EDELWEISS DI TENGAH BELUKAR
Sabtu, 2 November 1996, aku mendapat jadwal bertugas
di Restoran Hotel pada sift sore yaitu dimulai dari jam 3 sore hingga jam 11
malam. Hingga jam 11 malam waktunya aku pulang. Setelah menyelesaikan
laporan keuanganku hari itu, aku pun keluar melalui pintu belakang hotel untuk
mengambil motor Suzuki Jet Cooled ku yang ku parkirkan di belakang hotel.
Tempat parkir ini merupakan tempat khusus bagi kendaraan karyawan hotel.
Setelah menghidupkan motorku itu, aku langsung melaju keluar dari belakang
hotel menuju ke gerbang depan hotel untuk menuju ke Jalan Gajah Mada.
Ketika akan melewati gerbang hotel, ku lihat Tante
Linda berdiri disitu sepertinya sedang menunggu seseorang. Rupanya Tante Linda
melihatku dan langsung memanggilku untuk menghentikan laju motorku itu. Aku pun
segera berhenti.
Tante Linda kemudian menghampiriku dan bertanya aku
akan kemana. Maka ku jawab bahwa aku mau pulang. Tante Linda kemudian bertanya
lagi ke arah mana jalanku pulang. Ku jawab aku pulang ke arah Jeruju. Selanjutnya Tante Linda berkata bahwa ia ingin menumpang untuk pulang ke arah Jalan Merdeka, yang tentunya aku akan melewati
jalan itu menuju ke Jeruju. Tanpa menunggu persetujuanku, Tante Linda langsung naik ke
belakang motorku. Ia pun menyuruhku untuk menjalankan motorku.
Dengan perasaan gerogi yang luar biasa aku segera
menjalankan motorku. Tubuhku tegang sekali ketika menggonceng Tante Linda. Dan
Tante Linda sepertinya tahu bahwa aku sangat gerogi saat itu, tapi ia tidak
menghiraukannya. Ia dengan santainya sambil berkata bahwa orang yang biasa
menjemputnya barangkali tidak bisa datang sehingga belum juga muncul
menjemputnya hingga jam 11 malam itu. Ia biasanya pergi dan pulang bersama
Tante Yanti, tapi hari itu Tante Yanti sedang datang bulan sehingga tidak bisa
melayani pesanan dari tamu hotel, dan hanya berada di rumah kontrakan mereka
saja di kawasan Jalan Merdeka, sehingga hanya Tante Linda sendiri saja yang
datang ke hotel sejak jam 8 malam tadi karena ada tamu hotel yang memesan
layanannya. Tante Linda hanya melayani tamu hotel satu rate saja malam itu.
Setelah selesai melayani tamu, ia memutuskan untuk pulang. Aku hanya diam saja
mendengar penjelasan Tante Linda itu.
Selanjutnya, motorku pun melaju melewati Jalan Gajah
Mada. Ketika mendekati simpang Jalan Gajah Mada dan Diponegoro, dan akan
memasuki Jalan Pattimura, Tante Linda bertanya apakah aku sudah makan atau
belum. Belum sempat ku jawab, Tante Linda langsung mengajakku singgah ke Rumah
Makan Ayam Panas 29 yang berada sederetan tidak jauh dengan Kaisar Swalayan di
Jalan Pattimura. Rumah Makan Ayam Panas 29 ini buka 24 jam. Tante Linda berkata
ia sangat lapar saat itu. Motorku pun berbelok menuju Rumah Makan tersebut.
Setelah ku parkirkan motorku, kami pun turun dan memasuki Rumah Makan itu.
Tante Linda kemudian memesan makanan, selanjutnya ia mengajakku duduk pada meja
di dekat dinding. Aku pun mengikutinya.
Setelah duduk ia langsung menyalakan rokoknya sambil
menawarkannya juga kepadaku, tapi ku katakan bahwa aku tidak merokok. Tante
Linda hanya tersenyum saja saat itu. Sambil menunggu pesanan makanan kami
diantar oleh penjaga Rumah makan ia mengajakku mengobrol santai. Aku yang masih
gerogi itu hanya bisa menjadi pendengar yang baik saja mendengarkan obrolan
santainya. Hingga kemudian ku beranikan diri untuk bertanya tentang kelanjutan
cerita Tante Linda ketika pergi ke Bantul bersama Jamal.
Mendengar pertanyaanku itu, Tante Linda tertawa sambil
berkata bahwa rupanya aku masih mengingat ceritanya itu. Sambil tersenyum malu
aku mengiyakannya. Selanjutnya Tante Linda bertanya sampai dimana ceritanya
waktu itu. Aku pun menjelaskan secara ringkas hingga ketika Tante Linda
bersedia menemani Jamal untuk pergi ke rumah orangtua Jamal di Bantul.
----------
Belum sempat Tante Linda akan melanjutkan ceritanya,
makanan yang dipesannya datang, makanan itu pun diletakkan oleh si penjaga
rumah makan di meja tempat kami duduk. Tante Linda kemudian menyuruh untuk
makan terlebih dahulu, nanti selesai makan baru ia akan melanjutkan ceritanya.
Selesai makan Tante Linda melanjutkan ceritanya,
sambil menghisap rokoknya dalam-dalam dan terlihat ia berusaha untuk tegar,
Tante Linda mulai bercerita. Hari itu pergilah Tante Linda bersama Jamal ke
Bantul menggunakan mobil yang disewa Jamal. Sesampainya di Bantul, mereka
langsung menuju rumah Jamal. Jamal rupanya memegang kunci rumahnya, dan ketika
dibuka ternyata rumah itu tidak ada orang. Tante Linda bertanya dimana orangtua
Jamal yang sakit. Jamal menjawab bahwa orangtuanya sedang di rumah sakit
sehingga rumahnya tidak ada orang. Dan nanti mereka akan pergi ke rumah sakit
untuk bertemu orangtua Jamal.
Tante Linda yang tidak ada rasa curiga terhadap Jamal
percaya saja, ia kemudian duduk di ruang tamu. Sedangkan Jamal langsung masuk
ke dalam. Dan tak lama kemudian keluar membawa segelas air minum yang kemudian
diberikan kepada Tante Linda. Jamal menyuruh Tante Linda untuk meminumnya
dengan berkata bahwa tentunya Tante Linda haus setelah perjalanan jauh. Setelah
memberikan segelas air itu, Jamal duduk tidak jauh dari Tante Linda.
Tante Linda yang masih belum curiga itu langsung
meminum segelas air yang diberikan Jamal. Setelah minum, mereka
berbincang-bincang sesaat. Namun tak lama kemudian, Tante Linda merasakan
kepalanya pusing. Selanjutnya Tante Linda merasakan matanya mulai
berkunang-kunang dan kepalanya semakin pusing. Hingga kemudian ia merasakan
tubuhnya lemas sehingga ia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi ruang tamu
itu. Rupanya Jamal telah memasukkan sesuatu ke dalam air minum yang di minum
oleh Tante Linda sehingga kepalanya menjadi pusing dan tubuhnya menjadi lemas.
Jamal yang melihat Tante Linda telah lemas itu
terlihat langsung menutup pintu dan menguncinya. Meski dalam kondisi telah
lemas, namun Tante Linda masih dapat melihat perbuatan Jamal selanjutnya. Jamal
terlihat mengangkat tubuhnya dan dibawa ke dalam sebuah kamar. Sesampainya di
dalam kamar, tubuh Tante Linda di baringkan Jamal pada tempat tidur dan Jamal
mulai melepas pakaian Tante Linda satu persatu. Selanjutnya Jamal melepas
pakaiannya sendiri. Tante Linda dalam kondisi telah lemas itu tak dapat berbuat
apa-apa. Ia kemudian menyaksikan Jamal mulai memperkosanya.
Tante Linda ingin menjerit tapi ia tak mampu. Hanya
air matanya saja meleleh dari sela-sela matanya melihat perbuatan biadab Jamal
terhadap dirinya. Untuk beberapa waktu Tante Linda yang sedang hamil muda itu
harus melewati siksaan perih karena Jamal sedang memperkosanya. Setelah
melampiaskan nafsu bejatnya, Jamal memakai kembali pakaiannya dan terlihat
keluar dari kamar. Tante Linda saat itu belum juga pulih, tubuhnya masih lemas
dan dibiarkan terbaring begitu saja tanpa pakaian sehelai pun oleh Jamal. Hati
Tante Linda menjerit, air matanya terus meleleh dari matanya.
Cukup lama Jamal keluar dari kamar membiarkan Tante
Linda yang terbaring lemas. Kemudian terlihat ia masuk lagi dengan membawa
beberapa orang yang rupanya itu teman-temannya. Ternyata ketika keluar dari
kamar tadi Jamal pergi menjemput teman-temannya. Dalam kondisi lemas, Tante
Linda mendengar cemoohan Jamal kepada Tante Linda dengan mengatakan kepada
teman-temannya itu bahwa ternyata Tante Linda sudah tidak perawan. Jamal juga berkata
bahwa Tante Linda adalah perempuan nakal sehingga sudah tidak perawan lagi. Dan
ia mempersilahkan teman-temannya itu untuk menikmati tubuh Tante Linda karena
pastinya sebagai perempuan nakal sudah terbiasa ia menjadi pelampiasan nafsu
laki-laki.
Teman-teman Jamal yang mendengar perkataannya itu
terlihat tertawa girang. Mereka selanjutnya satu persatu bergiliran memperkosa
Tante Linda yang telah tak berdaya itu. Maka bertambahlah siksaan yang
dirasakan oleh Tante Linda. Ia hanya bisa mengeluarkan air matanya saja melihat
teman-teman Jamal yang berjumlah enam orang itu bergiliran memperkosanya. Entah
berapa lama ia bertahan saat itu, hingga ia merasakan tidak sanggup lagi dan
akhirnya ia tak sadarkan diri.
----------
Tidak tahu berapa lama Tante Linda tidak sadarkan
diri. Ketika telah sadar, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit sekali, meski ia
tidak merasakan lemas yang dirasakan sebelumnya. Tante Linda kemudian mencoba
untuk bangun dengan pandangan matanya yang berkunang-kunang. Ia merasakan
sangat nanar saat itu. Tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian itu terlihat di
tumpahi cairan sperma di sana sini. Ketika bercerita, terlihat Tante Linda
berusaha untuk tegar sambil terus menerus menghisap rokoknya.
Dengan bersusah payah sambil menahan sakit di sekujur
tubuhnya yang tidak terkira, Tante Linda memakai pakaiannya yang tergeletak
begitu saja di lantai kamar. Ketika selesai memakai pakaiannya, Tante Linda
mendengar suara tertawa dari luar kamar. Rupanya Jamal dan teman-temannya
sedang bercanda kegirangan di luar kamar. Tante Linda merasakan ketakutan
sekali saat itu, pikirannya kosong, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Ia merasakan sangat syok. Akibat perasaan takut yang sangat luar biasa, Tante
Linda jatuh terduduk dengan pikirannya yang kosong. Ia hanya bisa menangis saja
saat itu.
Rupanya dari luar kamar terdengar jika Tante Linda
telah sadar, Jamal pun terlihat memasuki kamar. Tante Linda melihat Jamal
seperti melihat iblis ia takut luar biasa, tapi tak mampu berkata. Ia hanya
terduduk ketakutan sambil terus menangis.
Melihat Tante Linda telah sadar, Jamal memanggil
teman-temannya untuk kembali masuk ke kamar. Selanjutnya Jamal mendekati Tante
Linda yang sedang ketakutan itu, dengan tanpa berdosa berkata bahwa Tante Linda
sudah tidak perawan, sehingga tidak perlu ia takut. Nikmati saja apa yang
terjadi. Mendengar perkataan biadab Jamal itu Tante Linda hanya bisa menangis.
Rupanya perlakuan biadab Jamal dan teman-temannya
belum selesai. Mereka kembali menarik tubuh Tante Linda ke tempat tidur. Selanjutnya
mereka melepaskan kembali pakaian Tante Linda dan kembali bergiliran memperkosa
Tante Linda yang sedang hamil muda itu. Tante Linda yang dalam kondisi
ketakutan dengan sekujur tubuhnya sakit tidak terkira benar-benar tidak
berdaya. Ia harus kembali merasakan siksaan Jamal dan keenam temannya
bergiliran memperkosanya. Tante Linda tidak pingsan saat itu, hingga perbuatan
biadab itu berakhir. Sungguh siksaan yang sangat perih yang sulit dilupakannya
seumur hidup.
Selepas Jamal dan keenam temannya melampiaskan nafsu
biadabnya, mereka kemudian keluar kamar. Tante Linda hanya dapat terbaring
lemas di tempat tidur dengan sekujur tubuhnya semakin sakit. Pikirannya hampa
dan pandangan matanya kosong. Air matanya pun seakan mengering dan tidak dapat
keluar lagi. Kebencian dan kejijikannya terhadap laki-laki mulai timbul saat
itu. Cukup lama ia hanya terbaring lemas di tempat tidur saat itu, sambil terus
menerus menyesali nasib.
----------
Sekian lama kemudian, terlihat Jamal memasuki kamar.
Jamal dengan sebutan biadab menyebut Tante Linda sebagai ‘Perek’ menyuruhnya
untuk bangun dan memakai pakaiannya karena mereka akan pulang ke Jogja. Tante
Linda dengan pandangan kosongnya bersusah payah untuk bangun. Dalam kondisi
sekujur tubuh yang sakit dengan perlahan-lahan Tante Linda memakai kembali
pakaiannya. Selanjutnya dalam kondisi linglung ia keluar dari kamar. Rupanya
keenam teman Jamal sudah tidak ada lagi di rumah itu. Tanpa sepatah kata pun
Tante Linda langsung keluar dari rumah dan memasuki mobil yang kemudian diikuti
Jamal memasuki mobil. Mereka pun kembali pulang ke Jogja.
Sepanjang perjalanan pulang Tante Linda membisu dengan
pandangannya yang kosong. Ia tidak mau melihat Jamal yang Durjana dan terlihat
sangat menjijikkan dimatanya. Dengan dipenuhi rasa amarah dan dendam, hatinya
sangat menjerit. Ketika sampai di tempat kostnya di Jogja, Tante Linda langsung
turun menuju kamar kostnya. Ia tidak berkata apa-apa kepada si Durjana Jamal,
bahkan Jamal pun sudah tidak mau dilihatnya lagi karena bagai iblis dalam pandangan
matanya. Tante Linda selanjutnya hanya mengurung diri dalam kamar kostnya. Dan
memendam kisah pilu dari perbuatan durjana yang telah dialaminya. Sejak itu ia
tidak mau lagi bertemu si Durjana Jamal karena sangat menjijikkan baginya.
----------
Setelah beberapa hari mengurung diri dalam kamar
kostnya, Tante Linda mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya telah berkurang,
ia kemudian berusaha menguatkan diri untuk bertahan dan pergi kuliah ke
kampusnya. Tapi perlakuan pedih harus ia alami ketika ke kampus. Rupanya Jamal
telah menyebarkan cerita kesana sini bahwa Tante Linda adalah ‘Perek’ dan sudah
tidak perawan. Sehingga beberapa mahasiswa dengan berani mengajaknya untuk
berhubungan intim. Bahkan yang lebih menyakitkan ada yang bertanya berapa tarifnya
satu malam. Ajakan yang menjijikkan itu tidak ditanggapinya. Ia terus bertahan
untuk tetap menyelesaikan kuliah meski saat itu kehamilannya makin bertambah
hari. Segala perkataan orang yang menyebutnya ‘Perek’ berusaha tidak
dihiraukannya.
Hingga ketika ia berkonsultasi tentang mata kuliahnya
kepada salah seorang dosennya, dan dosennya itu terang-terangan memintanya
untuk berhubungan intim jika ingin dilayani konsultasi mata kuliahnya itu
membuat semangatnya untuk menyelesaikan kuliah menjadi ambruk. Rupanya anggapan
kepada dirinya sebagai ‘Perek’ juga sampai di kalangan dosen-dosennya di
kampus. Permintaan menjijikkan dosennya itu tidak di tanggapinya, namun ia
kemudian dipersulit untuk berkonsultasi tentang mata kuliahnya. Ia pun semakin
jijik melihat laki-laki.
Situasinya yang dipersulit oleh dosennya itu lantaran
ia tidak menanggapi permintaan tidak senonoh dosennya itu membuatnya berpikir
lagi untuk tetap bertahan menyelesaikan kuliahnya. Ia akhirnya memutuskan untuk
memberanikan diri pulang ke Sumatera Barat dan menyampaikan kepada orangtuanya
tentang kehamilannya. Maka berhentilah Tante Linda dari kuliah yang telah
dijalaninya hingga menjelang akhir semester 7 saat itu. Ia pun pulang ke
Sumatera Barat.
----------
Ketika pulang ke Sumatera Barat, orangtuanya sangat
marah ketika mengetahui Tante Linda telah berhenti kuliah serta saat itu sedang
hamil dan tidak ada laki-laki yang dapat di tuntut pertanggung jawabannya.
Orangtua Tante Linda yang merupakan salah seorang terpandang di Sumatera Barat
sangat malu dengan kondisi Tante Linda. Tante Linda kemudian diusir dari rumah
karena dianggap membawa aib bagi orangtua dan keluarganya. Setelah diusir oleh
orangtuanya, Tante Linda tinggal di rumah salah seorang keluarganya. Tapi
rupanya orangtua Tante Linda mengetahui bahwa ia tinggal di rumah salah seorang
keluarganya. Orangtuanya itu kemudian menemui keluarganya itu dan melarang
untuk memberikan tempat tinggal bagi Tante Linda karena telah membawa aib bagi
keluarga besar mereka. Keluarganya itu tidak dapat berbuat apa-apa, dan
terpaksa meminta Tante Linda untuk pergi dari rumah mereka.
Dengan kepedihan hati, Tante Linda pergi dari rumah
keluarganya itu. Ia kemudian hidup terkatung-katung dengan membawa kehamilannya
yang semakin membesar. Ia berusaha berkerja apa saja hanya untuk menyambung
hidupnya saat itu. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Tante Yanti.
Tante Yanti adalah teman sekolah Tante Linda ketika di
SMP. Tante Yanti sangat perihatin melihat Tante Linda dengan perut membesar
berkerja serabutan untuk mencari nafkah. Ia pun membawa Tante Linda untuk
tinggal bersamanya. Saat itu Tante Yanti telah berkerja sebagai Wanita Tuna
Susila.
Bukan tanpa sebab Tante Yanti akhirnya berkerja
sebagai Wanita Tuna Susila, karena ia juga mengalami nasib yang sama menyakitkannya
dengan Tante Linda hanya situasinya saja yang berbeda. Tante Linda kemudian
menceritakan keseluruhan tentang kisah hidup Tante Yanti yang dua kali menikah,
dan kedua suaminya itu memiliki penyimpangan seksual. Kedua suaminya itu tidak
akan terangsang jika tidak melihat Tante Yanti di gauli orang. Itulah awal mula
Tante Yanti sangat membenci laki-laki. Ia kemudian lari dari suaminya dan
menjadi Lesbian. Meskipun sebagai Lesbian, Tante Yanti kemudian berkerja
sebagai Wanita Tuna Susila untuk mencari nafkah.
Selama tinggal bersama Tante Yanti, segala keperluan
hidup Tante Linda yang sedang hamil besar itu di tanggung oleh Tante Yanti. Ini
lah awal mula Tante Linda menjadi Lesbian. Kesamaan nasib yang mereka alami
menimbulkan kebencian mereka kepada laki-laki. Mereka pun saling jatuh cinta
dan menjalin asmara.
Sampailah waktunya Tante Linda melahirkan seorang anak
laki-laki. Namun beberapa hari setelah melahirkan, anaknya itu meninggal dunia.
Selanjutnya setelah pulih kesehatannya, Tante Linda mengikuti Tante Yanti
berkerja sebagai Wanita Tuna Susila. Hingga kemudian mereka mendapat tawaran
untuk berkerja di Kalimantan yaitu di Balikpapan dengan profesi yang sama yaitu
sebagai Wanita Tuna Susila. Lebih dua tahun mereka di Balikpapan. Hingga
kemudian pada tahun 1994 mereka mengikuti seseorang pergi ke Pontianak. Dan di
Pontianak lah kini mereka berkerja.
Setelah menyelesaikan ceritanya itu, Tante Linda
mengajakku pulang. Ia kemudian membayar makanan yang kami makan. Aku pun
berjalan menuju motorku dan menghidupkannya. Tante Linda kemudian naik
dibelakang motorku. Selanjutnya motorku melaju menuju Jalan Merdeka, dan
berbelok masuk pada sebuah gang tempat rumah kontrakan Tante Linda berada.
Motorku pun berhenti di depan rumah kontrakan tersebut.
Setelah Tante Linda turun dari motorku, ia sempat
menawarkan aku untuk singgah sebentar di rumah kontrakannya, tapi ku katakan
bahwa waktu telah lewat jam 2 subuh, dan aku harus tidur karena nanti jam 3
sore pada hari Minggu itu aku harus kembali masuk kerja. Tante Linda memahami
kondisiku itu. Ia pun mengucapkan terima kasih karena aku bersedia
mengantarkannya pulang dan menjadi teman sebagai tempatnya bercerita. Aku
dengan tersipu malu hanya menganggukkan kepalaku saja dan pamit untuk langsung
pulang. Selanjutnya aku menjalankan motorku dan melaju pulang ke rumahku di
Jeruju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar