Jumat, 10 Januari 2020

EDELWEISS DI TENGAH BELUKAR


EDELWEISS DI TENGAH BELUKAR

Sabtu, 2 November 1996, aku mendapat jadwal bertugas di Restoran Hotel pada sift sore yaitu dimulai dari jam 3 sore hingga jam 11 malam. Hingga jam 11 malam waktunya aku pulang. Setelah menyelesaikan laporan keuanganku hari itu, aku pun keluar melalui pintu belakang hotel untuk mengambil motor Suzuki Jet Cooled ku yang ku parkirkan di belakang hotel. Tempat parkir ini merupakan tempat khusus bagi kendaraan karyawan hotel. Setelah menghidupkan motorku itu, aku langsung melaju keluar dari belakang hotel menuju ke gerbang depan hotel untuk menuju ke Jalan Gajah Mada.
Ketika akan melewati gerbang hotel, ku lihat Tante Linda berdiri disitu sepertinya sedang menunggu seseorang. Rupanya Tante Linda melihatku dan langsung memanggilku untuk menghentikan laju motorku itu. Aku pun segera berhenti.
Tante Linda kemudian menghampiriku dan bertanya aku akan kemana. Maka ku jawab bahwa aku mau pulang. Tante Linda kemudian bertanya lagi ke arah mana jalanku pulang. Ku jawab aku pulang ke arah Jeruju. Selanjutnya Tante Linda berkata bahwa ia ingin menumpang untuk pulang ke arah Jalan Merdeka, yang tentunya aku akan melewati jalan itu menuju ke Jeruju. Tanpa menunggu persetujuanku, Tante Linda langsung naik ke belakang motorku. Ia pun menyuruhku untuk menjalankan motorku.
Dengan perasaan gerogi yang luar biasa aku segera menjalankan motorku. Tubuhku tegang sekali ketika menggonceng Tante Linda. Dan Tante Linda sepertinya tahu bahwa aku sangat gerogi saat itu, tapi ia tidak menghiraukannya. Ia dengan santainya sambil berkata bahwa orang yang biasa menjemputnya barangkali tidak bisa datang sehingga belum juga muncul menjemputnya hingga jam 11 malam itu. Ia biasanya pergi dan pulang bersama Tante Yanti, tapi hari itu Tante Yanti sedang datang bulan sehingga tidak bisa melayani pesanan dari tamu hotel, dan hanya berada di rumah kontrakan mereka saja di kawasan Jalan Merdeka, sehingga hanya Tante Linda sendiri saja yang datang ke hotel sejak jam 8 malam tadi karena ada tamu hotel yang memesan layanannya. Tante Linda hanya melayani tamu hotel satu rate saja malam itu. Setelah selesai melayani tamu, ia memutuskan untuk pulang. Aku hanya diam saja mendengar penjelasan Tante Linda itu.
Selanjutnya, motorku pun melaju melewati Jalan Gajah Mada. Ketika mendekati simpang Jalan Gajah Mada dan Diponegoro, dan akan memasuki Jalan Pattimura, Tante Linda bertanya apakah aku sudah makan atau belum. Belum sempat ku jawab, Tante Linda langsung mengajakku singgah ke Rumah Makan Ayam Panas 29 yang berada sederetan tidak jauh dengan Kaisar Swalayan di Jalan Pattimura. Rumah Makan Ayam Panas 29 ini buka 24 jam. Tante Linda berkata ia sangat lapar saat itu. Motorku pun berbelok menuju Rumah Makan tersebut. Setelah ku parkirkan motorku, kami pun turun dan memasuki Rumah Makan itu. Tante Linda kemudian memesan makanan, selanjutnya ia mengajakku duduk pada meja di dekat dinding. Aku pun mengikutinya.
Setelah duduk ia langsung menyalakan rokoknya sambil menawarkannya juga kepadaku, tapi ku katakan bahwa aku tidak merokok. Tante Linda hanya tersenyum saja saat itu. Sambil menunggu pesanan makanan kami diantar oleh penjaga Rumah makan ia mengajakku mengobrol santai. Aku yang masih gerogi itu hanya bisa menjadi pendengar yang baik saja mendengarkan obrolan santainya. Hingga kemudian ku beranikan diri untuk bertanya tentang kelanjutan cerita Tante Linda ketika pergi ke Bantul bersama Jamal.
Mendengar pertanyaanku itu, Tante Linda tertawa sambil berkata bahwa rupanya aku masih mengingat ceritanya itu. Sambil tersenyum malu aku mengiyakannya. Selanjutnya Tante Linda bertanya sampai dimana ceritanya waktu itu. Aku pun menjelaskan secara ringkas hingga ketika Tante Linda bersedia menemani Jamal untuk pergi ke rumah orangtua Jamal di Bantul.
----------
Belum sempat Tante Linda akan melanjutkan ceritanya, makanan yang dipesannya datang, makanan itu pun diletakkan oleh si penjaga rumah makan di meja tempat kami duduk. Tante Linda kemudian menyuruh untuk makan terlebih dahulu, nanti selesai makan baru ia akan melanjutkan ceritanya.
Selesai makan Tante Linda melanjutkan ceritanya, sambil menghisap rokoknya dalam-dalam dan terlihat ia berusaha untuk tegar, Tante Linda mulai bercerita. Hari itu pergilah Tante Linda bersama Jamal ke Bantul menggunakan mobil yang disewa Jamal. Sesampainya di Bantul, mereka langsung menuju rumah Jamal. Jamal rupanya memegang kunci rumahnya, dan ketika dibuka ternyata rumah itu tidak ada orang. Tante Linda bertanya dimana orangtua Jamal yang sakit. Jamal menjawab bahwa orangtuanya sedang di rumah sakit sehingga rumahnya tidak ada orang. Dan nanti mereka akan pergi ke rumah sakit untuk bertemu orangtua Jamal.
Tante Linda yang tidak ada rasa curiga terhadap Jamal percaya saja, ia kemudian duduk di ruang tamu. Sedangkan Jamal langsung masuk ke dalam. Dan tak lama kemudian keluar membawa segelas air minum yang kemudian diberikan kepada Tante Linda. Jamal menyuruh Tante Linda untuk meminumnya dengan berkata bahwa tentunya Tante Linda haus setelah perjalanan jauh. Setelah memberikan segelas air itu, Jamal duduk tidak jauh dari Tante Linda.
Tante Linda yang masih belum curiga itu langsung meminum segelas air yang diberikan Jamal. Setelah minum, mereka berbincang-bincang sesaat. Namun tak lama kemudian, Tante Linda merasakan kepalanya pusing. Selanjutnya Tante Linda merasakan matanya mulai berkunang-kunang dan kepalanya semakin pusing. Hingga kemudian ia merasakan tubuhnya lemas sehingga ia kemudian menyandarkan tubuhnya di kursi ruang tamu itu. Rupanya Jamal telah memasukkan sesuatu ke dalam air minum yang di minum oleh Tante Linda sehingga kepalanya menjadi pusing dan tubuhnya menjadi lemas.
Jamal yang melihat Tante Linda telah lemas itu terlihat langsung menutup pintu dan menguncinya. Meski dalam kondisi telah lemas, namun Tante Linda masih dapat melihat perbuatan Jamal selanjutnya. Jamal terlihat mengangkat tubuhnya dan dibawa ke dalam sebuah kamar. Sesampainya di dalam kamar, tubuh Tante Linda di baringkan Jamal pada tempat tidur dan Jamal mulai melepas pakaian Tante Linda satu persatu. Selanjutnya Jamal melepas pakaiannya sendiri. Tante Linda dalam kondisi telah lemas itu tak dapat berbuat apa-apa. Ia kemudian menyaksikan Jamal mulai memperkosanya.
Tante Linda ingin menjerit tapi ia tak mampu. Hanya air matanya saja meleleh dari sela-sela matanya melihat perbuatan biadab Jamal terhadap dirinya. Untuk beberapa waktu Tante Linda yang sedang hamil muda itu harus melewati siksaan perih karena Jamal sedang memperkosanya. Setelah melampiaskan nafsu bejatnya, Jamal memakai kembali pakaiannya dan terlihat keluar dari kamar. Tante Linda saat itu belum juga pulih, tubuhnya masih lemas dan dibiarkan terbaring begitu saja tanpa pakaian sehelai pun oleh Jamal. Hati Tante Linda menjerit, air matanya terus meleleh dari matanya.
Cukup lama Jamal keluar dari kamar membiarkan Tante Linda yang terbaring lemas. Kemudian terlihat ia masuk lagi dengan membawa beberapa orang yang rupanya itu teman-temannya. Ternyata ketika keluar dari kamar tadi Jamal pergi menjemput teman-temannya. Dalam kondisi lemas, Tante Linda mendengar cemoohan Jamal kepada Tante Linda dengan mengatakan kepada teman-temannya itu bahwa ternyata Tante Linda sudah tidak perawan. Jamal juga berkata bahwa Tante Linda adalah perempuan nakal sehingga sudah tidak perawan lagi. Dan ia mempersilahkan teman-temannya itu untuk menikmati tubuh Tante Linda karena pastinya sebagai perempuan nakal sudah terbiasa ia menjadi pelampiasan nafsu laki-laki.
Teman-teman Jamal yang mendengar perkataannya itu terlihat tertawa girang. Mereka selanjutnya satu persatu bergiliran memperkosa Tante Linda yang telah tak berdaya itu. Maka bertambahlah siksaan yang dirasakan oleh Tante Linda. Ia hanya bisa mengeluarkan air matanya saja melihat teman-teman Jamal yang berjumlah enam orang itu bergiliran memperkosanya. Entah berapa lama ia bertahan saat itu, hingga ia merasakan tidak sanggup lagi dan akhirnya ia tak sadarkan diri.
----------
Tidak tahu berapa lama Tante Linda tidak sadarkan diri. Ketika telah sadar, ia merasakan seluruh tubuhnya sakit sekali, meski ia tidak merasakan lemas yang dirasakan sebelumnya. Tante Linda kemudian mencoba untuk bangun dengan pandangan matanya yang berkunang-kunang. Ia merasakan sangat nanar saat itu. Tubuhnya yang tanpa sehelai pakaian itu terlihat di tumpahi cairan sperma di sana sini. Ketika bercerita, terlihat Tante Linda berusaha untuk tegar sambil terus menerus menghisap rokoknya.
Dengan bersusah payah sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya yang tidak terkira, Tante Linda memakai pakaiannya yang tergeletak begitu saja di lantai kamar. Ketika selesai memakai pakaiannya, Tante Linda mendengar suara tertawa dari luar kamar. Rupanya Jamal dan teman-temannya sedang bercanda kegirangan di luar kamar. Tante Linda merasakan ketakutan sekali saat itu, pikirannya kosong, dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia merasakan sangat syok. Akibat perasaan takut yang sangat luar biasa, Tante Linda jatuh terduduk dengan pikirannya yang kosong. Ia hanya bisa menangis saja saat itu.
Rupanya dari luar kamar terdengar jika Tante Linda telah sadar, Jamal pun terlihat memasuki kamar. Tante Linda melihat Jamal seperti melihat iblis ia takut luar biasa, tapi tak mampu berkata. Ia hanya terduduk ketakutan sambil terus menangis.
Melihat Tante Linda telah sadar, Jamal memanggil teman-temannya untuk kembali masuk ke kamar. Selanjutnya Jamal mendekati Tante Linda yang sedang ketakutan itu, dengan tanpa berdosa berkata bahwa Tante Linda sudah tidak perawan, sehingga tidak perlu ia takut. Nikmati saja apa yang terjadi. Mendengar perkataan biadab Jamal itu Tante Linda hanya bisa menangis.
Rupanya perlakuan biadab Jamal dan teman-temannya belum selesai. Mereka kembali menarik tubuh Tante Linda ke tempat tidur. Selanjutnya mereka melepaskan kembali pakaian Tante Linda dan kembali bergiliran memperkosa Tante Linda yang sedang hamil muda itu. Tante Linda yang dalam kondisi ketakutan dengan sekujur tubuhnya sakit tidak terkira benar-benar tidak berdaya. Ia harus kembali merasakan siksaan Jamal dan keenam temannya bergiliran memperkosanya. Tante Linda tidak pingsan saat itu, hingga perbuatan biadab itu berakhir. Sungguh siksaan yang sangat perih yang sulit dilupakannya seumur hidup.
Selepas Jamal dan keenam temannya melampiaskan nafsu biadabnya, mereka kemudian keluar kamar. Tante Linda hanya dapat terbaring lemas di tempat tidur dengan sekujur tubuhnya semakin sakit. Pikirannya hampa dan pandangan matanya kosong. Air matanya pun seakan mengering dan tidak dapat keluar lagi. Kebencian dan kejijikannya terhadap laki-laki mulai timbul saat itu. Cukup lama ia hanya terbaring lemas di tempat tidur saat itu, sambil terus menerus menyesali nasib.
----------
Sekian lama kemudian, terlihat Jamal memasuki kamar. Jamal dengan sebutan biadab menyebut Tante Linda sebagai ‘Perek’ menyuruhnya untuk bangun dan memakai pakaiannya karena mereka akan pulang ke Jogja. Tante Linda dengan pandangan kosongnya bersusah payah untuk bangun. Dalam kondisi sekujur tubuh yang sakit dengan perlahan-lahan Tante Linda memakai kembali pakaiannya. Selanjutnya dalam kondisi linglung ia keluar dari kamar. Rupanya keenam teman Jamal sudah tidak ada lagi di rumah itu. Tanpa sepatah kata pun Tante Linda langsung keluar dari rumah dan memasuki mobil yang kemudian diikuti Jamal memasuki mobil. Mereka pun kembali pulang ke Jogja.
Sepanjang perjalanan pulang Tante Linda membisu dengan pandangannya yang kosong. Ia tidak mau melihat Jamal yang Durjana dan terlihat sangat menjijikkan dimatanya. Dengan dipenuhi rasa amarah dan dendam, hatinya sangat menjerit. Ketika sampai di tempat kostnya di Jogja, Tante Linda langsung turun menuju kamar kostnya. Ia tidak berkata apa-apa kepada si Durjana Jamal, bahkan Jamal pun sudah tidak mau dilihatnya lagi karena bagai iblis dalam pandangan matanya. Tante Linda selanjutnya hanya mengurung diri dalam kamar kostnya. Dan memendam kisah pilu dari perbuatan durjana yang telah dialaminya. Sejak itu ia tidak mau lagi bertemu si Durjana Jamal karena sangat menjijikkan baginya.
----------
Setelah beberapa hari mengurung diri dalam kamar kostnya, Tante Linda mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya telah berkurang, ia kemudian berusaha menguatkan diri untuk bertahan dan pergi kuliah ke kampusnya. Tapi perlakuan pedih harus ia alami ketika ke kampus. Rupanya Jamal telah menyebarkan cerita kesana sini bahwa Tante Linda adalah ‘Perek’ dan sudah tidak perawan. Sehingga beberapa mahasiswa dengan berani mengajaknya untuk berhubungan intim. Bahkan yang lebih menyakitkan ada yang bertanya berapa tarifnya satu malam. Ajakan yang menjijikkan itu tidak ditanggapinya. Ia terus bertahan untuk tetap menyelesaikan kuliah meski saat itu kehamilannya makin bertambah hari. Segala perkataan orang yang menyebutnya ‘Perek’ berusaha tidak dihiraukannya.
Hingga ketika ia berkonsultasi tentang mata kuliahnya kepada salah seorang dosennya, dan dosennya itu terang-terangan memintanya untuk berhubungan intim jika ingin dilayani konsultasi mata kuliahnya itu membuat semangatnya untuk menyelesaikan kuliah menjadi ambruk. Rupanya anggapan kepada dirinya sebagai ‘Perek’ juga sampai di kalangan dosen-dosennya di kampus. Permintaan menjijikkan dosennya itu tidak di tanggapinya, namun ia kemudian dipersulit untuk berkonsultasi tentang mata kuliahnya. Ia pun semakin jijik melihat laki-laki.
Situasinya yang dipersulit oleh dosennya itu lantaran ia tidak menanggapi permintaan tidak senonoh dosennya itu membuatnya berpikir lagi untuk tetap bertahan menyelesaikan kuliahnya. Ia akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri pulang ke Sumatera Barat dan menyampaikan kepada orangtuanya tentang kehamilannya. Maka berhentilah Tante Linda dari kuliah yang telah dijalaninya hingga menjelang akhir semester 7 saat itu. Ia pun pulang ke Sumatera Barat.
----------
Ketika pulang ke Sumatera Barat, orangtuanya sangat marah ketika mengetahui Tante Linda telah berhenti kuliah serta saat itu sedang hamil dan tidak ada laki-laki yang dapat di tuntut pertanggung jawabannya. Orangtua Tante Linda yang merupakan salah seorang terpandang di Sumatera Barat sangat malu dengan kondisi Tante Linda. Tante Linda kemudian diusir dari rumah karena dianggap membawa aib bagi orangtua dan keluarganya. Setelah diusir oleh orangtuanya, Tante Linda tinggal di rumah salah seorang keluarganya. Tapi rupanya orangtua Tante Linda mengetahui bahwa ia tinggal di rumah salah seorang keluarganya. Orangtuanya itu kemudian menemui keluarganya itu dan melarang untuk memberikan tempat tinggal bagi Tante Linda karena telah membawa aib bagi keluarga besar mereka. Keluarganya itu tidak dapat berbuat apa-apa, dan terpaksa meminta Tante Linda untuk pergi dari rumah mereka.
Dengan kepedihan hati, Tante Linda pergi dari rumah keluarganya itu. Ia kemudian hidup terkatung-katung dengan membawa kehamilannya yang semakin membesar. Ia berusaha berkerja apa saja hanya untuk menyambung hidupnya saat itu. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Tante Yanti.
Tante Yanti adalah teman sekolah Tante Linda ketika di SMP. Tante Yanti sangat perihatin melihat Tante Linda dengan perut membesar berkerja serabutan untuk mencari nafkah. Ia pun membawa Tante Linda untuk tinggal bersamanya. Saat itu Tante Yanti telah berkerja sebagai Wanita Tuna Susila.
Bukan tanpa sebab Tante Yanti akhirnya berkerja sebagai Wanita Tuna Susila, karena ia juga mengalami nasib yang sama menyakitkannya dengan Tante Linda hanya situasinya saja yang berbeda. Tante Linda kemudian menceritakan keseluruhan tentang kisah hidup Tante Yanti yang dua kali menikah, dan kedua suaminya itu memiliki penyimpangan seksual. Kedua suaminya itu tidak akan terangsang jika tidak melihat Tante Yanti di gauli orang. Itulah awal mula Tante Yanti sangat membenci laki-laki. Ia kemudian lari dari suaminya dan menjadi Lesbian. Meskipun sebagai Lesbian, Tante Yanti kemudian berkerja sebagai Wanita Tuna Susila untuk mencari nafkah.
Selama tinggal bersama Tante Yanti, segala keperluan hidup Tante Linda yang sedang hamil besar itu di tanggung oleh Tante Yanti. Ini lah awal mula Tante Linda menjadi Lesbian. Kesamaan nasib yang mereka alami menimbulkan kebencian mereka kepada laki-laki. Mereka pun saling jatuh cinta dan menjalin asmara.
Sampailah waktunya Tante Linda melahirkan seorang anak laki-laki. Namun beberapa hari setelah melahirkan, anaknya itu meninggal dunia. Selanjutnya setelah pulih kesehatannya, Tante Linda mengikuti Tante Yanti berkerja sebagai Wanita Tuna Susila. Hingga kemudian mereka mendapat tawaran untuk berkerja di Kalimantan yaitu di Balikpapan dengan profesi yang sama yaitu sebagai Wanita Tuna Susila. Lebih dua tahun mereka di Balikpapan. Hingga kemudian pada tahun 1994 mereka mengikuti seseorang pergi ke Pontianak. Dan di Pontianak lah kini mereka berkerja.
Setelah menyelesaikan ceritanya itu, Tante Linda mengajakku pulang. Ia kemudian membayar makanan yang kami makan. Aku pun berjalan menuju motorku dan menghidupkannya. Tante Linda kemudian naik dibelakang motorku. Selanjutnya motorku melaju menuju Jalan Merdeka, dan berbelok masuk pada sebuah gang tempat rumah kontrakan Tante Linda berada. Motorku pun berhenti di depan rumah kontrakan tersebut.
Setelah Tante Linda turun dari motorku, ia sempat menawarkan aku untuk singgah sebentar di rumah kontrakannya, tapi ku katakan bahwa waktu telah lewat jam 2 subuh, dan aku harus tidur karena nanti jam 3 sore pada hari Minggu itu aku harus kembali masuk kerja. Tante Linda memahami kondisiku itu. Ia pun mengucapkan terima kasih karena aku bersedia mengantarkannya pulang dan menjadi teman sebagai tempatnya bercerita. Aku dengan tersipu malu hanya menganggukkan kepalaku saja dan pamit untuk langsung pulang. Selanjutnya aku menjalankan motorku dan melaju pulang ke rumahku di Jeruju.

--- oOo ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SUNGKUI THE TRADITIONAL CULINARY OF SANGGAU

Sungkui is a traditional Sanggau food made of rice wrapped in Keririt leaves so that it is oval and thin and elongated. Sungkui is a typical...