ASAL MUASAL ORANG MELAYU PONTIANAK
Pada tahun 1305 Masehi, Raja Dharmasraya mengutus pasukan untuk
menyelamatkan Raja Jambi yang kerajaannya sedang di landa peperangan. Tapi
pasukannya ini salah memilih jalan, mereka malah tiba di Kerajaan Siak yang
juga sedang dilanda peperangan. Rombongan pasukan Dharmasraya ini tidak pernah
kembali ke Dharmasraya. Raja
Dharmasraya kemudian meminta bantuan Sayyid Kubu di Kerajaan
Solot. Sayyid Kubu
terkenal ahli melacak jejak dan membangun benteng dari tanah yang disebut Kubu. Pasukan Dharmasraya berhasil ditemukan Sayyid
Kubu di Bukit Dua Belas bersama Raja Tanjung Pura Siak Bahulun dan pasukan Siak.
Siak Bahulun adalah anaknya Raja Siak yang
menikah dengan Ratu Betung, Ratu Tanjung Pura. Ratu Betung adalah keturunan
Raja Tanjung Pura bernama Hyang Ta. Wafatnya Raja Hyang Ta tidak meninggalkan
keturunan laki-laki sehingga untuk beberapa generasi Kerajaan Tanjung Pura di
perintah oleh seorang Ratu. Ketika Ratu Betung menaiki tahta, suaminya Siak
Bahulun yang lebih banyak memimpin Tanjung Pura.
Kepemimpinan seorang Ratu di Tanjung Pura
bukan hanya terjadi setelah wafanya Raja Hyang Ta. Ketika Raja Tanjung Pura
bernama Krisyna Pandita wafat, juga tidak mewariskan keturunan laki-laki.
Pemerintahan di Kerajaan Tanjung Pura kemudian dilanjutkan oleh Putrinya
Krisyna Pandita. Kemudian berlanjut kepada Cucu Perempuan Krisyna Pandita yang
menikah dengan putra bungsu Sang Purba bernama Sang Satiaka.
Sang Purba merupakan anaknya Nila Pahlawan
yaitu Raja Minangkabau yang menikah dengan Putrinya Nila Utama yaitu Raja
Palembang. Dari pernikahan Sang Purba dan Putrinya Nila Utama di anugerahi
empat orang putra, yang pertama dinamai Sang Maniaka menjadi Raja di Bintan. Putra kedua Sang Jaya
Mantaka. Putra ketiga Sang Saniaka dan yang keempat Sang Satiaka yang menikah
dengan Cucu perempuan Krisyna Pandita Raja Tanjung Pura.
Dari pernikahan Cucu Perempuan Krisyna Pandita dengan Sang Satiaka
lahirlah seorang putri bernama Ratu Cuka yang kemudian melanjutkan memimpin
Kerajaan Tanjung Pura. Ratu Cuka selanjutnya menikah dengan Pangeran Bintan
Putin anaknya Sang Maniaka Raja Bintan. Setelah menikah Ratu Cuka bergelar Ratu
Bintan Cuka.
Dari pernikahan Ratu Bintan Cuka dan Pangeran Bintan Putin
lahirlah seorang putra bernama Hyang Ta. Dengan lahirnya Hyang Ta, Kerajaan
Tanjung Pura kembali di pimpin oleh seorang Raja. Namun Raja Hyang Ta tidak
memiliki keturunan laki-laki hingga ke Cicitnya, sehingga beberapa generasi
Kerajaan Tanjung Pura di pimpin oleh seorang Ratu. Dari Cicit Raja Hyang Ta
lahirlah Ratu Betung yang kemudian menikah dengan Putra Raja Siak bernama Siak
Bahulun.
Bertemunya rombongan pasukan Kerajaan Dharmasraya dengan Sayyid
Kubu menimbulkan masalah baru, karena ternyata rombongan pasukan Dharmasraya
ini telah salah melaksanakan tugas dari Raja Dharmasraya. Pada waktu itu Raja
Dharmasraya mengutus rombongan pasukannya untuk menyelamatkan Raja Kerajaan
Jambi yang sedang berperang. Tapi rombongan pasukan ini salah memilih jalan,
mereka malah tiba di wilayah Kerajaan Siak yang juga sedang dilanda perang. Pada masa
itu, Kemaharajaan Sriwijaya sedang mengalami keruntuhan. Runtuhnya Kemaharajaan
Sriwijaya di Sumatera ini akibat serangan dari Kerajaan Wilwatikta atau
Majapahit yang di bantu oleh Kerajaan Chola dan berimbas terjadinya peperangan
diantara kerajaan-kerajaan yang bernaung dibawah Sriwijaya, diantaranya adalah
Kerajaan Jambi dan Kerajaan Siak. Pasukan Dharmasraya salah melaksanakan tugas
karena mengira Siak Bahulun adalah Raja Jambi. Karena telah salah melaksanakan
tugasnya, maka pasukan Dharmasraya tidak berani pulang ke Dharmasraya karena
merasa malu dan takut di hukum oleh Raja Dharmasraya.
Selanjutnya sebagian pasukan Dharmasraya
memutuskan mengikuti Siak Bahulun ke Tanjung Pura bersama Sayyid Kubu yang juga
sedang mencari rombongan Aji Melayu dari Kerajaan Sangkra, sedangkan yang
lainnya menetap di Bukit Dua Belas. Namun di wilayah lautan Kalimantan, kapal
rombongan tersebut terserang badai dan terdampar di wilayah Pantai Kakap.
Mereka
kemudian menetap sementara waktu di wilayah Pantai Kakap sambil memperbaiki
kapal yang rusak. Namun pemukiman mereka di serang Adik kembar Ratu Betung yang
bernama Pangeran Sidang Penape atau Kenyanye, yang juga merupakan Raja Bajak
Laut bergelar Kapkap, yang bermarkas di pulau Maya Karimata dan Tanjung Salai.
Pemukiman rombongan Sayyid Kubu dan Siak
Bahulun yang merupakan rombongan pasukan Dharmasraya dan Siak diserang Pangeran
Sidang Penape menggunakan meriam yang disebut Cetbang, sehingga mereka tercerai berai. Siak Bahulun tertangkap
oleh pasukan bajak lautnya Pangeran Sidang Penape, yang kemudian diselamatkan
oleh Singa Pati Bangi. Sedangkan Sayyid Kubu dan beberapa orang pengikutnya
berhasil menyelamatkan diri di wilayah yang sekarang disebut Kubu. Adapun
tempat itu disebut Kubu karena terdapat benteng dari tanah yang dibangun Sayyid
Kubu untuk bersembunyi dari kejaran pasukan bajak lautnya Pangeran Sidang
Penape.
Sebagian rombongan pasukan Dharmasraya dan
Siak yang berhasil menyelamatkan diri kemudian membangun pemukiman baru di
wilayah yang sekarang ini disebut Jeruju.
Rombongan pasukan dari Dharmasraya dan Siak di Jeruju ini menjadi asal muasal
Orang Melayu Pontianak.
Adapun wilayah yang ditempati oleh rombongan
pasukan Dharmasraya dan Siak disebut Jeruju karena wilayah itu banyak terdapat
tumbuhan Jeruju atau Acanthus Ilicifolius.
Tumbuhan Jeruju memiliki batang yang bulat silindris, daunnya memanjang,
berduri panjang dan runcing serta berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit.
Duri-duri tumbuhan Jeruju ini yang digunakan oleh rombongan dari Dharmasraya
dan Siak sebagai senjata ketika menaklukkan Bangsa Pontiant yang selanjutnya
merebut wilayah Daratan yang sekarang disebut Sheng Hie. Karena datang dari
wilayah yang dipenuhi tumbuhan Jeruju dan menggunakan senjata dari duri-duri
tumbuhan Jeruju sehingga mereka disebut sebagai Orang Jeruju. Dari bahasa
Orang-orang Jeruju ini yang merupakan pencampuran antara bahasa Orang
Dharmasraya dan Siak yang kemudian menjadi bahasa Melayu Pontianak.
Selanjutnya, pada tahun 1320 Masehi, Orang-orang Jeruju yang dipimpin oleh seseorang bergelar Datuk
Panglima Jeruju Merah menyerang pemukiman Bangsa Pontiant di Daratan
Sheng Hie. Bangsa Pontiant ini telah menempati wilayah Daratan Sheng Hie sejak
abad ke-9 Masehi. Bangsa Pontiant pada masa tersebut dipimpin oleh Lau Biqiun.
Akibat serangan itu, Bangsa Pontiant menyingkir dari wilayah daratan Sheng Hie
dan mengungsi ke Banokng, yaitu tempat istrinya Lau Biqiun yang bernama Dara
Ollakng. Dara Ollakng adalah putrinya Singa Takalokng Banokng, yang juga
merupakan cucuknya Harakng Batur, yaitu saudara kandungnya Raja Agokng Amalo’
Batur, Raja terakhir Negeri Thang Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar