pimpin oleh seorang Ratu. Dari Cicit Raja Hyang Ta lahirlah Ratu Betung yang kemudian menikah dengan Putra Raja Siak bernama Siak Bahulun.
Bertemunya rombongan pasukan Kerajaan Dharmasraya dengan Sayyid Kubu menimbulkan masalah baru, karena ternyata rombongan pasukan Dharmasraya ini telah salah melaksanakan tugas dari Raja Dharmasraya. Pada waktu itu Raja Dharmasraya mengutus rombongan pasukannya untuk menyelamatkan Raja Kerajaan Jambi yang sedang berperang. Tapi rombongan pasukan ini salah memilih jalan, mereka malah tiba di wilayah Kerajaan Siak yang juga sedang dilanda perang. Pada masa itu, Kemaharajaan Sriwijaya sedang mengalami keruntuhan. Runtuhnya Kemaharajaan Sriwijaya di Sumatera ini akibat serangan dari Kerajaan Wilwatikta atau Majapahit yang di bantu oleh Kerajaan Chola dan berimbas terjadinya peperangan diantara kerajaan-kerajaan yang bernaung dibawah Sriwijaya, diantaranya adalah Kerajaan Jambi dan Kerajaan Siak. Pasukan Dharmasraya salah melaksanakan tugas karena mengira Siak Bahulun adalah Raja Jambi. Karena telah salah melaksanakan tugasnya, maka pasukan Dharmasraya tidak berani pulang ke Dharmasraya karena merasa malu dan takut di hukum oleh Raja Dharmasraya.
Selanjutnya sebagian pasukan Dharmasraya memutuskan mengikuti Siak Bahulun ke Tanjung Pura bersama Sayyid Kubu yang juga sedang mencari rombongan Aji Melayu dari Kerajaan Sangkra, sedangkan yang lainnya menetap di Bukit Dua Belas. Namun di wilayah lautan Kalimantan, kapal rombongan tersebut terserang badai dan terdampar di wilayah Pantai Kakap.
Mereka kemudian menetap sementara waktu di wilayah Pantai Kakap sambil memperbaiki kapal yang rusak. Namun pemukiman mereka di serang Adik kembar Ratu Betung yang bernama Pangeran Sidang Penape atau Kenyanye, yang juga merupakan Raja Bajak Laut bergelar Kapkap, yang bermarkas di pulau Maya Karimata dan Tanjung Salai.
Pemukiman rombongan Sayyid Kubu dan Siak Bahulun yang merupakan rombongan pasukan Dharmasraya dan Siak diserang Pangeran Sidang Penape menggunakan meriam yang disebut Cetbang, sehingga mereka tercerai berai. Siak Bahulun tertangkap oleh pasukan bajak lautnya Pangeran Sidang Penape, yang kemudian diselamatkan oleh Singa Pati Bangi. Sedangkan Sayyid Kubu dan beberapa orang pengikutnya berhasil menyelamatkan diri di wilayah yang sekarang disebut Kubu. Adapun tempat itu disebut Kubu karena terdapat benteng dari tanah yang dibangun Sayyid Kubu untuk bersembunyi dari kejaran pasukan bajak lautnya Pangeran Sidang Penape.
Sebagian rombongan pasukan Dharmasraya dan Siak yang berhasil menyelamatkan diri kemudian membangun pemukiman baru di wilayah yang sekarang ini disebut Jeruju. Rombongan pasukan dari Dharmasraya dan Siak di Jeruju ini menjadi asal muasal Orang Melayu Pontianak.
Adapun wilayah yang ditempati oleh rombongan pasukan Dharmasraya dan Siak disebut Jeruju karena wilayah itu banyak terdapat tumbuhan Jeruju atau Acanthus Ilicifolius. Tumbuhan Jeruju memiliki batang yang bulat silindris, daunnya memanjang, berduri panjang dan runcing serta berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Duri-duri tumbuhan Jeruju ini yang digunakan oleh rombongan dari Dharmasraya dan Siak sebagai senjata ketika menaklukkan Bangsa Pontiant yang selanjutnya merebut wilayah Daratan yang sekarang disebut Sheng Hie. Karena datang dari wilayah yang dipenuhi tumbuhan Jeruju dan menggunakan senjata dari duri-duri tumbuhan Jeruju sehingga mereka disebut sebagai Orang Jeruju. Dari bahasa Orang-orang Jeruju ini yang merupakan pencampuran antara bahasa Orang Dharmasraya dan Siak yang kemudian menjadi bahasa Melayu Pontianak.
Selanjutnya, pada tahun 1320 Masehi, Orang-orang Jeruju yang dipimpin oleh seseorang bergelar Datuk Panglima Jeruju Merah menyerang pemukiman Bangsa Pontiant di Daratan Sheng Hie. Bangsa Pontiant ini telah menempati wilayah Daratan Sheng Hie sejak abad ke-9 Masehi. Bangsa Pontiant pada masa tersebut dipimpin oleh Lau Biqiun. Akibat serangan itu, Bangsa Pontiant menyingkir dari wilayah daratan Sheng Hie dan mengungsi ke Banokng, yaitu tempat istrinya Lau Biqiun yang bernama Dara Ollakng. Dara Ollakng adalah putrinya Singa Takalokng Banokng, yang juga merupakan cucuknya Harakng Batur, yaitu saudara kandungnya Raja Agokng Amalo’ Batur, Raja terakhir Negeri Thang Raya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...